Quantcast
Channel: Abu Salafy
Viewing all 172 articles
Browse latest View live

Tuhan Kaum Wahhâbi Memiliki Bayang-bayang! Aneh, Bukan?!

$
0
0

Penyimpangan konsep ketuhanan kalangan saudara-saudara kita kaum Wahhâbi dalam banyak sisi adalah sebuah keniscayaan setelah mereka membuang jauh-jaug peran akal sehat yang Allah anegerahkan dan hanya menelan mentah-mentah semua riwayat yang dipasarkan atas nama Nabi saw.

Tidak hanya dalam sisi Tauhid dalam Rubûbiyyah dan Ulûhiyyah saja mereka terjebak dalam penyimpangan, tetapi penyimpangan mereka dalam penyifatan Allah SWT dengan sifat-sifat yang biasanya hanya dimuat dalam-dalam sebagian riwayat/Tauhid fi ash Shifât (demikian yang biasa mereka istilahkan), seperti bahwa:

  • Allah berlari-lari kecil…
  • Allah naik turun… Allah berpindah dari satu tempat ke tempat lain
  • Allah bereda/terpenjara di sebuah tempat yang kedap udara di atas/luar alam semesta ini.
  • Dll

Semua itu, seperti telah disinggung adalah akibat menon-funsikan akal sehat dalam memahami konsep Tauhid dan hanya menelan riwayat-riwayat yang tidak jarang adalah RIWAYAT PALSU atau riwayat yang tidak mampu mereka fahami maksudnya dengan baik di bawah cahaya Al Qur’an dengan ayat-ayat muhkamât-nya dan dengan bimbingan akal sehat.

Kini Anda kami ajak untuk menyaksikan penyimpangan yang niscaya itu dari seorang “Tuan Gede”nya kaum Wahhâbi (yang kata mereka meskipun Allah mencabut darinya nikmat mata sehat dan melek, Allah telah menggantikannya dengan mata batin yang tajam). Dia adalah Syeikh Abdul Aziz bin al Bâz.

Perhatikan bagaimana Bin Bâz menegaskan bahwa Tuhan sesembahannya (dan tentunya demikianlah yang diyakini kaum Wahhâbi) memiliki bayang-bayang! Subhanallah! Maha Suci Allah dari pensifatan kaum jahil dan zalim

Dan untuk menyingkat waktu Anda, kami langsung menyebutkan teks “Akidah Lucu Ala Bin Bâz” yang ia nyatakan dalam fatwanya. Ben Bâz berfatwa dalam Majm Fatâwa,28 tentang masalah Sifat ketika menjelaskan hadis yang menyebutkan bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh orang yang akan dinaungi dengan naungan Allah:

 

في حديث السبعة الذين يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله، فهل يوصف الله تعالى بأن له ظلاً؟

الجواب

نعم كما جاء في الحديث، وفي بعض الروايات: ((في ظل عرشه)) لكن الصحيحين ((في ظله))، فهو له ظل يليق به سبحانه لا نعلم كيفيته مثل سائر الصفات، الباب واحد عند أهل السنة والجماعة. والله ولي التوفيق.))

Pertanyaan: Tentang hadis tujuh orang yang akan dinaungi di bawah bayang-bayang/naungan Allah di hari di mana tiada naungan selain naungan-Nya. Dan apakah Allah disifati bahwa Dia memiliki bayang-bayang?

Jawab: Ya, seperti telah datang dalam hadis. Dan dalam sebagian riwayat: Di bawah bayang-bayang Arsy-Nya. Akan tetapi dalam Shahihain (Bukhari & Muslim): Di bawah bayang-bayang-Nya.

Maka Dia (Allah) punya bayang-bayang yang pantas dengan kehama sucian-Nya. Kita tidak mengetahui bagaina ia itu, seperti seluruh sifat. Pintunya menurut Ahlusunnah wal jamâ’ah adalah satu. Allah waly/pemberi taufiq.

((http://www.binbaz.org.sa/mat/4234))

Abu Salafy:

Maha Suci Allah dari pensifatan seperti itu. Sebab bayang-bayang adalah untuk sesuatu yang bersifat bendawi, ketika cahaya terhalang darinya maka muncullah bayang-bayang.

Jika apa yang diyakini oleh Bin Bâz dan kaum Wahhâbi ini menifestasi dari faham Tajsîm/memposturisasi Allah, lalu seperti apa Tajsîm itu?

Adapun kata-kata yang selalu disebutkan kaum Mujassim setelah mereka mensifati Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya yang mustahil disematkan unatk Allah Dzat Yang Maha Suci… maka kata-kata seperti tidak sedikitpun untuk mengelakkan bukti bahwa akidah mereka itu adalah Tajsîm. Sebab setelah mereka mensifati Allah dengan sifat muhadts/makhluk, apa kira-kira pengaruh kata-kata seperti itu?!



Tanggapan Atas Ustadz Firanda dalam buku “Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya” (4)

$
0
0

Tanggapan Atas Ustadz Firanda  dalam buku: Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya

Klaim bahwa keyakinan Allah berlokasi di atas langit ke tujuh itu telah diijma’kan oleh para ulama Islam adalah sebuah kepalsuan atas nama ulama Islam … keterangan para ulama Ahlusunnah wal Jama’ah yang telah saya sebutkan dalam artikel sebelumnya (Lihat juga disini, disini, disini, dan disini) adalah sejelas-jelas bukti kepalsuan klaim ijma’ itu!

Kini saya mengajak Anda menyimak keterangan para ulama Ahlusunnah lainnya yang akan memperjelas kepalsuan klaim ijma’ tersebut yang diusung Ustadz Firanda sebagai senjata andalannya dalam mempropagandakan akidah Tasybîh-nya yang ia warisi dari para masyâikh Wahhâbi  yang pada gilirannya mereka juga bertaklid secara buta kepada para pendahulu sekte Musyabbihah Mujassimah yang telah dikecam habis para ulama Islam, baik Ahlusunnnah, Mu’taizilah maupun Syi’ah!

Keterangan Imam Abu Bakar ar Râzi

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Ali al Hanafi (W.370 H). Dalam kitab berharga beliau yang berjudul Syarhu Bad’i al Amâli berkata:

والعرش ليس له مكان وقرار ، فمن قال : إنّ العرش له مكان وقرار فهو كذب وافترى ، فلو كان له إليه فقبله أين كان الله تعالى عز وجل علواً كبيراً ؟!! والله تعالى ليس على مكان ، ولا في مكان ، ولا في الجهات ، ولا في الزمان ، بل كان و لا مكان ولا زمان ، وهو الآن على ما عليه كان ، ولا يحويه زمان ولا ينتابه زمان ، ورفع الأيادي عند السماء تعبداً له محض  ، لأنه سبحانه وتعالى ليس في السماء ، كالتوجه إلى الكعبة في الصلاة ، والسماء قبلة الدعاء ، ولا يوصف له جلوس ، والحضور في الذهاب والمجيء …

“Arsy bukan tempat (bersemayam) dan menetap Allah. Maka barang siapa berkata bahwa Arsy adalah tempat bersemayam dan menetap Allah berarti ia telah BERBOHONG dan MENGADA-NGADA (atas nama Allah). Jika Allah berada di Arsy maka di manakah Allah sebelum menciptakannya? Maha Suci Tinggi Allah –Azza wa Jalla- dengan ketinggian yang agung!! Allah –Ta’ala- tidak berada di atas sebuah tempat, tidak pula di dalam sebuah tempat. Sebagaimana tidak juga berada di arah dan tidak berada di dalam zaman. Dia Allah telah ada sebelum ada tempat dan zaman. Dan Allah sekarang seperti ada dahulu. Tidak dirangkum oleh zaman dan tidak mengalami zaman.

Adapun mengangkat tangan di saat berdoa ke arah langit murni karena ta’abbud/menjalankan perintah Allah semata, karena Allah SWT tidak berada di atas langit, persis seperti menghadap ke Ka’bah di saat shalat. Dan langit adalah kiblat untuk doa. Allah tidak disifati dengan duduk/bersemayam, hadir di kala pergi dan datang.”[1]

Kemudian beliau melannjutkan:

… لأنّ الله تعالى لا يحل في شيء ، ولا يحل فيه شيء ، وكيف يحل فيه شيء ما منه ؟ وكيف وهو أنشأه ، تعالى الله عن أنْ يحويه مكان أو يحده مكان أو يحده زمان ، وهو لا في شيء ولا على شيء ، ولا من شيء ، فمن زعم هكذا فقد كفر ، لأنه لو كان في شيء لكان محصوراً ، ولو كان على شيء لكان محمولاً ، ولو كان من شيء لكان محدثاً ، تعالى الله عن ذلك .

“… Karena Allah –Ta’ala- tidak bertempat di dalam sesuatu dan tidak pula ada sesuatu yang bertempat pada-Nya. Bagaimana mungkin bertempat pada-Nya sesuatu padahal ia darinya? Bagaimana, sementara Dia-lah yang menciptakannnya. Maha Agung Allah dari diliputi oleh tempat atau dibatasi oleh tempat atau dibatasi oleh zaman/masa. Dia (Allah) tidak berada di dalam sesuatu atau di atas sesuatu serta tidak dari sesuatu. Barang siapa menganggap demikian (Allah bertempat… _pen) maka ia telah KAFIR. Sebab apabila Dia (Allah) berada di sebuah tempat maka pasti Dia terbatas. Dan apabila Dia berada di atas sesuatu maka berarti DIA DIPIKUL. Dan apabila Dia dari sesuatu maka berarti Dia adalah ciptaan. Maha Agung Allah dari semua itu.”[2]

Abu Salafy:

Sobat Abu Salafy yang cerdas, coba Anda perhatikan dengan cermat bagaimana para ulama Ahlusunnah ketika menegakkan akidahnya bahwa Allah tidak butuh kepada tempat, baik dia Arsy, langit ke tujuh atau appaun lainnya… bagaimana mereka menegakkannya dengan logika sehat dan mantap… tidak hanya mendoqmakan kepada umat Islam akidah yang tidak dapat diterima oleh akal waras!

Bukti-bukit seperti yang disampaikan Imam Abu Bakar ar Râzi al Hanafi di atas ini yang rasanya kurang dimengerti oleh teman-teman Salafi yang selama ini hanya terbiasa menelan mentah-mentah ketarangan para tokoh Setke Musyabbihahn Mujassimah yang selalu mengatas namakan Ahlusunnah dan menggertak kaum awam atau bahkan Sarjana Awam Bergelar dengan klaim ijma’…

Dan sekali lagi saya katakan bahwa keterangan akidah yang disampaikan Imam Abu Bakar ar Râzi al Hanafi telah membubarkan angan-angan kaum Salafi Wahhâbi yang bermaksud mempropagandakan akidah tajsim dan tasybih mereka di kalangan umat Islam dengan mengatas-namakan Akidah Ahlusunnah!

Setelahnya ini mari kira perhatikan dan renungkan ketarangan ulama Ahlusunnah lainnnya yaitu Imam Badruddîn al ‘Aini (pensyarah Shahih Bukhari)!

Keterangan Imam Badruddîn (W.855 H)

Dalam syarahnya atas Shahih Bukhari yang berjudul ‘Umdatu al Qâri, ketika menerangkan hadis nuzûl (yang nanti akan dibicarakan insya Allah) beliau berkomentar sebagai berikut:

احتج به قوم على إثبات الجهة لله تعالى ، وقالوا : هي جهة العلو ، وممن قال بذلك ابن قتيبة وابن عبد البر ، وحكي أيضاً عن أبي محمد بن أبي زيد القيرواني ، وأنكر ذلك جمهور العلماء ، لأنّ القول بالجهة يؤدي إلى تحيز وإحاطة ، وقد تعالى الله عن ذلك .

“Berhujjah dengan hadis ini sekelompok kaum dalam menetapkan arah bagi Allah –Ta’ala-. Mereka berkata. “Dia adalah arah atas. Dan di antara yang mengatakan hal itu adalah Ibnu Qutaibah dan Ibnu Abdil Barr. Dan juga dinukil dari Abu Muhammad bin Abi Zaid al Qairawâni. Sedangkan JUMHUR ULAMA mengingkari hal (akidah) itu. Karena meyakini arah akan meniscayakan berlokasi   dan diliputinya (Allah) . Sedangkan Allah Maha Agung dari hal itu.”[3]

Abu Salafy:

Coba Anda perhatikan ketarangan ulama agung Ahlusunnah di atas, bagaimana beliau mengatakan bahwa keyakinan bahwa Allah bertempat itu meniscayakan banyak konsekwensi yang mustahil dibenarkan bagi Kemaha-Sucian Dzat Allah SWT… Selain itu, seperti Anda telah baca bahwa akidah lurus bahwa Allah SWT tidak bertempat adalah akidah JUMHUR ULAMA. Artinya akidah yang mengatakan bahwa Allah bertempat itu adalah akidah menyimpang yang syâdz! Lalu mengapakan ustadz Firanda masih juga ‘ngotot’ mempropagandakan bahwa akidah menyimpangnya itu adalah mewakili akidah Ahlusunnnah bahkan lebih jauh ia mengklaim telah terjadi ijma’! bukankah yang demikian itu menggelikan?! Bagaimana tidak! Sementara ratusan ulama Islam, khususnya Ahlusunnah telah menegaskan kepalsuan klaim itu bahkan membongkar kebatilan akidah itu sendiri…

Semoga ketarangan dua ulama Ahlusunnah di atas dapat meluruskan pemahaman akidah Tauhid kita dari penyimpangan kaum Musyabbihah Mujassimah… dan membentengi kita dari tipu daya mereka. Amîn Yâ Rabbal Âlamîn

(Bersambung Insya Allah) 


Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah! (Bagian:1)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Akhir-akhir ini kaum Salafi Wahhâbi gencar mempromosikan Mu’awiyah  putra pasangan Abu Sufyan dan Hindun –si penyunyah jantung Hamzah paman Nabi saw.- sebagai salah satu sahabat agung Nabi Muhammad saw. Bahkan mereka tak henti-hentinya menyanjung Mu’awiyah sebagai Khalifah yang adil, penulis wahyu suci Nabi saw. dan khâl/paman kaum Mukminin!

Dalam mempromosikan Mu’awiyah, kaum Salafi Wahhâbi tak segan-segan menebar-hadis-hadis palsu dan/atau atsar murahan yang mereka pungut dari sana sini atas nama Salaf dan tokoh umat Islam …. semua bukti kejahatan, kebejatan, kefasikan dan kemunafikan Mu’awiyah yang nyata mereka abaikan! Keterangan para Salaf Shaleh; para sahabat mulia Nabi saw. mereka campakkan… mazhab Salaf yang baisanya mereka jadikan senjata utama kini mereka buang ke tong sampah! Itulah kenyataan yang terjadi.

Karenanya dalam kesempatan ini saya hanya akan mengajak Anda menyimak sikap dan pernyataan para sahabat besar tentang kemunafikan Mu’awiyah…

Kajian kita kali ini adalah tentang islam atau tidaknya Mu’awiyah! Yang saya maksudkan dengan islam di sini bukan pengertiannya secara umum yang dilambangkan dengan menbgucapkan dua kalimat syahadah malaupun ia tidak disertai dengan pembenaran dan mengimani keesaan Allah dan/atau kerasulan Nabi Muhammad saw. alias bermunafik! Yang dengannya pula si pengucap mendapatkan berbagai keistimewaan perlakuan Islam atasnya, seperti darahnya akan dihormati untuk tidak dibunuh, boleh dimakamkan di pemakaman Islam, boleh mewarisi keluarganya yang Muslim dll. Akan tetapi islam yang kami maksud adalah islam yang disempurnakan dengan mengimani kenabian Nabi Muhammad saw…. dan keimanan kepada kanabian dan karasulan Nabi Muhammad saw. adalah kunci islam. Karena barang siapa beriman kepada Nabi Muhammad saw. pasti ia beriman kepada Allah dan hari akhir, para malaikat serta larangan dan kewajiban dll. Sementara beriman kepada Allah saja atau kepada hari akhir saja belum meniscayakan beriman kepada Nabi saw. seperti misalnya yang terjadi para Ahli Kitab (Yahudi dan Nashara). Keimnan mereka itu tidak berguna sedikit pun.

Tetapi sebelumnya saya ajak Anda memperhatikan dan merenungkan sebuah rangkaian ayat dalam Al Qur’an yang berbicara tentang mentalitas kaum kafir Quraisy. Ayat tersebut adalah ayat 6-7 surah al Baqarah:

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوْبِهمْ وَ عَلَى سَمْعِهِمْ وَ عَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَ لَهُمْ عَذَابٌ عظِيْمٌ *

Sesungguhnya orang-orang kafir tidak berbeda bagi mereka, baik engkau memberikan peringatan kepada mereka atau tidak; mereka tidak akan beriman. * Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka (dihalangi oleh) sebuah penutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Kita berhak berhenti sejenak untuk mencari tau siapakah mereka yang Allah vonis dengan ayat di atas, bahwa mereka tidak akan pernah mau beriman! Perhatikan, bukan menyerah dengan menyatakan secara lisan dua kalimat syahadah sebagai formalitas menerima Islam sebagai agamanya walaupun tidak disertia dengan keimnanan!

Ayat di atas harus selalu kita kedepankan dalam menilai kaum kafir itu (yang walaupun di kemudian hari mereka menampakkan keislamannya) atas ucapan si alim A atau B atau harus kita jadikan hakim dalam menyikapi riwayat yang konon diriwayat atas nama Nabi saw. atau sahabat! Atau pujian Si Salaf A atau B atas Mu’awiyah! Sebab ayat di atas menjelaskan masalah yang sangat serius seputar keimanan mereka kepada al ghaib dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang ghaib!

Selain ayat di atas masih banyak ayat lain yang menyebutkan “pridiksi Allah” (tentu jika istilah itu boleh dipinjam di sini) bahwa kaum gembong kaum kafir Quraisy yang sangat getol memerangi Nabi saw. itu tidak akan pernah mau beriman seperti ayat-ayat di bawah ini:

  • Surah Yâsîn ayat 1-11:

يس

Yaa Siin.

وَ الْقُرْآنِ الْحَكيمِ

Demi Al Qur’an yang penuh hikmah,

إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلينَ

Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul- rasul,

عَلى‏ صِراطٍ مُسْتَقيمٍ

( yang berada) di atas jalan yang lurus,

تَنْزيلَ الْعَزيزِ الرَّحيمِ

( sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

لِتُنْذِرَ قَوْماً ما أُنْذِرَ آباؤُهُمْ فَهُمْ غافِلُونَ

agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak- bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.(6 (

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلى‏ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan ( ketentuan Allah ) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

إِنَّا جَعَلْنا في‏ أَعْناقِهِمْ أَغْلالاً فَهِيَ إِلَى الْأَذْقانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ

Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka ( diangkat ) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.

وَ جَعَلْنا مِنْ بَيْنِ أَيْديهِمْ سَدًّا وَ مِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْناهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding(pula), dan Kami tutup ( mata ) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

وَ سَواءٌ عَلَيْهِمْ أَ أَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

إِنَّما تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَ خَشِيَ الرَّحْمنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَ أَجْرٍ كَريمٍ

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

Abu Salafy:

Ayat-ayat di atas tidak butruh banyak usaha membongkarnya untuk memahami maknanya lebih dari butuh kepada mmengimani bahwa Allah adalah Dzat Yang maha Mengetahui segala yang ghaib. Ayat-ayat di atas sangat jelas sekali menegaskan bahwa kebanyakan kaum kafir Quraisy itu tidak akan beriman kepada Nabi saw. dan ayat-ayat senada telah banyak tersebar dalam Al Qur’an seperti juga telah Anda baca dalam surah Al Baqarah yang telah lalu. Dan keimanan kepada kesucian firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya yang mendorong kita untuk selalu meragukan keimanan mereka yang baru mengikrarkan keislamannya di saat benteng kemusyrikan teratkhir mereka telah diruntuhkan dan mereka pun bertekuk lutut di dahapan kekuatan Islam, seperti kaum thulaqâ’ (penduduk kota Mekkah yang ditawan di saat fathu Mekkah lalu dibebaskan oleh Nabi saw., di antara mereka adalah Abu Sufyan, Hindun dan Mu’awiyah serta keluarga besar bani Umayyah) dan juga kaum A’râb (Arab Baduwi) yang jumlah mereka mencapai puluhan ribu!

Catatan Penting!

Satu hal yang tidak boleh dilupakan dan diabaikan bahwa ketika ayat di atas turun Abu Sufyan dan Mu’awiyah masih sedang aktikf-aktifnya memerangi Islam dan dakwah Nabi saw…. Jadi pastilah mereka masuk dalam apa yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut…. Sementara yang lainnya dari rakyat jelata masuk dalam yang dimaksud di dalamnya pada urutan berikutnya… Dan untuk mengatakan tidak, butuh kepada bukti yang mampu mengalahkan ketegasan dan kesecuain  firman Allah di atas!

Dan jika ada yang berusaha membebaskan para pimpinan itu dari vonis Allah SWT di atas pastilah para pengikut mereka juga akan terbebas darinya dan itu artinya bahwa ayat suci di atas keliru atau dengan kata lain sia-sia dan hanya sekedar senda gurau belaka. Wal iyâdzul billah dari keyakinan seperti itu!

Antara Logika Al Qur’an dan Logika Salafi Wahhâbi

Dalam ayat-ayat di atas kecaman Allah dialamatkan kepada para pemimpin sebelum kepada para jelata yang mengikuti mereka. Jadi sebelum menjatuhkan vonis tegas di atas kepada para pengikut, Allah mengesakannya bahwa yang paling layak menerima vonis di atas adalah para pemimpin kekafiran! Sebab bisa jadi para pengikut itu hanya sekedar ikut-ikutan tanpa kesadaran penuh ketika memerangi Nabi saw. Atau boleh jadi mereka berada di bawah tekanan dominasi para pemimpin mereka, atau yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan sebutan aimatul kufri/pemimpin kekafrian! Demikianlah logika Al Qur’an. Adapun logika para Salafi Wahhâbi, mereka siap menerima kesimpulan bahwa silahkan Allah menjatuhkan vonis keras-Nya atas kaum lemah dan para jelata itu selama kaum ningrat dan para pemimpin kekafiran Quraisy; Abu Sufyan, Mu’awiyah dan yang semisalnya tidak termasuk yang dikenai vonis itu… mereka akan membela dengan segala upaya untuk menyelamatkan tuan-tuan mereka dari vonis Allah SWT di atas! Karenanya, mereka tidak akan keberatan jika kaum lemah itu dikorbankan selama tuan-tuan mereka selamat!

Allah SWT Mengecam Bani Umayyah Dalam Al Qur’an Suci-Nya

Seperti telah saya katakan, sangat banyak ayat Al Qur’an yang menegaskan kenyataan seperti di atas. Karenanya saya hanya akan memilih beberapa dari saja agar tidak menjadi panjang lembaran kajian ini.

  • Surah Ibrahim ayat 28-30

أَ لَمْ تَرَ إِلَى الَّذينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْراً وَ أَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دارَ الْبَوارِ

Tidakkah kamu perhatikan orang- orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,

جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَها وَ بِئْسَ الْقَرارُ

yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.

وَ جَعَلُوا لِلَّهِ أَنْداداً لِيُضِلُّوا عَنْ سَبيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصيرَكُمْ إِلَى النَّارِ

Orang- orang kafir itu telah menjadikan sekutu- sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: ”Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka.”

Abu Salafy:

Dalam keterangannya, para ahli tafsir telah membongkar data-data yang sangat bermanfaat untuk kejian kita, di mana para ulama kita dengan tegas mengabadikan ketarangan tafsir ayat-ayat di atas yang menyebut secara spesifik siapa yang dimaksud dengan para pemimpin yang telah merubah nikmat Allah dan menjerumuskan kaumnya ke dalam kehancuran dunia aklhirat itu? Mereak itu tiada lain adalah Bani Umayyah dan bani Makhzûm. Dan mereka itulah para pemimpin kekafiran yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an-Nya.

Dalam kesempatan ini saya hanya mengajak Anda menyimak keterangan para ulama kita tentang ayat-ayat di atas. Setelahnya kepyutusan apapun saya serahkan kepada Anda dan kepekaan analisis Anda.

  • Ketarangan Imam Ibnu Jarir ath Thabari

Dalam kesempatan ini saya ajak Anda menyimak langsung ketarangan imam ahli tafsir tertua yang keetarang-ketarangannya selalu dijadikan acuan banyak ulama … sebagaimana juga sering dirujuk Ustadz Firanda dalam mendukung pemahaman yang ia usung!

Ibnu Jarir berkata tentang ayat-ayat di atas:

القول في تأويل قوله تعالى : { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29) } يقول تعالى ذكره: ألم تنظر يا محمد( إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) يقول: غيروا ما أنعم الله به عليهم من نعمه ، فجعلوها كُفرا به، وكان تبديلهم نعمة الله كفرا في نبيّ الله محمد صلى الله عليه وسلم ، أنعم الله به على قريش ، فأخرجه منهم ، وابتعثه فيهم رسولا رحمة لهم ، ونعمة منه عليهم ، فكفروا به ، وكذّبوه ، فبدّلوا نعمة الله عليهم به كفرا. وقوله:( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) يقول: وأنزلوا قومهم من مُشركي قريش دار البوار ، وهي دار الهلاك ، يقال منه: بار الشيء يبور بورا: إذا هلك وبطل .. وقيل: إن الذين بدّلوا نعمة الله كفرا: بنو أمية ، وبنو مخزوم.

“Pendapat tentang firman Allah –Ta’ala-: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” Allah –Ta’ala- berfirman, “Tidakkah engkau –hai Muhammad melihat/meperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran maksudnya: merubah-rubah nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan kepada mereka lalu mereka mengkufurinya. Dan penukaran nikmat Allah yang mereka lakukan adalah dengan mengufuri Nabi Muhammad saw.. Allah menganugerahkan nikmat itu kepada suku Quraisy dan mengeluarkan beliau dari mereka dan mengutusnya sebagai rasul di antara mereka karena belas kasih Allah dan nikmta-Nya atas mereka, tetapi mereka mengingkarinya, membohongkannya dan menukar nikmat Allah itu dengan kekafiran. Dan firman Allah: “dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam” Allah berfirman, “Mereka mencelakakan kaum mereka dari kalangan Musyrik Quraisy ke dalam lembah kebinasaan…. ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan: perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran adalah Bani Umayyah dan Bani Makhzûm.”

Setelahnya beliau melanjutkan:

Keterangan tentang para ahli tahfir yang mengatakan pendapat ini. Beliau berkata:

ذكر من قال ذلك: 

حدثنا ابن بشار وأحمد بن إسحاق ، قالا ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا سفيان ، عن عليّ بن زيد ، عن يوسف بن سعد ، عن عمر بن الخطاب ، في قوله:( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ ) قال: هما الأفجران من قريش: بنو المغيرة ، وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة فكفيتموهم يوم بدر ؛ وأما بنو أمية فمتِّعوا إلى حين.

 حدثني المثنى ، قال : ثنا أبو نعيم الفضل بن دكين ، قال : أخبرنا حمزة الزيات ، عن عمرو بن مرّة ، قال : قال ابن عباس لعمر رضي الله عنهما: يا أمير المؤمنين ، هذه الآية ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) ؟ قال: هم الأفجران من قريش أخوالي وأعمامك ، فأما أخوالي فاستأصلهم الله يوم بدر ، وأما أعمامك فأملى اللَّه لهم إلى حين.

 حدثنا محمد بن بشار ، قال : ثنا عبد الرحمن ، قال : ثنا سفيان ، عن أبي إسحاق عن عمرو ذي مرّ ، عن عليّ ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: الأفجران من قريش.

حدثنا ابن بشار ، قال : ثنا عبد الرحمن ، قال : ثنا شعبة ، عن أبي إسحاق ، عن عمرو ذي مرّ ، عن عليّ ، مثله/ حدثنا أحمد بن إسحاق ، قال : ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا سفيان وشريك ، عن أبي إسحاق ، عن عمرو ذي مرّ ، عن عليّ ، قوله ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: بنو المغيرة وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة ، فقطع الله دابرهم يوم بدر ، وأما بنو أمية فمُتِّعوا إلى حين.

 حدثنا محمد بن المثنى ، قال : ثنا محمد بن جعفر ، قال : ثنا شعبة ، عن أبي إسحاق ، قال : سمعت عمرا ذا مرّ ، قال : سمعت عليا يقول في هذه الآية( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: الأفجران من بني أسد وبني مخزوم.

 حدثنا ابن المثنى ، قال : ثنا عبد الرحمن ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، عن أبي الطفيل ، عن عليّ ، قال : هم كفار قريش. يعني في قوله ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ )، حدثنا ابن المثنى ، قال : ثنا محمد بن جعفر ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، عن أبي الطفيل أنه سمع عليّ بن أبي طالب ، وسأله ابن الكوّاء عن هذه الآية( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هم كفار قريش يوم بدر.

 حدثنا ابن وكيع ، قال : ثنا أبو النضر هاشم بن القاسم ، عن شعبة ،  عن القاسم بن أبي بزّة ، قال : سمعت أبا الطفيل ، قال : سمعت عليا ، فذكر نحوه.

 حدثنا أبو السائب ، قال : ثنا أبو معاوية ، عن إسماعيل بن سميع ، عن مسلم البطين ، عن أبي أرطأة ، عن عليّ في قوله( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: هم كفَّار قريش .

 هكذا قال أبو السائب مسلم البطين ، عن أبي أرطأة.حدثنا الحسن بن محمد الزعفراني ، قال : ثنا أبو معاوية الضرير ، قال : ثنا إسماعيل بن سميع ، عن مسلم بن أرطأة ، عن عليّ ، في قوله تعالى( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: كفار قريش.

 حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا يعقوب بن إسحاق ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، عن أبي الطفيل ، عن عليّ ، قال في قول الله( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هم كفار قريش.

 حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا شبابة ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، قال : سمعت أبا الطفيل يحدّث ، قال : سمعت عليا يقول في هذه الآية( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: كفار قريش يوم بدر.

 حدثنا الحسن ، قال : ثنا الفضل بن دكين ، قال : ثنا بسام الصَّيرفيّ ، قال : ثنا أبو الطفيل عامر بن واثلة ، ذكر أن عليا قام على المنبر فقال: سلوني قبل أن لا تسألوني ، ولن تسألوا بعدي مثلي ، فقام ابن الكوّاء فقال ، من( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ )؟ قال: منافقو قريش .

 حدثنا الحسن ، قال : ثنا محمد بن عبيد ، قال : ثنا بسام ، عن رجل قد سماه الطنافسيّ ، قال : جاء رجل إلى عليّ ، فقال: يا أمير المؤمنين: من ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) ؟ قال: في قريش.

 حدثنا أحمد بن إسحاق ، قال : ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا بسام الصيرفيّ ، عن أبي الطفيل ، عن عليّ أنه سئل عن هذه الآية( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: منافقو قريش.

حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا عفان ، قال : ثنا حماد ، قال : ثنا عمرو بن دينار ، أن ابن عباس قال في قوله ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هم المشركون من أهل بدر.

حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا عبد الجبار ، قال : ثنا سفيان ، عن عمرو ، قال : سمعت عطاء يقول: سمعت ابن عباس يقول: هم والله أهل مكة ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ).

 حدثنا القاسم ، قال : ثنا الحسين ، قال : ثنا صالح بن عمر ، عن مطرف بن طريف ، عن أبى إسحاق قال: سمعت عمرا ذا مرّ يقول: سمعت عليا يقول على المنبر ، وتلا هذه الآية ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ )  قال: هما الأفجران من قريش ، فأما أحدهما فقطع الله دابرهم يوم بدر ، وأما الآخر فمُتِّعوا إلى حين.

 حدثني محمد بن عمرو ، قال : ثنا أبو عاصم ، قال : ثنا عيسى = وحدثني الحارث ، قال : ثنا الحسن ، قال: حدثنا ورقاء ، وحدثنا الحسن ، قال : ثنا شبابة ، قال : ثنا ورقاء جميعا ، عن ابن أبي نجيح ، عن مجاهد قوله( بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: كفار قريش.

 حدثنا أحمد بن إسحاق ، قال : ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا عبد الوهاب ، عن مجاهد ، قال : كفار قريش/ حدثنا المثنى ، قال : ثنا أبو حذيفة ، قال : ثنا شبل ، عن ابن أبي نجيح ، عن مجاهد( بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) كفار قريش.

 حدثنا القاسم ، قال : ثنا الحسين ، قال : حدثني حجاج ، عن ابن جريج ، عن مجاهد ، مثله

حدثنا الحسن بن يحيى ، قال : أخبرنا عبد الرزاق ، قال : أخبرنا ابن عيينة ، عن عمرو بن دينار ، عن عطاء ، قال : سمعت ابن عباس يقول: هم والله ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قريش. أو قال: أهل مكة.

 ….

  حدثني المثنى ، قال : ثنا عمرو بن عون ، قال : أخبرنا هشيم ، عن إسماعيل بن أبي خالد ، عن أبي إسحاق ، عن بعض أصحاب عليّ ، عن عليّ ، في قوله( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: هم الأفجران من قريش من بني مخزوم وبني أمية ، أما بنو مخزوم فإن الله قطع دابرهم يوم بدر ، وأما بنو أمية فمُتِّعوا إلى حين.

….

حُدثت عن الحسين ، قال : سمعت أبا معاذ يقول: أخبرنا عبيد بن سليمان ، قال : سمعت الضحاك ، يقول في قوله ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ  اللَّهِ كُفْرًا ) … الآية ، قال : هم مشركو أهل مكة.

Abu Salafy:

Demi meringkas saya hanya akan menerjemahkan inti teks riwayat dalam keterangan Ibnu Jarir di atas.

  • Umar bin al Khaththab ra. tentang ayat di atas:

قال: هما الأفجران من قريش: بنو المغيرة ، وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة فكفيتموهم يوم بدر ؛ وأما بنو أمية فمتِّعوا إلى حين.

“Mereka adalah dua keluarga jahat/fajir dari suku Quraisy yaitu bani Mughirah dan bani Umayyah. Adapun bani Mughirah mereka telah dihabisi dalam parang Badar. Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh sampai saat yang ditentukan.”

  • Ibnu Abbas dari Umar ra. dengan keterangan serupa.
  • Ali ra. berkata:

عن عليّ ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: الأفجران من قريش.

Tentang ayat “dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam” mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy.

عن عليّ ، قوله ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: بنو المغيرة وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة ، فقطع الله دابرهم يوم بدر ، وأما بنو أمية فمُتِّعوا إلى حين.

Dari Ali tentang firman Allah: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, ia berkata, “Mereka adalah bani Mughirah dan Bani Umayyah. Adapun bani Mughirah maka Allah telah memutus kejahatan mereka. Sedangkan bani Umayyah  mereka diberi tangguh hingga waktu tertentu.

  • Juga dari Ali ra.

سلوني قبل أن لا تسألوني ، ولن تسألوا بعدي مثلي ، فقام ابن الكوّاء فقال: من(الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ) ؟ قال: منافقو قريش

“Tanyalah kepadaku sebelum nanti kalian (tidak bisa) bertanya kepadaku. Dan kalian tidak akan pernah akan bertanya kepada seorang pun sepertiku sepeninggalku nanti. Maka Ibnu Kawwâ’ berdiri dan berkata, ‘Siapakah yang dimaksud dengan, “orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” Ali berkata, “Mereka adalah kaum munafik dari kalangan suku Quraisy!”

Abu salafy:

Jelas sudah dari ketarangan para sahabat tentang siapa yang dimaksaud dengan mereka yang merubah nikmat Allah dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke dalam kebinasaan dunia dan akhirat… mereka adalah bani Makhzum, Bani Mughirah dan utamanya adalah bani Umayyah, keluarganya Mu’awiyah![1]

  • Keterangan Ibnu Katsir

Dalam tafsirnya yang terkenal Ibnu Katsir[2] merangkum keterangan para sahabat dan generasi Salaf tentang ayat di atas. Di antaranya ia berkata:

قال ابن أبي حاتم: حدثنا أبي، حدثنا ابن نفيل قال: قرأت على مَعْقِل، عن ابن أبي حسين قال: قام علي بن أبي طالب، رضي الله عنه، فقال: ألا أحد يسألني عن القرآن، فوالله لو أعلم اليوم أحدا أعلم مني به  وإن كان من وراء البحار لأتيته. فقام عبد الله بن الكواء فقال: من الذين بدلوا نعمة الله كفرًا وأحلوا قومهم دار البوار؟ فقال: مشركو قريش، أتتهم نعمة  الله: الإيمان، فبدلوا نعمة الله كفرا وأحلوا قومهم دار البوار

… dari Ibnu Abi Husain ia berkata, “Ali bin Abi Thalib ra. berdiri lalu berkata. ‘Tidakkah ada seorang yang mau bertanya kepadaku tentang Al Qur’an. Demi Allah, andai aku sekarang ini tau ada seseorang yang lebih mengerti tentang Al Qur’an dariku, walaupu ia berada di balik lautan sana pastilah aku datangi ia.’ Maka bangkitlah Ibnu Kawâ’ lalu berkata, ‘Siapakah yang dimaksud dengan: orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” ia berkata, “Mereka adalah kaum Musyrik Quraisy. Datang kepada mereka nikmat Allah lalu mereka menukarnya dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,”

Al Adawi berkata tentang ayat di atas:

وقال العدوي في قوله: { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا } الآية، ذكر مسلم المستوفي عن علي أنه قال: هم الأفجران من قريش: بنو أمية، وبنو المغيرة، فأما بنو المغيرة فأحلوا قومهم دار البوار يوم بدر، وأما بنو أمية فأحلوا قومهم دار البوار يوم أحد. وكان أبو جهل يوم بدر، وأبو سفيان يوم أحد. وأما دار البوار فهي جهنم.

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” Muslim al Mustawfi menyebutkan dari Ali bahwa ia berkata, “Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy yaitu bani Umayyah dan bani Mughirah. Adapun bani Mughirah mereka telah menjatuhkan kaumnya ke dalam kebinasaan di hari perang Badar. Adapun bani Umayyah mereka menjatuhkan kaumnya ke dalam kehancuran di parang Uhud. Abu Jahal di hari parang Badar sedangkan Abu Sufyan di hari parang Uhud. Adapun maksud Dârul Bawâr adalah neraka Jahannam.

 وقال ابن أبي حاتم، رحمه الله: حدثنا محمد بن يحيى، حدثنا الحارث بن منصور، عن إسرائيل، عن أبي إسحاق، عن عمرو بن مرة قال: سمعت عليا قرأ هذه الآية: { وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ } قال: هم الأفجران من قريش: بنو أمية وبنو المغيرة، فأما بنو المغيرة فأهلكوا يوم بدر، وأما بنو أمية فمتِّعوا إلى حين.

 ورواه أبو إسحاق، عن عمرو بن مرة، عن علي، نحوه.

 وروي من غير وجه عنه.

Ibnu Abi Hâtim meriwayatkan…… dari ‘Amr bin Murrah ia berkata, “Aku mendengar Ali membaca ayat ini: “وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ dan berkata, “Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy; bani Umayyyah dan bani  Mughirah. Adapun bani Mughirah mereka telah dibinasakan dalan parang Badar. Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh hingga waktu tertentu.”

Dan atsar serupa juga diriwayatkan Abu Ishaq dari ‘Amr bin Murrah dari Ali.

Dan selain jalur di atas, banyak jalur lain yang meriwayatkan tafsir Ali.

 وقال سفيان الثوري، عن علي بن زيد، عن يوسف بن سعد، عن عمر بن الخطاب، في قوله: { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا } قال: هم الأفجران من قريش: بنو المغيرة وبنو أمية، فأما بنو المغيرة فكُفيتمُوهُم يوم بدر، وأما بنو أمية فمتعوا إلى حين.

Sufyan ats Tsawri meriwayatkan … dari Umar bin al Khaththab tentang firman Allah: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran.” Umar berkata, “Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy; bani Umayyyah dan bani  Mughirah. Adapun bani Mughirah mereka telah dibinasakan dalan parang Badar. Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh hingga waktu tertentu.”

وكذا رواه حمزة الزيات، عن عمرو بن مرة قال: قال ابن عباس لعمر بن الخطاب: يا أمير المؤمنين، هذه الآية: { الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ } قال: هم الأفجران من قريش: أخوالي وأعمامك فأما أخوالي فاستأصلهم الله يوم بدر، وأما أعمامك فأملى الله لهم إلى حين.

Demikian juga diriwayatkan oleh Hamzah az Zayyât dari ‘Amr bin Murrah, ia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepada Umar, ‘Wahai Amirul Mukminin, ayat ini: “orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,”, siapa yang dimaksud? Umar berkata, ““Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy; paman-paman dari sisi ibuku dan paman-paman dari sisi ayahmu (bani Umayyahmaksudnya_pen). Adapun paman-paman dari sisi ibuku, Allah telah binasakan mereka. adapun paman-paman dari sisi ayahmu maka Allah memberi tangguh hingga waktu tertentu.”

Abu Salafy:

Demikianlah telah Anda saksikan langsung bagaimana para sahabat besar, seperti Sayyidina Umar ra, Sayyidina Ali ra, Ibnu Abbas ra. dan para tokoh Salaf lainnya memaknai ayat di atas. Dan tentaunya tafsir mereka itu bersumber dari Nabi saw., sebab tidak mungkin dalam masalah seperti ini mereka akan memaknai ayat tanpa dasar nash dari Nabi saw. Dan dalam istilah para ulama, atsar/hadis para sahabat yang berbicara tentang makna ayat apalagi yang terkait asbab nuzulnya walaupun ia bersifat mauqûf tetapi ia dihukumi sebagai marfû’!

Dan tentunya ini adalah juga mewakili pandangan Salaf Shaleh yang biasanya sangat diandalkan kaum Salafi Wahhâbi dalam memahami nash-nash suci; Al Qur’an dan Sunnah, seperti slogan yang selalu mereka propagandakan: Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman Salaf Shaleh! Karenanya adalah sangat aneh apabika dalam memaknai ayat ini mereka membuang dan mencampakkan pemahaman Salaf! Dan itu sekaligus sebagai bukti bahwa apa yang mereka propagandakan itu hanya sekedar tipu muslihat belaka… Salaf Shaleh hanya sekedar dekor dan dibuat tambal butuh semata!

Keterangan Ibnu Hayyân

Dalam tafsirnya yang berjudul al bahru al Muhîth,7/159 Abu Hayyân menyebutkan riwayat tafsir Sayyidina Ali ra.:

هم منافقو قريش أنعم عليهم بإظهار علم الإسلام بأن صان دماءهم وأموالهم وذراريهم ، ثم عادوا إلى الكفر

“Mereka adalah kaum munafik dari suku Quraisy. Allah telah memberi nikmta atas mereka dengan ditampakkannya/dimenangkannya panji Islam dengan dipeliharanya darah-darah dan harta-harta serta anak-anak mereka kemudian mereka kembali kepada kekafiran.”

Abu Salafy:

Ini adalah pemaknaan yang tepat sekali!

Hadis-hadis Riwayat Imam al Hakim dan Para Ulama Ahli Hadis Lainnya!

Selain itu, Anda dapat membaca berbagai riwayat yang menegaskan ucapan dan sikap Sayyidina Ali ra. di antaranya sebagai berikut:

أخبرنا أبو الحسن علي بن محمد بن عقبة ، ثنا الحسن بن علي بن عفان ، ثنا محمد بن عبيد الطنافسي ، ثنا بسام بن عبد الرحمن الصيرفي ، ثنا أبو الطفيل ، قال : رأيت أمير المؤمنين علي بن أبي طالب رضي الله عنه قام على المنبر ، فقال : « سلوني قبل أن لا تسألوني ولن تسألوا بعدي مثلي » قال : فقام ابن الكواء فقال : … قال : فمن ( الذين بدلوا نعمة الله كفرا وأحلوا قومهم دار البوار جهنم  ) قال : « منافقو قريش » « هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه »

“Al Hakim meriwayatkan ….. Abu Thufail berkata, ‘Aku mendengar Amirul Mukimin Ali bin Abi Thalib ra. berkata dari atas mimbar, ‘Tanyalah kepadaku sebelum kalian nanti tidak bisa bertanya kepadaku. Dan kalian tidak akan pernah bisa bertanya kepada seorang sepertiku sepeninggalku nanti! Maka Ibnu Kawâ’ berdiri seraya berkata, ‘…. Siapakah yang dimaksud dengan“orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” Ali ra. berkata, “Mereka adalah kaum munafik dari suku Quraisy.”[3]

Al Hakim berkata, “Ini adalah hadis shahih sanadnya tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.”

Beliau juga mengulangi kembali ketika menafsirekan surah al Hijr (3/107) dan setelahnya berkata, “Ini adalah hadis shahih tinggi sanadnya. Bassâm bin Abdurrahman al Shairafi termasuk perawi dari kota Kufah tsiqah termasuk yang disepakati keshahihan hadisnya. Tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.”

Dalam kesempatan lain ketika menafsirkan surah Ibrahim, al Hakim juga kembali meriwayatkannya dan juga menegaskan keshahihannya.

Hadis yang sama juga diriwayatkan oleh asy Syâsi dalam Musnadnya,2/148.

*****

Mengapa Para Salafi Wahhâbi Meninggalkan Pendapat Imam Ali, Sahabat Ammar, Abu Dzar, Ubadah bin Shamit ra. dkk.

Selain itu, kita menyaksikan bagaimana para Salafi Wsahhâbi (yang biasanya sangat mendewakan Para Salaf) kini mendadak berbalik arah. Mereka tidak lagi menggubris sikap dan pandangan para sahabat mulia itu ra. tentang Mu’awiyah dan lebih mengedepankan pendapat Ahmad bin Hanbal, Rabî’ al Halabi atau Ibnu Taimiyah misalnya! Ada apa dengan sikap mereka ini! Mengapa mereka mendadak membuang pendapat Para Salaf Shaleh yang biasanya mereka jadikan slogan untuk menjaring kaum awam?!

Akan tetapi bagi Anda yang telah mengenal kecintaan kaum Salafi Wahhâbi kepada mantan-mantan kaum kafir yang belum jelas keimanan mereka pasti tidak akan heran! Mereka telah memasang badan untuk membela kaum munafik di manapu mereka berada? Dan apapun kejahatan dan kezaliman mereka?

Selama mereka adalah bani Umayyah dan koleganya maka kaum Salafi Wahhâbi siap membelanya!

(Bersambung Insya Allah)


[1] Lebih lanjut dipersilahkan merujuk langsung ke dalam tafsir ath Thabari, 16/5 hingga selesai.

[2] 4/509.

[3] Al Mustadrak, 8/416 ketika menafisrkan surah adz Dzâriyât.


Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah! (Bagian 2)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Sikap dan Pernyataan Sayyidina Ali dan Sayyidina Ammar bin Yasir ra.

Dalam kesempatan ini sengaja saya tidak menampilkan hadis-hadis Nabi saw. yang berbicara tentang keburukan akidah dan prilaku serta kesudahan sû’/jelek Mu’awiyah. Saya hanya sedikit akan berpanjang-panjang dalam menyebutkan sikap Sayyidina Ali, Sayyidina Ammar bin Yasir ra. dan Sayyidina Muhammad ibnul Hanafiyah (putra Sayyidina Ali ra dari ibu selain Siti Fatimah as.) serta beberapa kutipan dari generasi Salaf Shaleh lainnya….

Memerinci sejarah kejahatan Mu’awiyah memerlukan buku khusus untuknya…. untuk sementara ini saya belum memiliki waktu yang cukup untuk itu… karenanya sekali lagi saya katakan habwa saya hanya akan mengajak Anda menyimak sikap para sahabat dan generasi Salaf Shaleh tantang Mu’awiyah. Tetapi ada baiknya jika Anda kenali sedikit tentang latar belakang kehidupna Mu’awiyah.

Mu’awiyah lahir tujuh tahun sebelum kenabian. Ada yang mengatakan lima tahun sebelum kenabian. Dan ada pula yang mengatakan tiga belas tahun sebelum kenabian. Demikian juga diperselisihkan tentang usianya, ada yang mengatakan 82 tahun. Ada yang mengatakan 78 tahun dan ada pula yang mengatakan 86 tahun.

Jika kita ambil data pertengahan dari data-data  di atas maka usia Mu’awiyah ketika mati adalah 80 tahun. Usianya di masa kebanian adalah (7 tahun+23 tahun=30 tahun). Kemudian 30 tahun masa kekhalifahan empat Khalifah Rasyidin dan ditambah 20 tahun maka kerajaannya. Maka total usianya adalah delapan puluh tahun.

Mu’awiyah hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat memusuhi Nabi Muhammad saw. dan Dakwah kenabian. Baik dari sisi keluarga ayahnya maupun dari sisi keluarga ibunya! Abu Sufyan adalah Pemimpin Ahzâb (apasukan kualisi bentukannya yang menggabungkan berbagai kekuatan suku-suku Arab untuk memerangi Nabi Muhammad saw.)… ibuny adalah Hindun si pengunyah jantung Hamzah –paman Nabi saw.-, di mana setelah kesyahidan Hamzah, Hindun merobek-robek perut Sayyidina Hamzah ra. yang mengeluarkan isi perutnya dan mengunyah jantungnya, serta memutilasi jasad suci paman Nabi Muhammad saw.) Hindun adalah putri ‘Utbah. Bibinya adalah Ummu Jamil istri Abu Lahab yang digelari Allah dengan Hammâlatal hathob/si pembawa kayu bakar/fitnah! Kedua abangnya yang bernama Handhalah dan ‘Amr yang juga mati dalam keadaan syirik dan menentang agama Allah. Atau pamanya dari sisi ibu seperti al Walid yang mati terbunuh dalam perang Badar ketika memerangi Nabi saw. dan kaum Muslimin. Atau kakeknya dari sisi ibu ‘Utbah bin Rabi’ah yang juga mati di parang Badar. Atau saudara kakeknya yang bernama Syaibah bin Rabi’ah yang juga mati di perang Badar…

Dari sini Anda dapat saksikan bahwa kemanapun Anda mengarahkan pandangan Anda terhadap keluarga besar Mu’awiyah Anda pasti akan menemukan para gembong kekafiran dan kemusyrikan yag sangat getol permusuhannya kepada Nabi Muhammad saw. dan lingkungan ini pastilah telah memberikan engaruh buruknya kepada bocah/remaja yang tumbuh besar di dalamnya. Dan tidaklah mudah untuk melepas diri dari belenggu pengaruhnya kecuali jika ia memiliki keimanan yang yang super kuat! Dan hal inilah yang tidak kita temukan dalam sejarah hidup Mu’awiyah setelah ia terpaksa melafadzkan kalimat syahadat setelah ditaklukkannya kota suci Mekkah yang saat itu menjadi benteng terakhir kemusyrikan.

Sejarah mencatat bahwa kaum kafir Quraisy mempekerjakan anak-anak kecil/bocah-bocah mereka untuk mengganggu Nabi saw…. dan tentunya dengan demikian mudah bagi mereka untuk meminta uzur kepada Nabi saw. bahwa tindakan itu hanya dilakukan anak-anak kecil belaka! Dan tentunya, karena lingkungan keluarga yang sangat memusuhi Nabi saw. maka Mu’awiyah tidka mungkin ketinggalan untuk dikirim kedua orang tuanya untuk mengganggu Nabi saw. dengan ejekan, hinaan, sampai lembaran batu dan gangguan lainnya!

Pada periode dakwah di Mekkah, Nabi saw. Muhammad saw. dan kaum Muslimin benar-benar mendapatkan tekanan dan gangguan yang luar biasa dari kaum Musryik… para sahabat pun mengalami penyiksaan yang kengerikan dan sangat kejam… Pastilah Mu’awiyah menyaksikan semua  kejahatan dan kekejaman yang dilakukan anggota keluarganya itu dan memorinya pasti dipenuhi dengan kejahatan dan kekejaman itu!

Bisa dibuktikan bahwa dari total 70 jenis dosa besar, empat puluh (40)nya telah dilakukan oleh Mu’awiyah… dan data-data kejahatan itu telah diabadikan dalam kitab-kitab sejarah Ahlusunnah dengan sanad-sanad yang shahihah. Andai kejahatan-kejahatan itu dilakukan oleh selain Mu’awiyah pastilah tak akan ada seorang pun yang berselisih untuk mengecam dan mengutuknya! Tetapi karena palaku kajahatan itu adalah Mu’awiyah maka kaum Salafi Wahhâbi tetap membelanya… walaupun a bertentangan dengan nurani sekali pun! Semua itu karena Mu’awiyah pernah menjadi penguasa dan mendapat dukungan atas nama agama dari kaum fasik yang menjilat kepadanya! Oleh sebab itu pengaruhnya hingga kini dirasakan… sehingga sebagin umat Islamm menganggapnya sebagai manusia suci yang sangat berjasa terhadap Islam dan kejayaannya!

Inilah sekilas tentang Mu’awiyah dan kehidupan keluarganya serta lingkungan yang membentuk karakternya. Dan ini adalah bagian pertama dari pemhasan saya tentang islamnya Mu’awiyah….

Apa Kata Sayyidina Ali ra. Tentang Islamnya Mu’awiyah?

Tidak ada yang lebih pantas berbicara tentang islam atau kekafiran Mu’awiyah dari orang-orang yang hidup sezaman dengannya, mengetahui seluk beluk kehidupan dan tindak-tanduknya…. mereka yang hidup sezaman dengan Mu’awiyah apalagi yang tulus dalam keimanan, sempurna dalam kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya dan ikhlas perjuangannya dalam membela agama Allah… siapa lagi kalau huan para sahabat Nabi mulia ra., seperti Ali, Ammâr bin Yâsir dan para sahabat mulia lainnya.

Hal penting yang perlu dcatat di sini adalah bahwa masalah islamnya Mu’awiyah memang telah diperselisihkan sejak waktu yang sangat dini, apakah ia telah mengikrarkannya dengan tulus atau hanya sekedar untuk menyelamatkan diri semata alias bermunafik!

Dan inilah yang menjadi fokus kajian kita kali ini… bukan masalah kekafiran Mu’awiyah… walaupun semua menyadari bahwa kemunafikan itu jauh lebih keji dari sekedar kekafiran!

 Mungkin bagi sebagian pembahasan seperti ini tidak layak diangkat masa kini mengingat telah “disepakati” bahwa Mu’awiyah adalah seorang sahabat agung yang baik islamnya… walaupun entah apa dasarnya “disepakati” itu?!

Al hasil, sering kali apa yang dianggap telah rampung dewasa ini ternyata hal itu di masa-masa awal Islam adalah sebaliknya… seperti kasus kita ini… di mana ada anggapan bahwa urusan islamnya Mu’awiyah sudah dianggap rampung, sementara kenyataannya tidak demikian… para pembesar sahabat tidak sedikit yang meragukannya… bahkan lebih dari itu mereka mebegaskan bahwa Mu’awiyah (dan juga Abu Sufyan, bapaknya) hanya bermunafik belaka!

Karenanya, kita akan cari tau apa kata para pembesar Salaf Shaleh yang biasanya menjadi andalan kaum Salafi Wahhâbi dalam membenagun agama mereka! Dan ijma’ atau pendapat mayoritas sahabat pasti harus lebih kita kedepankan ketimbang ijma’ (tentunya jika ada ijma’ itu) lainnya, Itu pasti!! Dan seandainya terjadi perbedaan di antara para sahabat sendiri, kita harus mengedepankan pendapar para pembesar sahabat yang sangat dekat dan kental persahabatannya kepada Nabi saw. itupun setelah kita sodorkan pendapat mereka kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi saw. yang shahihah! Lalu bagaimana jika kita temukan pendapat sebagian ulama yang datang belakang, seperti misalnya. Ahmad bin Hanbal, al Barbahâri (rujukan andalan kaum Salafi Wahhâbi dalam melawan musuh-musuh akidah Tajsîm dan Tasybîh), Ibnu Buththah, Ibnu Taimiyah dkk. itu tertentangan dengan pendapat para sahabat agung ra.? Tentu kita lebih berkewajiban menolak pendapar mereka dan mengedepankan pendapat para sahabat mulia!

Salafi adalah sebuah metode dana beragama dan meneriman ajaran-ajarannya.. ia bukan mazhab! Sehingga siapa yang lebih mengikuti Salaf ia berhak menyebut dirinya Salafi… dan yang membuang Salaf tidak berhak menyebut dirinya sebagai Salafi, apalagi memonopolinya!

Oleh karena itu, siapa yang berminat mengetahui sejatinya islamnya Mu’awiyah maka hendaknya ia meneliti apa kata Salaf umat ini tentangnya… bukan menutup diri dan fanatik buta kepada pendapat Ibnu Taimiyah atau ibnu-ibnu lainnya!

Perlu saya ingatkan kembali bahwa para sahabat besar telah menyangsikan islamnya Mu’awiyah putra Abu Sufyan! Demikian pula dengan sebagian pembesar tabi’în dan tokoh ulama Ahlusunnah!

Dan demi ringkasnya, saya akan langsung menyebutkan pendapat Sayyidina Ali ra. dan Sayyidina Ammâr ra.

Pendapat Sayyidina Ammâr ra.

Saya akan menyebutkan sikap dan pendapat Sayyidina Ammâr ra. terlebih dahulu karena penukilan dari beliau sangat banyak dan masyhur serta beliau dalam sikap dan pendapatnya ini diikuti oleh pasa sahabat Ahli Badr… disamping beliau kurang mendapat perhatian selayaknya dari kalangan Salafi Wahhâbi… entah mengapa? Mungkin karena Sayyidina Ammâr ra. sangat membenci tuan mereka dan membongkar kemunafikannya?!

Sayyidina Ammâr ra. menegaskan bahwa para tokoh pembangkang kota Syâm (Mu’awiyah Cs) tidak berislam dengan arti sebenarnya dan tulus. Akan tetapi mereka hanya menyerah dan berpura-pura memeluk Islam, istaslama, sementara mereka merasiakan kekafiran dan permusuhan mereka kepada Allah dan rasul-Nya!

Telah diriwayatkan dari beliau dengan periwayatan yang memberi ketentraman akan keshahihannya bahwa beliau menegaskan bahwa Mu’awiyah tidak beriman… ia hanya berpura-pura islam untuk menipu dan menyemalatkan diri belaka! Pernyataan sikap beliau itu telah diriwayatkan oleh lima belas tokoh tabi’în, di antara mereka: Saad bin Hudzaifah bin Yamân, Abu al Bukhturi, al Qâsim maulâ Yazîd bin Mu’awiyah, Rabi’ah bin Nâjid, Abu Abdirrahman al Sulami, Abdullah bin Salamah, Asmâ’ bin al Hakam al Fizâri, ash Shaq’u bin Zuhair, Zaid bin Wahb, Habbah bin Juwain, al ‘Arani, Abdul Malik bin Abi Hurrah al Nahafi dan Abdurrahman bin Abzâ dan ada beberapa tokoh lainnya yang meriwayatkannya dengan perantara, seperti Salamah bin Kuhail, Habîb bin Abi Tsâbit dan Mundzir ats Tsauri.

Dan karena riwayat dari Sayyidina Ammâr ra sangat banyak jalurnya maka saya cukupkan dengan hanya menyebut satu riwayat saja.. dan di kemudian hari jika dirasa perlu akan saya lengkapi!

Riwayat Sa’ad bin Hudzaifah dari Ammâr bin Yâsir ra.

Ibnu Abi Khaitsamah telah meriwayatkan dalam kitab tarikhnya yang terkenal dengan judul Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah,2/991:

حَدَّثَنَا أبي (زهير بن حرب ثقة) ، قال : حَدَّثَنا جَرِير ( هو ابن عبد الحميد ثقة)، عَنِ الأَعْمَش ( ثقة) ، عن مُنْذِرٍ الثَّوْرِيّ ( ثقة) ، عن سَعْد بن حُذَيْفَة ( ثقة) ، قال : قال عَمَّار (بن ياسر) – أي يوم صفين- : ( والله ما أَسْلَموا ولَكِنَّهُم اسْتَسْلَمُوا وأسرُّوا الْكُفْر حَتَّى وجدوا عليه أَعْوَانًا فأَظْهَروه )

“…. dari Sa’ad bin Hudzaifah, ia berkata, “Ammâr berkata (pada hari parang Shiffîn_pen): “Demi Allah mereka tidak masuk Islam akan tetapi mereka menyerah, istaslamu. Mereka marahasiakan kekafiran sehingga ketika mereka menemukan para pendukung, mereka tampakkan kembali (kekafiran itu_pen).”[1]

Abu Salafy:

Sanad riwayat di atas adalah shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, kecuali Sa’ad bin Hudzaifah, dia seorang tabi’in yang tsiqah/terpercaya. maka dengan demikian sanad riwayat ini adalah shahih! Dan ‘an’anah (meriwayatkan dengan menggunakan kata ‘an/dari) yang dilakukan A’masy banyak ditemukan dalam dua kitab Shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan ia sama sekali tidak merusak keshahihan.

Sikap Ammâr di atas sangat jelas! Ammâr bin Yâsir ra telah bersumpah atas nama Allah bahwa Mu’awiyah dan tokoh penduduk Syam sejenisnya sama sekali tidak berislam… mereka hanya menyerah dan bertekuk lutut di hadapan kekuatan Islam ketika kota Mekkah ditaklukkan, dan setelah mereka mendapatkan para pendukung dalam memerangi Islam, mereka segera memerangi Islam dengan memerangi Khalifah yang sah dan pejuang sejati Islam!

Abdullah bin Umar ra. mendukung sikap Ammâr bin Yâsir ra. Ia berkata tentang klaim paslu Mu’awiyah bahwa dia merasa lebih berhak atas jabatan Khalifah:

أولى بهذا الأمر من ضربك وأباك على الإسلام حتى دخلتم فيه كرهاً

“Yang lebih berhak atas perkara ini adalah orang yang memerangimu dan memerangi ayahmu atas dasar Islam sehingga kalian masuk Islam secara terpaksa!”

Dan yang menguatkan kanyataan di atas adalah firman Allah:

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ * خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوْبِهمْ وَ عَلَى سَمْعِهِمْ وَ عَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَ لَهُمْ عَذَابٌ عظِيْمٌ

“Sesungguhnya orang-orang kafir tidak berbeda bagi mereka, baik engkau memberikan peringatan kepada mereka atau tidak; mereka tidak akan beriman. * Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka (dihalangi oleh) sebuah penutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al baqarah [2];6-7)

Dan ayat-ayat semisalnya yang menyebut-nyebut aksi dan kajahatan para tokoh kekafiran!

Semoga kajian ini bermanfaat bagi Anda…. Amîn.

(Bersambung Insya Allah)


[1] Ath Thabarani juga meriwayatkan hadis serupa. Dalam Majma’ az Zawâid-nya,1/118  Al Haitsami berkata, “Hadis ini telah diriwayatkan ath Thabarani dalam Mu’jam al Kabîr-nya.


Lebih Dekat Mengenal Abu Sufyan! (4)

$
0
0

Allah Mengecam Abu Sufyan Dan Mengancamnya Dengan Api Neraka!

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Propaganda yang sedang dilancarkan kaum Salafi Wahhâbi adalah mereka mempromosikan para mantan tokoh-tokoh kemusyrikan dan kekafrian yang sepanjang hidup mereka dipersembahkan untuk memerangi Allah dan Rasul-Nya… Dengan bermodalkan sedikit menipu kaum Muslimin, mereka mempromosikan aimmatul kufri/gembong kaum kafir musyrik Quraisy -yang masih selamat karena mereka berpura-pura memeluk Islam sebagai kesempatan terakhir mereka untuk menyelamatkan diri mereka- sebagai para pemuka sahabat yang harus dihormati, disanjung, dimuliakan dan tidak boleh dibongkar kemunafikan dan kejahatan mereka.

Di antara yang selalu mereka promosikan adalah anggota keluarga besar bani Umayyah yang terkuutuk dan telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran serta menjerumuskan kaumnya ke dalam Dârul Bawâr/lembah Jahannam itu!

Karenanya, kaum Salafu Wahhâbi akan sangat keberatan dan sudah pasti akan memuntahkan kutukannya kepada siapapun yang berani membongkar kemunafikan tuan-tuan mereka itu… dan untuk itu abusalafy telah mempersiapkan keimanan demi menghadapinya!

Sobat abusalafy yang cerdas, dalam kesempatan ini saya hanya mengajak Anda menyimak satu rangkaian ayat suci Al Qur’an al Karîm berserta tafsiran para tokoh Salaf Shaleh –radhiyallahu ‘anhum- yang tentunya mereka tidak sembarangan dalam menafsirkan Kalam Suci Ilahi tersebut!

Abu Sufyan Memseponsori Peperanga Uhud Melawan Rasulullah saw.

Sejarah mencatat bahwa tiada api peparangan melawan Nabi Muhammad saw. melainkan Abu Sufyan yang selalu menyeponsori, menggerakkan dan menjadi imam-nya! Sekaitan dengan perang Uhud, Abu Sufyan bermaksud melampiaskan dendam dan kedengkiannya terhadap Rasulullah saw. dan dakwah suci beliau maka ia menggalang dana untuk menyatukan pasukan kaum musyrikin dan mendanai mereka… kejahatan dan kebusukan jiwa Abu Sufyan itu kemudian diabadikan kisahnya dalam Al Qur’an.

Baca dan perhatikan serta renungkan baik-baik ayat-ayat dalam surah al Anfâl ayat 36-37 di bawah ini:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ * لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,* supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan- Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang- orang yang merugi.

Keterangan:

Ayat-ayat di atas sangat gamblang makna dan artinya, sehingga tidak terlalu sulut untuk memahaminya. Hanya saja yang perlu diketahui di sini adalah siapa orang-orang kafir yang menafkahkan harta mereka untuk memerangi Allah dan Rasul-Nya dan yang diancam oleh Allah; Dzat Yang Maha Mengatahui segala yang ghaib dan Yang Maha Adil lagi Bijaksana dengan ancaman keras-Nya:Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

Namun demikian mungkin ada baiknya kita menyimak keterangan sebagian ulama tafsir tentangnya.

Asy Syaukani, misalnya, dalam tafsir Fathul Qadîr-nya menjelaskan sebagai berikut: Makna ayat ini: Bahwa tujuan kaum kuffâr itu dalam membelanjakan harta-harta mereka adalah untuk mencegah manusia dari jalan kebenaran dengan memerangi Rasulullah saw. dan membentuk pasukan dengan tujuan tersebut seperti yang terjadi dalam peperangan Badr, Uhud dan parang Ahzâb. Para pemimpin kaum musyrik membelanjakan harta-harta mereka untuk keperluan bala tentara (para prajurit). Kemudian Allah SWT mengabarkan tentang sesuatu yang ghaib (tersembunyi) sebagai mu’jizat. Allah berfirman, “Mereka akan menafkahkan harta itu (yaitu yang demikian itu akan terjadi dari mereka),kemudian menjadi penyesalan bagi mereka (kemudian akhir darinya adalah bahwa apa yang mereka belanjakan itu akan menjadi penyesalan bagi mereka, seakan harta itu sendiri yang berubah menjadi bahan penyesalan), dan (kemudian) mereka akan dikalahkan.(seperti yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya, misalnya: “Allah telah menetapkan bahwa Aku dan para rasul-Ku akan menang)….

Kemudian Allah berfirman,Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,(mereka berterus-terus dalam kekafiran. Karena di antara mereka yang kafir yang disebutkan sebelumnya itu ada yang kemudian memeluk Islam dan baik islamnya. Maksudnya mereka akan digiring menuju neraka Jahannam tidak kepada selainnya….

(Kemudian setelahnya asy Syaukani menyebutkan beberapa riwayat bahwa yang dimaksud dengannya adalah Abu Sufyan.[1]

Abu Salafy:

Dan kata-kata asy Syaukani bahwa “karena di antara mereka yang kafir yang disebutkan sebelumnya itu ada yang kemudian memeluk Islam dan baik islamnya.” Perlu beliau buktikan! Sebab ketetapan Allah SWT dalam ayat di atas sudah sangat jelas bahwa mereka akan digiring ke dalam neraka Jahannam! Adapun penampakan keislaman secara forman dari mereka tidaklah cukup alasan bahwa mereka benar-benar telah beriman dan bukan sekedar menampakkan keislaman belaka! Jadi selama belum ada bukti bahwa mereka telah benar-benar beriman, maka ketetapan Allah SWT tetap harus diberjalankan…. dan bukti prilaku mereka-lah yang dapat meyakinkan kita bahwa mereka telah benar-benar beriman dan meningglakan kekafiran dan permusuhannya kepada Allah dan Rasul-Nya! Adapun mereka yang setelah menampakkan keisllaman secara formal, lalu sikap permusuhannya tidak berubah kecuali dalam setrategi saja, seperti Abu Sufyan dan Mu’awiyah putranya, maka status dan vonis yang Allah tetapkan itu harus tetap disematkan untuk mereka!

 Setelah ketarangan singkat di atas, saya percayakan kapada murid-murid para sahabat Nabi mulia saw. untuk menjelaskannya kepada kita semua[2], tidak kepada para penafsir yang pikirannya telah teracuni oleh kesesatan bani Umayyah dan semangatnya hanya untuk membela kaum munafik dan menutup-nutupi kejahatan mereka!

Ya! Kita akan bertanya kepada murid-murid sahabat Rasulullah saw.,; generasi  unggulan sepeningglan Nabi saw. Kami percayakan kepada Para ulama Salaf Shaleh kami. Bukan kepada mereka yang disalafkan oleh kaum Salafi Wahhâbi, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Hazm dkk!

Catatan!

Perlu dikatahui di sini bahwa mereka yang mengklaim sebagai pengikut setia Salaf ternyata mengabaikan ketarangan para tokoh Salaf yang akan saya bongkar di bawah ini bahkan mereka cenderung menutup-nutupinya… sebab apa yang dibongkar oleh Salaf Terdahulu (bukan Salaf Belakangan) itu benar-benar berseberangan dengan semangat membela kaum munafik! Data-data yang disampaikan oleh Salaf Terdahulu ini benar-benar menggelisahkan para Salafi Wahhâbi! Oleh sebab itu saya sudah dapat mempridiksi bagaimana kemarahan mereka setelah tulisan ini saya turunkan nanti!

  • Tafsir Said bin Jubair

Ketarangan beliau ra. telah diselamatkan oleh imam ahli tafsir, Ibnu Jarir ath Thabari dalam tafsirnya,3/530:

حدثنا ابن حميد قال، حدثنا يعقوب القمي، عن جعفر، عن سعيد بن جبير في قوله: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم” الآية، “والذين كفروا إلى جهنم يحشرون”، قال: نزلت في أبي سفيان بن حرب. استأجر يوم أحد ألفين من الأحابيش من بني كنانة، فقاتل بهم النبيَّ صلى الله عليه وسلم ..الخ،

“… dari Said binn Jubair tentang firman Allah:Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.”Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan, beliau berkata, “Ayat itu turun untuk Abu Sufyan bin Harb. Ia menyewa dua ribu orang Arab Baduwi dari suku bani Kinânah lalu ia memerangi Nabi saw. dengan bantuan mereka itu…. “

  • Tafsir Abdurrahman bin Abzâ

حدثنا ابن وكيع قال، حدثنا إسحاق بن إسماعيل، عن يعقوب القمي، عن جعفر، عن ابن أبزى: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله”، قال: نزلت في أبي سفيان، استأجر يوم أحد ألفين ليقاتل بهم رسولَ الله صلى الله عليه وسلم، سوى من استجاش من العرب.

“… dari Ja’far dari Ibnu Abzâ tentang ayat:Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.”Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan, ia berkata, “Ayat itu turun untuk Abu Sufyan bin Harb. Ia menyewa dua ribu orang untuk memerangi Nabi saw. selain pasukan yang ia bentuk dari kalangan suku Arab. “

  • Tafsir al Hakam bin ‘Utaibah

قال، أخبرنا أبي عن خطاب بن عثمان العصفري، عن الحكم بن عتيبة: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله”، قال: نزلت في أبي سفيان. أنفق على المشركين يوم أحد أربعين أوقية من ذهب، وكانت الأوقية يومئذ اثنين وأربعين مثقالا.

Tentang ayat:Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.”, ia berkata, “Ia turun untuk Abu Sufyan. Ia membelanjakan empat puluh uqiyah untuk mendanai pasukan kaum Msuyrikin pada parang Uhud. Dan kala itu satu uqiyah itu seberat empat puluh mitsqâl emas.”

  • Tafsir Qatadah

حدثنا بشر قال، حدثنا يزيد قال، حدثنا سعيد، عن قتادة، قوله: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله”، الآية ، قال: لما قدم أبو سفيان بالعير إلى مكة أشَّبَ الناس ودعاهم إلى القتال،  حتى غزا نبيَّ الله من العام المقبل. وكانت بدر في رمضان يوم الجمعة صبيحة سابع عشرة من شهر رمضان. وكانت أحد في شوال يوم السبت لإحدى عشرة خلت منه في العام الرابع.

“… dari Said dari Qatadah tentang firman Allah, Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.” Ia berkata, “Ketika Abu Sufyan datang membawa kafilah dagang ke Mekkah, ia memprovokasi manusia dan mengajak mereka untuk memerangi Nabi saw., sehingga di tahun berikutnya ia memarangi nabi Allah. Perang badar terjadi di bulan Ramadhan, pada hari Jum’at tanggal tjuh belas Ramadhah. Sedangkan parang Uhud terjadi pada tanggal sebelas bulan Syawwal tahun ke empat.”

  • Tafsir as Suddi

As Suddi juga menegaskan bahwa ayat di atas turun untuk Abu Sufyan. Perhatikan ketarangan beliau di bawah ini:

حدثني محمد بن الحسين قال، حدثنا أحمد بن المفضل قال، حدثنا أسباط، عن السدي قال: قال الله فيما كان المشركون، ومنهم أبو سفيان، يستأجرون الرجال يقاتلون محمدًا بهم: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله”، وهو محمد صلى الله عليه وسلم= “فسينفقونها ثم تكون عليهم حسرة” ، يقول: ندامة يوم القيامة وويلٌ  = “ثم يغلبون”

“… Asbâth menyampaikan hadis kepada kami dari as Suddi, ia berkata, “Allah berfirman tentang apa yang dilakukan kaum Msuyrikin dan di antara mereka adalah Abu Sufyan. Mereka menyewa para pria untuk memerangi (Nabi) Muhammad.”Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.” Yaitu Muhammad saw.kemudian menjadi penyesalan bagi mereka.“ pada hari kiamat,dan kemudian mereka akan dikalahkan.”

  • Tafsir Mujahid

حدثني محمد بن عمرو قال، حدثنا أبو عاصم قال، حدثنا عيسى، عن ابن أبي نجيح، عن مجاهد في قول الله: “ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله” ، الآية حتى قوله: “أولئك هم الخاسرون” ، قال: في نفقة أبي سفيان على الكفار يوم أحد.

Tentang ayat di atas Mujahid menerangkan: “….. Ia turun terkait dengan infak (pendanaan) Abu Sufyan untuk masukan kaum kafir pada perang Uhud.”

  • Tafsir Ibnu Abbas ra. dan sekelompok Tabi’în, di antaranya adalah Zuhri, Muhammad bin Yahya bin Hibbân, ‘Ashim bin Umar bin Qatadah, Hushian bin Abdurrahman bin Amr bin Sa’ad bin Mu’adz

Para tokoh di atas semuanya menegaskan bahwa ayat di atas turun untuk Abu Sufyan. Demikian disebutkan Imam th Thabari dalam tafsirnya, seperti dalam riwayat di bawah ini:

حدثنا ابن حميد قال، حدثنا سلمة، عن ابن إسحاق قال، حدثنا محمد بن مسلم بن عبيد الله بن شهاب الزهري، ومحمد بن يحيى بن حبان، وعاصم بن عمر بن قتادة، والحصين بن عبد الرحمن بن عمرو بن سعد بن معاذ، [وغيرهم من علمائنا، كلهم قد حدث بعض الحديث عن يوم أحد. وقد اجتمع حديثهم كله فيما سقت من الحديث عن يوم أحد، قالوا: أو من قاله منهم: لما أصيب] يوم بدر من كفار قريش من أصحاب القليب ، (2) ورجع فَلُّهم إلى مكة، ورجع أبو سفيان بعِيره، مشى عبد الله بن أبي ربيعة، وعكرمة بن أبي جهل وصفوان بن أمية، في رجال من قريش أصيب آباؤهم وأبناؤهم وإخوانهم ببدر، فكلموا أبا سفيان بن حرب ومن كان له في تلك العير من قريش تجارة، فقالوا: يا معشر قريش، إن محمدًا قد وَتَرَكم وقتل خيارَكم، فأعينونا بهذا المال على حربه، لعلنا أن ندرك منه ثأرًا بمن أصيب منا! ففعلوا. قال: ففيهم، كما ذكر عن ابن عباس، أنزل الله: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم” إلى قوله: “والذين كفروا إلى جهنم يحشرون”

 “Perawi berkata, ‘Dan untuk merekalah (para pemukan kaum kafir Quraisy, dan tentunya utamanya adalah Abu Saufyan, sebab ia pemipin tertinggi mereka) sebagaimana disebutkan dari Ibnu Abbas Allah menurunkan ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

  • Ketarangan Sejarawan Islam; Ibnu Ishaq

Ibnu Ishaq menyebutkan kenyataan tersebut dengan tanpa perlu mendukungnya dengan sanad kerena memang kenyataan ini sudah sangat masyhur. Demikian dinukil Ibnu Jariri ath Thabari

 

  • Tafsir ‘Athâ’ bin Dînâr

‘Athâ’ bin Dînâr juga menegaskan bahwa ayat di atas turun untuk mengabadikan kejahatan Abu Sufyan, seperti dalam riwayat di bawah ini:

حدثني يونس قال، أخبرنا ابن وهب قال، أخبرني سعيد بن أبي أيوب، عن عطاء بن دينار في قول الله: “إن الذين كفروا ينفقون أموالهم”، الآية، نزلت في أبي سفيان بن حرب.

Abu Salafy:

Mayoritas sanad-sanad riwayat-riwayat di atas adalah kuat dan dengan sanad-sanad serupa telah datang riwayat-riwayat yang kemudian diterima dan andalkan para ulama sejak periode Imam Bukhari. Sebagaimana data-data riwayat sejarah juga diriwayatkan dengan sanad-sanad serupa. Dan ia saling mendukung bahwa dan menguatkan, ditambah lagi dengan riwayat-riwayat lain yang shahih tentang kecama atas Abu Sufyan dan Mu’awiyah. Dan ia riwayat yang tidak sedikit. Hanya saja kaum Salafi Wahhâbi yang datang belakangan mencampakkannnya dengan satu alasan… bahwa riwayat-riwayat itu mengecam Abu Sufyan dan keluarga besar Bani Umayyah… hanya itu asalahnya!! Tetapi anehnya, mereka begitu bersemangat menerima riwayat selemah apapun jika ia memuat pelecehan terhadap keluarga dekat Nabi saw.! bukti-bukti akan kebiasaaan buruk mereka itu sangat banyak. Bukan sedkarang saat yang tepat membongkarnya!

Saya ingatkan kembali di sini. Bukankah data-data di atas yang sangat banyak itu cukup jelas dan mestinya dapat membentuk penilaian yang tepat dan tegas tentang Abu Sufyan?! Dan Mu’awiyah adalah “titisan bapaknya” dalam semua keburukan dan kejahatan jiwanya. Di tambah lagi kebusukan jiwa ibunya; Hindun si pengunyah jantung paman tercinta Nabi saw.; Hamzah ra.

Semua data itu akan dengan ringannya dibuang oleh kaum Salafi Wahhâbbi… sementara mereka menelan mentah-mentah nukilan atas nama Ahmad bin Hanbal, atau sajian beracum Ibnu Taimiyah! Sedangkan bobota mereka bukan bandingan dengan para Salaf Shaleh yang telah saya nukil sikap dan pernyataannya tentang Abu Sufyan! Di antara para tokoh Salaf Shaleh yang saya sebutkan sikapnya adalah Sa’îd bin Jubair (W. 95H), Abdurrahman al Khuzâ’i (Gebernur Khalifah Umar ra. atas kota Mekkan), Qatadah (parawi dan ulama andalah Ahlusunnah), Mujahid sang Mufassir tersohor, as Suddi al Kabîr, al hakam bin ‘Utaibah Maha Gurunya Syu’abah, az Zuhri (tokoh ulama negeri Syam dan Hijâz), Muhammad bin yahya bin Hibbân, ‘Athâ’ bin Dînâr dkk. Dan di atas mereka semua adalah Sayyidina Abdullah bin Sayyidina Abbas ra.

Mereka adalah belasan nama tokoh Salaf Shaleh yang menegaskan bahwa ayat di atas turun untuk membongkar kejahatan dan kekafiran Abu Sufyan…. dan tentunya Mu’awiyah sebagai anak yang berbakti kepada kedua norang tuanya yang durhaka pasti juga ikut serta dalam kedurhakaan itu.

Padahal kalau saya boleh jujur, di antara nama-nama tokoh yang saya sebutkan di atas ada pula yang sedikit berjiwa cinta bani Umayyah… tetapi jujur pula saya katakan bahwa ternyata kecondongan jiwa Ibnu Taimiyah dan para Salafi Wahhâbi kepada bani Umayyah dan utamanya Abu Sufyan dan Mu’awiyah jauh lebih menjijikkan!

Ayat Di Atas Mengabar-Gembirakan Abu Sufyan Dengan Neraka!

Ayat di atas seperti dapat Anda saksikan telah mengabar-gembirakan Abu Sufyan dengan ancaman neraka. Ia tidak berbicara tentng Abu Saufyan di saat kekafirannya semata… Tidak. Tetapi ayat tersebut mengancam Abu Sufyan dengan api neraka… Allah SWT tidak sedang mempridiksi atau meramal! Tapi Allah sedang mengabarkan kepada kita tentang kesudahan buruk Abu Sufyan!! Siapakah yang lebih jujr kata-katanya dari Allah?! Ibnu Taimiyah, Ibnu Abdil Wahhâb, Ibnu Bâz dan Ibnu Utsaimin lebih jujur?!

 Renungkan baik-baik hal ini!!

Jika kalian wahai kaum Salafi Wahhâbi berusaha menolak dan membohobgkan asbâb nuzûul ayat di atas dari riwayat para tokoh ulama Salaf di atas, maka saya tuntut kalian bersikap jujur dalam menolak setiap riwayat asbâb nuzûul dengan jalur di atas atau yang serupa dengannya apalagi yang lebih rendah kualitasnya! Dan saya yakin kalian tidak akan sanggup!

Selain itu perlu kita renungkan bahwa apa yang termuat dalam riwayat-riwayat itu tidak sedahsyat ancaman Allah yang tertera dalam ayat di atas! Dan puluhan bahlkan mungkin ratusan ayat yang mengecam kaum kafir Quraisy, khususnya para pemimpin mereka sangatlah jelas, karena dengan menyebut sifat dan aksi mereka, seperti mendanai peperangan melawan Allah dan rasul-Nya.. lalu siapakah para pemimpin kafir Quraisy itu kalau bukan Abu Sufyan dan Mu’awiyah (sebagai tangan kanan bapaknya) dan yang semisalnya seperti Handhalah; kakak Mu’awiyah (yang mati terbunuh ketika memerangi Nabi saw. di parang Badar) termasuk di dalamnya?

Semua ayat tersebut mengancam bahwa Allah akan mencampakkan mereka ke dalam api neraka! Tapi sayangnya, kaum Salafi Wahhâbi tampaknya kurang percaya kepada Allah sehingga mereka keberatan dengan firman Allah SWT!

Jika ayat-ayat Al Qur’an di atas dan yang selainnya itu kita imani kebenarannya dan kita sucikan, lalu mengapakah kita sok berketat-ketak menyeleksi riwayat-riwayat yang menafsirkannya?! Apa yang ditegaskan ayat-ayat tersebut jauh lebih dahsyat dari apa yang disebutkan dalam riwayat-riwayat tersebut!

Sekali lagi Salafi Wahhâbi hanya berketa-ketat dalam dua hal:

A)    Menerima riwayat-riwayat (betapa pun ia shahih) jika ia membongkar kejahatan dan kefasikan tuan-tuan mereka, khususnya dari kalangan bani Umayyah, seperti Abu Sufyan, Mu’awiyah.

B)    Menerima riwayat-riwayat keutamaan Ahlulbait Nabi saw. betapapun ia telah dishahihkan oleh para ulama…

Untuk selainnya, mereka cenderung menutup mata dan pikiran mereka, bahkan membuka lebar-lebar mulut mereka untuk menelannya. Wallahul must’ân!

Masihkan Pintu Taubat Terbukan Bagi Abu Sufyan Dan Mu’awiyah?

Sekali lagi saya ajak Anda merenungkan ayat-ayat di bawah ini dan melapaskan belenggu taklid buta yang menyesatkan pikiran.

Perhatikan firman Allah ini:

وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ  *وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ * إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ *لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ *

“Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjid haram dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya Orang-orang yang berhak menguasai (nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.*Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.* Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan* supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al Anfâl [8];34-37)

Ayat-ayat di ats jelas sekali maknanya! Dan Allah SWT telah memberikan kesempatan terakhir bagi mereka untuk berhenti dari kajahatan mereka memerangi Nabi Muhammad saw. setelah perang Badar. Allah SWT berfirman:

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunah (Allah terhadap) orang- orang dahulu,” (QS. Al Anfâl [8];38)

Tentunya Nabi saw. pasti telah menyampaikan pasan Allah ini kepada mereka antara masa Parang Badar dan parang Uhud. Dan ketika mereka enggan berhenti dan menyambut seruap Nabi saw.,  Allah SWT kembali menurunkan ayat ancamannya dalam surah Âlu ‘Imrân ayat 12:

قُلْ لِلَّذينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَ تُحْشَرُونَ إِلى‏ جَهَنَّمَ وَ بِئْسَ الْمِهادُ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir:Kamu pasti akan dikalahkan(di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.”

Dan barang siapa merenungkan kandungan ayat-ayat di atas (yang mana Mu’awiyah dengan segala pengaruh buruknya telah merampas hak itu dari kaum Muslimin, khususnya yang mendewakannya), maka pasti akan tampak jelas baginya bahwa tenggelam dalam kejahatan, apalagi kejahatan itu langsung dialamatkan kepada seorang Rasul Allah termulia akan membuat pintu hati ini tertutup dan fitrah kesucian pun ternodai sehingga sulit baginya memerima kebenaran betatpun ia gamblang segamblang matahari di sijng bolong!

Coba perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

تِلْكَ الْقُرى‏ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبائِها وَ لَقَدْ جاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّناتِ فَما كانُوا لِيُؤْمِنُوا بِما كَذَّبُوا مِنْ قَبْلُ كَذلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلى‏ قُلُوبِ الْكافِرينَ

Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul- rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang kafir.(QS al A’râf [7];101)

Aya di atas jelas mengatakan kepada kita bahwa apa-apa yang dahulu mereka bohongkan setelah jelas dan nyata bukti-bukti kebenarannya, bagaimana mungkin mereka imani setelah itu?!

Dan karena takut makin menjadi panjang ketarangan saya maka saya akan tutup dengan mengajak Anda merenungkan ayat-ayat surah an Nahl:106-108 di bawah ini:

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إيمانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَ قَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإيمانِ وَ لكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَ لَهُمْ عَذابٌ عَظيمٌ

Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa ), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.

ذلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَياةَ الدُّنْيا عَلَى الْآخِرَةِ وَ أَنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكافِرينَ

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

أُولئِكَ الَّذينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلى‏ قُلُوبِهِمْ وَ سَمْعِهِمْ وَ أَبْصارِهِمْ وَ أُولئِكَ هُمُ الْغافِلُونَ

Mereka itulah orang- orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Abu Salafy

Semoga sajian dan kajian ini bermanfaat bagi Anda. Dan saya memohon maaf karena terlalu lama menyita waktu berharga Anda dalam membacanya.


[1] Tafsir Tafhul Qadîr,2/306-307.

[2] Imam Jalaluddîn as Suyûthi menyebutkan lima riwayat dari para mufassir Salaf; Ibnu Abbas ra., Mujahid ra., Sa’îd bin Jubair ra., al Hakam bin ‘Utaibah dan Abbâd bin Abdulllah bin Zubair bahwa yang dimaksud dengan ayat di atas adalah Abu Sufyan! (Ad Durr al Mantsûr,3/334.)


Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah (Bagian:3)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Pendapat Ammâr bin Yâsir Tentang Kemunafikan Mu’awiyah Adalah Pendapat Para Sahabat Nabi saw. Yang Ikut Serta Dalam Perang Badar Dan Bai’at Ridhwan!

Seperti telah Anda baca dalam edisi sebelumnya bagaimana Ammâr dengan tegas bersumpah bahwa Mu’awiyah masih tetap kafir dan memusuhi Allah dan Rasul-Nya, hanya saja ia rahasiakan kekafiran dan kedengkian itu sehingga ketika ia mendapatkan kesempatan untuk melampiaskannya, ia tampakkan kekafiran dan kedengkian itu! Dan seperti telah disinggung pula bahwa data yang saya sebutkan bukan satu-satunya data yang menegaskan sikap tegas Sayyidina Ammâr ra. tentang Mu’awiyah. Selain data tersebut masih banyak puluhan data lain dengan berbagai jalur periwayatan yang kebanyakan darinya telah memenuhi syarat diterimanya sebuah riwayat.

Pernyataan Ammâr tersebut memiliki kekuatan hukum sabda Nabi saw. dalam arti, ia tidak mungkin bersikap setegas itu melainkan kuat kemungkinan (bahkan bisa jadi pasti) bahwa ia memiliki sumber dari Nabi saw.

Sekilas Tentang Perjuangan Sayyidina Ammâr ra.

Tidak ada yang tidak kenal siapa Ammâr ra. dan bagaimana kegigihan beliau dalam berjuang bersama Rasulullah saw. demi tegaknya agama Allah SWT. Beliau ikut serta berjuang bersama Nabi saw. dalam parang Badar, Uhud, Khuandaq, Khaibar, bani Quraidhah, Fathu Mekkah dan peparangan Hunain (yang keikut sertaan Abu Sufyan dibanggakan oleh Ustadz Firanda, walaupun di dalamnya Abu Sufyan membuktikan kemusyrikan dan kekafirannya, seperti telah saya kupas dalam sebuah edisi khusus). Dan sebagian pernyataan Ammâr ra. ketika memotivasi para sahabatnya untu bangkit memerangi Mu’awiyah (sang penganjur kepada api neraka seperti dalam riwayat Imam Buukhari dalam Sahahih-nya), beliau menyebut-nyebut tiga paperangan yang beliau hadiri bersama Nabi saw. yaitu parang Badar, Uhud dan Khandaq. Sepertinya Ammaâr ra. sengaja menyebut ketiga peperangan itu mengingat Mu’awiyah saat itu bersama bapaknya dan kaum Musyrik lain dari keluarganya berada di barisan kaum Musyrik memerangi Nabi saw. bahkan merekalah yang berada di garis komando terdepan! (walaupun untuk keikut sertaan Mu’awiyah dalam parang Badar masih diperselisihkan dalam sejarah!).

Ammâr ra begitu yakinnya bahwa Mu’awiyah benar-benar berada di atas kesesatan yang nyata, betapapun mungkin ia dengan kelicikinnya dapat meraih kemenangan sesaat.

Perhatikan Sayyidina Ammâr ra berkata:

والله لو ضربونا بأسيافهم حتى يبلغونا سعفات هجر لعرفت أنا على حق وهم على باطل، وأيم الله لا يكون سلما سالما أبدا حتى يبوء أحد الفريقين على أنفسهم بأنهم كانوا كافرين،

“Demi Allah, andai mereka memukul kita dengan pedang-pedang mereka sehingga kita terdesak mundur sampai pedalaman desa Hajar niscaya aku tetap yakin bahwa aku di atas kebenaran, al haq dan mereka di atas kebatilan. Demi Allah, tidak akan perdamaian sehingga salah satu dari kedua puak ini menyaksikan atas diri bahwa mereka adalah KAFIR.”[1]

Ketegasan sikap dan pandangan Sayyidina Ammâr ra tentang Mu’awiyah ini tidak mungkin tanpa dasar adanya nash pasti dari Nabi saw. riwayat Imam Muslim dari Ammâr ra. juga mendukung bahwa beliau memandang Mu’awiyah sebagau MUNAFIK yang hanya berpura-pura menampakkan keislamannya. Ammâr berkata, “Tetapi Hudzaifah mengabarkan kepadaku bahwa di antara sahabat Nabi saw. itu ada dua belas orang munafik.” Hadis itu disampaikan Ammâr dalam konnteks Mu’awiyah sehingga jalas sekali bahwa beliau meyakini bahwa Mu’awiyah adalah salah satu dari gembong munafik yang disebuatkan Nabi saw. dalam hadis Imam Muslim tersebut!

Para Sahabat Ahli Badar Bergabung Membela Khalifah Ali ra.

Sejarah mencatat bahwa ratusan sabahat mulia Nabi saw. di antara mereka puluhan Ahli Badar bergabung bersama Khalifah Ali ra. membelanya menumpas para pembangkang yang memberontak di bawah pimpinan Mu’awiyah (sisa-sisa pelopor parang Ahzâb)… karenanya Ammâr ra dalam sikapnya itu tidak sedang menyatakan sikap pribadinya. Akantetapi ia mewakili sikap dan pandangan para sahabat mulia khususnya Ahli Badar yang bergabung di bawah satu bendera membela agama Allah SWT yang sedang diperangi Mu’awiyah!

Dalam parang Shiffîn, Ammâr bangkit sebagai panglima yang membawahi para sahabat dan pembela Khalifah Ali ra. mereka mengikuti Ammâr kemanapun ia mengarah seakan Ammâr dijadikan kompas.

Abu Abdirrahman as Sulami mengisahkan:

شهدنا مع علي رضي الله عنه صفين فرأيت عمار بن ياسر لا يأخذ في ناحية ولا واد من أودية صفين إلا رأيت أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم يتبعونه كأنه علم لهم

“Aku ikut serta bersama Ali ra. dalam parang Shiffîn, maka aku saksikan Ammâr bin Yâsir tiada ia mengarah ke sebuah arah atau lembah melainkan aku saksikan para sahabat (Nabi) Muhammad saw. mengikutinya. Seakan ia dijadikan panji.”[2]

Sanad riwqayat di atas adalah shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim. Dengan demikian maka sikap dan pandangan Ammmâr tentang Mu’awiyah mewakili sikap dan pandangan delapan puluh sahabat Ahli Badar dan delapan ratus sahabat Nabi yang pernah berbai’at Baiat Ridhwân.

Inilah sikap dan akidah Salaf Shaleh tentang kemunafikan Mu’awiyah! Sikap mereka tidak dapat dibandingkan dengan sikap sebagian sahabat yang enggan bergabung dengan kedua kelompok yang sedang berparang, seperti Ibnu Umar, Sa’ad bin Abi Waqqâsh dan lainnya…. sebab selain terbukti bahwa mereka sangat menyesali karena tidak bergabung bersama Khalifah Ali ra. untuk menumpas pemberontakan Mu’awiyah, mereka juga tidak akan dapat menandingi pihak Ammâr dan para sahabat lainnya yang bergabung bersama Khalifah Ali ra.

Namun kenyataannya sekarang adalah bahwa kaum Salafi Wahhâbi sekarang aakan menyingkirkan sikap Ammâr dan para sahabat mulia kemudian mengedepankan sikap-sikap mereka yang tidak bernilai seperti Ibnu Taimiyah Cs. Sungguh celaka mereka yang menjadikan Ibnu Taimiyah sebagai panutannya dan meninggalkan Sayyidina Ammâr dan para sahabat mulai lainnnya!

Sekali lagi! Inilah yang disebut dengan Salafi sejati… pengikut Salaf Shaleh; Ammâr dan para sahabat mulia… bukan Salafi gadungan yang hanya menjadikan kaum Nashibi; pembenci Khalifah Ali ra. dan menyembah pohon terkutuk dalam Al Qur’an sebagai Salaf idola dan pujaannya!

Siapakah yang terbutki membangun akidahnya tentang Mu’awiyah di atas sikap dan pandangan Salaf Shaleh, para pemuja Mu’awiyah, seperti Ustadz Firanda, atau kami abusalafy?

Karenanya, salahkan jika saya menyebut diri saya dengan abusalafy?!

Jadi kenalilah siapa Salafi Sejati itu!!

(Bersambung insya Allah)


[1] Waq’at Shiffîn; Nash bin Muzâhim,1/320.

[2] al Istî’âb; Ibnu Abdil Barr,1/352.


Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah (Bagian:4)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Sayyidina Ali ra. Menegaskan Kemunafikan Mu’awiyah!

Sayyidina Ali ra adalah Pimpinan Tertinggi Ahlusunnah di zamannya. Sikap dan pandangan beliau adalah sikap dan pandangan Ahlusunnah sejati. Sayyidina Ali ra adalah puncak tertinggi hirarki Salaf Shaleh! Kenyataan ini saya katakan kepada seluruh kaum Mulsimin, khususnya dari kalangan Salafi Wahhâbi. Karena mereka sangat gemar mengobral sikap dan pandangan Salaf sebagai hujjah, seakan Sayyidina Ali ra. dan para sahabat Ahli Badar bukan Salaf Shaleh! Dan Salaf Shaleh itu hanya orang-orang yang dianggap mendukung penyimpangan akidah mereka semata! Dan akibatnya, mereka terjebak dalam kesesatan berpikir dan berakidah dengan berbagung kepada kelompok penganjur ke dalam api neraka, al Fiatul Bâghiyah!

Dan adalah kekeliruan fatal ketika ada anggapan bahwa Sayyidina Ali ra. hanya sekedar musuh Mu’awiyah. Sebagaimana kaum Salafi Wahhâbi tidak mungkin menganggap bahwa Khalifah Abu Bakar ra. sekedar musuh Musailah al Kadzdzâb… Demikian juga semestinya, mereka harus mengakui bahwa Ali ra tidak sekedar musuh Mu’awiyah! Adapun mereka menganggap Abu Bakar pucuk Pimpinan Salaf di masanya, Umar ra pucuk Pimpinan Salaf di samanya dan Utsman pucuk Pimpinan Salaf di zamannya, lalu kemudian ketika giliran sampai kepada Ali ra. mereka hanya menganggap Ali sekedar musuh Mu’awiyah… Terlebih lagi, kenyataannya bahwa para Salafi Wahhâbi selalu bersungguh-sungguh dalam membela musuh-musuh Sayyidina Ali ra. seperti Mu’awiyah dan Amr bin al Âsh dan menposisikan mereka sebagai Penggede Salaf…. Ini jelas-jelas adalah penistaan atas nama agama!

Saya katakan demikian dengan penuh keyakinan… Ali adalah Imamnya Ahlusunnah di masanya! Silahkan yang setuju untuk setuju dan yang menentang untuk menentang! Sikap dan pandangan Sayyidina Ali ra. adalah pelerai akhir yang tidak dapat ditawar-tawar atau digugat! Karena selain ia adalah sikap Ali ra ia juga sesuai dengan nash-nash Islam yang muttafaqun ‘alaih!

Telah dinukil dari Sayyidina Ali ra. riwayat-riwayat yang mutawatir tentang sikap dan pandangannya tentang kemunafikan Mu’awiyah dan kecaman beliau atasnya! Berawal dari sekedar al baghyu, membangkang dan memberontak, naik menjadi kemunafikan dan puncaknya menampakkan kekafiran nyata tanpa tedeng aling-aling!

Saya tidak akan menganggap Sayyidina Ali ra., Sayyidina Ammâr ra. dan para sahabat Ahli Badar bukan Salaf panutan saya hanya untuk mebela Mu’awiyah si Penganjur ke dalam api neraka! Jika teman-teman Salafi Wahhâbi siap dan sanggup itu urusan mereka!!

Telah Mutawâtir Sikap Tegas Sayyidina Ali ra. Tentang Kemunafikan Mu’awiyah!

Penukilan sikap dan pendangan Sayyidina Ali ra. yang mengecam Mu’awiyah karena kemunafikannya adalah sangat banyak dan telah mencapai derajat mutawâtir… mu’awiyah hanya menyerah dan tidak menerima Islam secara benar dengan dibarengi keimanan! Dan apa yang beliau katakan bukan hasil analisa bekela dari tindak-tanduk dan sepak terjang Mu’awiyah…walaupun semua itu juga telah jelas menujukkan kemunafikannya! Akan tetapi beliau ra. yakin akan kemunafikan Mu’awiyah dari sanda suci baginda Rasulullah saw…. Jadi jika para Salafi Wahhâbi keberatan terhadap Sayyidina Ali ra. dan mengancam, mislanya dengan mau murtad massal, ya silahkan saja… saya yakin semua kaum Muslimin tidak akan ada yang keberatan!

Toh Sayyidina Ali ra juga tidak sendirian dalam keyakinan tersebut… para sahabat mulia dan kaum tabi’în yang shaleh juga banyak yang sependapat dengan beliau ra.! kendati di kemudian hari, berkat usaha keras sebagian pendukung pohon terkutuk mampu memutar balikkan kenyataan dan merasiakan kebenaran sehingga kenyataan itu menjadi samar bagi banyak kaum Muslimin! Dan akhirnya, mereka tertipu dan membanggakan Mu’awiyah sebagai Pencatat Wahyu, Khâlul Mukminin, Khalifah Rasulillah dan lain sebagainya dari kepalsuan-kepalsuan yang disebarkan kaum Salafi Wahhâbi tidak terkecuali Ustadz Firanda yang tidak pernah melek kebenaran sebab yang ia terima hanya islam versi bani Umayyah bukan Islamnya yang Rasulullah ajarkan dan diwariskan oleh Salaf Shaleh; Ali, Ammâr dan para sahabat mulai lainnnya!

Andai bukan karena kerja keras musuh-musuh Salaf Shaleh; Ali dan kawan-kawan pastilah kenyataan akan kemunafikan Mu’awiyah ini tidak akan samar bagi seluru kaum Muslimin…

Kenyataan ini harus dimengerti oleh setiap Muslim agar tidak mudah ditipu oleh “Salafi Gadungan” yang hanya tertaklid kepada para pemuja Mu’awiyah dan kesesatan bani Umayyah! Dengan klaim-klaim palsu dan intimidasi bahwa sesiapa yang tidak mencintai Mu’awiyah, mengakuinya sebagai sahabat mulia yang banyak andilnya dalam Islam maka ia adalah Ahli Bid’ah dan akan dicampakkan ke dalam neraka Jahannam!

Jangan gentar dengan intimidasi para pemuja Mu’awiyah dan kesesatan bani Umayyah… murkan Allah harus lebih menjadi pertimbangan ketimbang sekedar ancaman kaum Salafi Wahhâbi!

Jika Anda masih maragukan bahwa Sayyidina Ali ra. adalah sahabat teralim, terfaqih, terafdha dll maka paling tidak beliau adalah yang paling afdhal, paling pandai, paling adil di zamannya dan beliau adalah Pimpinnan Tertinggi Salaf di masanya! Lalu salahkan jika Anda membangun agama dan akidah Anda di atas sikap dan pandangan Sayyidina Ali ra.?!

Ini minimal yang harus kita katakan… dan jika Anda mengatakan selain ini maka dikhawatirkan Anda sedang terjangkit kemunafikan. Wal iyâadzu billah!

Sikap Tegas Sayyidina Ali ra.

Seperti telah saya singgung sikap dan pandangan Sayyidina Ali tentang kemunafikan Mu’awiyah telah banyak diriwayatkan dengan berbagai redaksi dan dalam berbagai kesempatan dan dari berbagai jalur.

Dan saya khawatir sebagian kaum Salafi Wahhâbi berbalik mengecam dan mengutuk Sayyidina Ali ra. karena terbukti beliau menegaskan kemunafikan tuan pujaan mereka; Mu’awiyah bin Abi Sufyan! Semua itu bisa saja terjadi, sebab kemunafikan dan kedengkian apabila telah menguasai jiwa seorang ia pasti akan kehilangan kontrol keseimbangan jiwa dan pikirannya! Ketidak sukaan kepada Sayyidina Ali ra. bukan halbaru. Ia telah ada sejak lama selama adanya kemunafikan dan selama rasa hasut masih menguasai jiwa sebagian umat Islam! Karenanya, ketika sahabat mulia Hudzaifah bin al Yamân (yang dikenal banyak diberi-tau Rasulullah saw. tentang rahasia-rahasia) menasihati umat Islam agar bergabung memsama Ammâr, sebagian dari mereka membantahnya dengan mengatakan, “Bagaimanna Anda memerintah kami bergabung bersama Ammâr, sementra Ammâr itu tidak pernah berpisah dari membela Ali?! Maka Hudifah ra. menjawab: “Sesungguhnya rasa hasut telah menghancurkan kalian. Apaka sesungguhnya yang membuat kalian lari dari Ammâr itu karena ia selalu dekat dengan Ali? Demi Allah Ali benar-benar lebih utama dari Ammâr seperti jauhnya tanah dari awan. Dan sesungguhnya Ammâr adalah orang yang sangat baik.”[1]

Pernyataan Sikap Sayyidina Ali ra. Dalam Riwayat Qais bin Abi Hâzim

Di bawah ini saya akan sebutkan pernyataan sikap Sayyidina Ali ra. dari riwayat Imam al Bazzâr dalam Musnad-nya,2/191 dari Qais bin Abi Hâzim:

حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ يَعْقُوبَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا السَّيِّدُ بْنُ عِيسَى ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ ، قَالَ : قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : انْفِرُوا بِنَا إِلَى بَقِيَّةِ الأَحْزَابِ ، انْفِرُوا بِنَا إِلَى مَا قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ، إِنَّا نَقُولُ : صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ، وَيَقُولُونَ : كَذَبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ.

“… dari Qais bin Abi Hâzim, ia berkata, “Ali ra. berkata, ‘Bangkitlah kalian bersama kami menuju sisa-sisa pasukan Ahzâb (pasukan kafir musyrik bentukan Abu Suyfan dalam perang Khandak_pen)! Bangkitkan kalian bersama kami menuju apa yang difirmankkan Allah dan rasul-Nya. Kami berkata, “Maha benar Allah dan Rasul-Nya. Mereka berkata, ‘Berbohonglah Allah dan rasul-Nya.’”

Dan ada riwayat serupa dengan jalur lain. Dan kedua sanadnya kuat.

Riwayat Serupa dalam Kitab as Sunnah-nya Ahmad bin Hanbal

Anda juga dapat menemukan riwayat yang sama dalam kitab as Sunah,3/253:

حدثني محمد بن حميد الرازي ، نا جرير ، عن الأعمش ، عن الحكم ، عن عتيبة ، عن قيس بن أبي حازم ، قال: سمعت عليا رضي الله عنه يقول : انفروا إلى كذا انفروا إلى بقية الأحزاب إلى من يقول : كذب الله ورسوله ونحن نقول : صدق الله ورسوله

“… dari Qais bin Abi Hâzim, ia berkata, “Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Bangkitlah kalian bersama kami menuju ini…. Bangkitlah kalian bersama kami menuju sisa-sisa pasukan Ahzâb! Menuju orang yang berkata, ‘Berbohonglah Allah dan rasul-Nya. Adapun kami, kami berkata, Maha Benar Allah dan rasul-Nya.’”

Riwayat Abu Ahmad al ‘Askari dalam kitab Tash-hîfâtul Muhadditsîn.10551 juga dari jalur Qais bin Abi Hâzim, bahwa Sayyidina Ali ra. berkata:

انفروا الى بقية الأحزاب انفروا الى أولياء الشيطان انفروا الى من يقول كذب الله ورسوله

“Bangkitlah menuju sisa-sisa pasukan Ahzâb! Menuju prajurit setan! Menuju orang-orang yang berkata, “Dustalah Allah dan Rasul-Nya!”

Dan selain beberapa sumber terpercaya di atas masih banyak buku-buku lain yang mengabadikan pidato Sayyidian Ali ra.

Khulashah!

Jelas sudah bahwa Sayyidina Ali ra benar-benar telah menegaskan bahwa Mu’awiyah adalah sisa-sisa pasukan kaum musyrik di perang Ahzâh… orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya dan menuduh Allah dan Rasul-Nya sebagai berdusta! Dan hal ini adalah kekafiraan nyata! Hanya saja, Khalifah Ali ra. memperlakukan Mu’awiyah, ‘Amr bin al ‘Âsh dan pasukan Syam sesuai dengan dzahir keadaan mereka! Persis seperti Nabi saw. memperlakukan kaum munafikin dengan secara lahiriyah islam mereka! Tetapi Allah telah menegasskan kaum munafikin itu adalah pendusta!

Pernyataan Sikap Kedua Sayyidina Ali ra.

Pernyataan kedua Sayyidina Ali ra. ini redaksinya sama dengan pernyataan Ammâr yang telah saya sebutkan sebelumnya.

Nashr bin Muzâhim dalam kitab Shiffîn-nya, 215 meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Ali berkata:

والذي فلق الحبة وبرأ النسمة ما أسلموا ولكن استسلموا وأسروا الكفر فلما وجدوا أعواناً رجعوا إلى عداوتهم منا إلا أنهم لم يدعوا الصلاة!

“Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan mencipta jiwa, mereka tidak berislam akan tetapi mereka hanya menyerah. Mereka merahasiakan kekafiran dan ketika mereka mendapatkan para pendukung mereka kembali kepada permusuhan mereka kepada kami. Hanya saja mereka tidak meninggalkan shalat.”

Abu Salafy:

Dari pernyataan Sayyidina Ali ra. semakin menjadi jelas siapa sejatinya Mu’awiyah yang selama ini dibanggakan kaum Salafi Wahhâbi… dan karenanya mereka mengobarkan permusuhan dan peperangan kepada siapapun yang tidak mengimmani dalam akidahnya bahwa Mu’awiyah adalah Sahabat Agung, Khalifah Mulia, paman kaum Mukminin, Penulis Wahyu suci ilahi dll dari dusta dan kepalsuan murahan yang memalukan!

Semua bukti pasti akan mereka abaikan… kebenaran pasti akan mereka campakkan! Hanya Mu’awiyah dan kaum munafik yang harus mereka selamatkan!

Sobat abusalafy yang cerdas… selain data-data di atas masih sangat banyak pernyataan para pembesar sahabat dan tabi’în yang meyakinkan kita akan kemunafikan Mu’awiyah… hanya kaum Salafi Wahhâbi sajalah yang menutup mata hati dan pikirannya untuk menerimanya… semua hanya karena fanatik buta kepada para pemuja bani Umayyah… karena kecintaan kepada pohon terkutuk telah merasuki setiap lorong jiwa mereka.

Semoga Allah menyalamatkan kita dari kesesatan dan membela kaum munafik! Amîn Ya Rabbal Âlamîn.

(Bersambung Insya Allah)


[1] Hadis ini telah diriwayatkan oleh ath Thabarani dengan sanad yang shahih.


Awal Bukti Kebangkrutan Ustadz Firanda al ‘Amîl al Wahhâbi Dalam Membela Mu’awiyah!

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Membela kaum munafik bukanlah profesi baru… sebelum sekte Salafi Wahhâbi muncul kaum munafik juga saling membela dan sebagian dari mereka menjadikan sebagian lainnya sebagai awliyâ’ yang saling mencintai dan membela. Karena itulah watak kaum munafik seperti dijelaskan Allah dalam Al Qur’an al Karîm!

 Dan karena kabatilan yang mereka bela sementara kebatilan itu tidak kokoh dan wataknya dia mudah sirna… maka pertama, mereka akan kesulitan mendapat dukungan bukti kebenaran, kedua, ia terpaksa menga-ngada, dan ia pasti merahasiakan kebenaran agar tidak terbongkar oleh kaum Muslimin! Itulah kira-kira yang dilakukan Ustadz Firanda ketika ia “mati-matian” membela Mu’awiyah dan Abu Sufyan; bapaknya!

Karena Al Qur’an tidak berpihak kepadanya…. as Sunnah ash Shahihah tidak mendukungnya…. dan Salaf Shaleh juga tidak merestuinya… maka Ustadz Firanda kelabakan mencari dukungan untuk pembelaannya terhadap Mu’awiyah, si penganjur ke dalam api neraka, seperti disabdakan Baginda Rasulullah saw. yang tiada berucap melainkan dari wahyu suci ilahi!

Di sini, Ustadz Firanda benar-benar bangkrut dan tidak dapat bangkit dari kebangkratannya kecuali dengan berpegangan dengan ucapan-ucapan orang-orang yang tidak layak disandingkan dan dibandingkan dengan Sayyidina Ali ra., Sayyidina Ammâr dan para sahabat Badar dan lainnya! Ia terpaksa bergantung dengan ucapan Rabî’, Ibnu Mubarak, Ahmad bin Hanbal dan Abu Ali al Hasan bin Abi Hilâl…. itupun dengan tanpa mencantumkan sanad ucapan-ucapan mereka atau membuktikan keshahihan sanad riwayat tersebut! Sungguh memalukan apa yang dilakukan Ustadz Firanda! Tapi apa hendak dikata…. tidak ada hadis shahih untuk mendukung hadis palsu pun boleh! Kalau tidak ada ucapan Salaf Shaleh yang merestui, ucapan khalaf boleh kan?

 Ustadz Firanda Tidak Konsisten!

Di bawah sub judul: Keutamaan Mu’aawiyah radhiallahu ‘anhu Ustadz Firanda menulis demikian:

“Banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Mu’aawiyah. Hadits-hadits tersebut telah dibawakan oleh para ulama.”[1]

Akan tetapi anehnya, ia hanya mampu menyajikan atsar dari satu dua sahabat saja. Jadi judul yang ia ia tulis jelas menipu!

Selain itu, satu atau dua riwayat atas nama Nabi saw. yang ia sebutkan juga sangat memalukan…. Ia adalah hadis palsu, seperti akan dijelaskan nanti!

Jadi bukankah hal memalukan ketika Ustadz Firanda mengatakan Banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Mu’aawiyah! Kata-kata Ustadz Firanda benar-benar licin dan licik. Ia hanya mengatakan bahwa hadis-hadis tentang keutamaan Mu’awiyah itu telah dibawakan oleh para ulama! Hanya ia itu yang ia katakan!! Ia tidak berani berterus terang bahwa hadis-hadis yang pernah diriwayatkan para pemalsu itu adalah hadis-hadis maudhû’/palsu… tidak satu pun yang shahih. Demikian ditegaskan para pembesar Ahli hadis Ahlusunnnah! Karenanya, ia takut mengatakan terus terang tantang kenyataan ini.

Sementara itu ketika misalnya, saya menyebutkan hadis tertentu ia segera mengecam saya dengan mengkritisi keshahihan hadis tersebut. Meskipun hadis yang saya bawakan itu telah masyhur di kalangan para ahli hadis dan dishahihkan sebagian ulama!

Inilah bukti kecintaan Salafi Wahhâbi kepada pohon terkutuk dalam Al Qur’an!

Ustadz Firanda Membanggakan Kesaksian Ibnu Abbas ra.

Sebaigai contoh bukti kecintaan Ustadz Firanda kepada kaum Munafik adalah bahwa ia setelah menyebutkan riwayat yang menyebut kesaksian Ibnu Abbas bahwa Mu’awiyah adalah seorang faqih/yang mendalam dalam ilmu fikih/agama… ia berkata, Lihatlah para pembaca yang budiman, siapakah yang telah memuji Mu’aawiyah?? Ibnu Abbaas..!!! sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Ahlil Bait. Dialah yang sezaman dengan Mu’aawiyah dan lebih paham tentang Mu’awiyah.

Tanpa mengkonfirmasi keshahihannya, ia seakan menemukan nafas baru… Lalu bagaimana Anda akan mendudukkan ucapan dan kesaksian Sayyidina Ali ra. tentang kemunafikan Mu’awiyah?! Apakah Anda akan mengatakan komentar yang sama tentangnya?!

Satu Lagi Bukti Kedalaman Fikih Mu’awiyah! 

Mungkin Ustadz Firanda belum mengetahui data di bawah ini dan saya yakin ada baiknya jika beliau mengetahuinya untuk melengkapi data kesimpulannya bahwa “Mu’awiyah adalah seorang Khalifah Pelanjut Rasulullah saw. yang sangat mendalami Syari’at yang sangat dibanggakan Allah dan Rasul-Nya!”

Perhatikan wahai Ustadz Firanda kefasikan Tuan Anda yang sangat Anda banggakan itu!

Para ulama di antaranya Ibnu ‘Âsakir, Ibnu Katsîr (yang sangat dibanggakan Ust. Firanda untuk membela Mu’awiyah) dan juga Ibnu Hajar meriwayatkan dari Khadîj al Khishshi (maula Mu’awiyah) berkata, “Mu’awiyah membeli seorang budak wanita kuning nun jelita, lalu aku giring ia masuk menemui Mu’awiyah (di dalam istana) dalam keadaan BUGIL/TELANJANG BULAT. Dan ketika itu di tangan Mu’awiyah ada tongkat pendek, lalu Mu’awiyah mengayunkannya ke arah vagina budak wanita itu seraya berkata, “Benda unik, andai aku juga punya benda unik. Bawa ia pergi menemui Yazid!”  

Ibnu Katsîr membawakan riwayat kebejatan Mu’awiyah dan para penguasa tiran bani Umayyah untuk kemudian menggaris-bawahi bahwa Mu’awiyah sebagai seorang  FAQÎH AGUNG! Sebab kata Ibnu Katsîr, setelahnya Mu’awiyah sadar bahwa budak wanita itu tidak lagi halal bagi Yazid; putranya. Sebab seorang wanita yang sudah pernah dihasrati oleh seorang ayah maka ia haram untuk putranya!

Perhatikan apa kata Ibnu Katsîr (yang juga pemuja berat bani Umayyah, walaupun tidak separah kaum Salafi Wahhâbi),

“Dan ini adalah dari kedalaman fikih dan kehati-hatian Mu’awiyah. Karena ia telah memandang wanita itu dengan syahwat, walaupun ia menganggap lemah dirinya (untuk bersenggama) dengannya, maka dari itu ia berhati-hati sehingga tidak mau menghadiahkan budak wanita itu untuk Yazid, putranya… “[2]

.

Abu Salafy:

Dari sini, dan dari data-data kebejatan moral Mu’awiyah Anda dapat mengetahui kualitas kedunguan Salafi Wahhâbi yang masih sudi membanggakan, membela dan bahkan mengecam siapapun yang tidak mengagungkan Mu’awiyah!

Dapatkah Anda membayangkan kebejatan moral Mu’awiyah yang dibanggakan Ustadz Firanda sebagai Sahabat Agung, Sekertaris Nabi, Seorang Mujtahid Ulung, Mujahid dan segala pujian palsu yang memalukan!

Isnya Allah dalam kesempatan lain saya akan membongkar lebih jauh kebejatan moral dan prilaku sek Mu’awiyah dan para penguasa tiran bani Umayyah yang melebihi kebanyakan binatang tak bermoral sekalipun. Nantikan!!

Adapun komenatar Ibnu Katsîr maka saya serahkan kepada Anda yang masih waras akal sehatnya untuk menilai dan mengomentarinya… buat saya sudah jelas, tidak perlu dikomentari apapun tentangnya!

.

Mengapa Ustadz Firanda Mengabaikan Keterangan Ahli Hadis?!

Satu hal yang juga boleh dibilang kecurangan dan kelicikan Ustadz Firanda dan juga banyak Misionaris Salafi Wahhâbi semisalnya bahwa ia benar-benar secara sengaja menyembunyikan keterangan para ulama Ahli Hadis Ahlusunnah yang sepakat mengatakan bahwa tidak ada satu pun hadis yang shahih tentang keutamaan Mu’awiyah! Semua keterangan para ahli hadis kenamaan Ahlusunnah itu sengaja disembunyikan… dan dengan sengaja pula kaum awam Wahhâhi dibodohi dan ditipu dan dibutakan dari kenyataan bahwa sebenarnya tidak ada satu pun hadis keutamaan Mu’awiyah yang shahih!!!

Perhatikan keterangan mereka di bawah ini!

Sebelumnya saya ingin katakan, alhamdulillah segala puji bagi Allah yang menjaga agama-Nya sehingga tetap terjaga kemurniannya… dan sehingga kaum munafik tetap terbukti sebagai munafik yang harus dikutuk dan dimusuhi dan kaum mukmin sejati tetap selalu dikenal sebagai Mukmin Sejati walaupun beribu-ribu mimbar melaknatinya!

Melalui keterangan para ulama Ahlusunnah kemurnian agama Allah dapat terpelihara. Ternyata, walaupun Mu’awiyah berkuasa dan mengerahkan segala kemampuannya melalui para ulama bayaran, algojo haus darah yang siap menghabisi nyawa siapa saja yang berani menentang kebijakannya dan juga melalui para penjilat yang telah dirusak dan dibeli keimanann mereka … walaupun demikian tetap saja para ulama Ahlsunnah di sepanjang masa berani menyuarakan kebenaran bahwa Mu’awiyah adalah seorang munafik yang tidak satu hadis shahih pun ada yang memujinya.. Justeru banyak hadis Nabi saw. yang mengecam dan menvonisnya akan mati kafir, seperti nanti akan saya sebutkan dalam kesempatan lain insya Allah!

  • Keterangan Imam Ahmad Dalam Nukilan Ibnu Jauzi dan Ibnu Hajar al Asqallâni     

Ibnu Jauzi juga meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, ia berkata,

“Aku tanyakan kepada ayahku tentang Ali dan Mu’awiyah? Maka ayahku menundukkan kepala sesa’at, lalu berkata, ‘Ketahuilah bahwa Ali itu banyak musuhnya. Lalu musuhnya mencari-cari cacat Ali, tetapi mereka tidak menemukannya. Lalu mereka memuji seorang yang telah memerangi Ali sebagai bentuk makar mereka terhadap Ali.”

Dengannya Ahmad mengisyaratkan kepada hadis-hadis palsu keutamaan yang dibuat-buat untuk memuji Mu’awiyah yang sama sekali tidak punya asal muasal. Dan telah datang banyak hadis tentang keutamaan Mu’awiyah, tetapi tidak satu pun yang shahih dari sisi sanad. Dan Ishaq bin Rahwaih dan an Nasa’i memastikannya demikian.”!”[3]

Penegasan Imam Ahmad di atas telah diterima dan dibenarkan oleh banyak ulama selain Ibnu Jauzi dan Ibnu Hajar. Lebih lanjut baca Tuhfatu al Ahwadzi –syarah Sunan at Turmudzi oleh al Mubârakfûri,10/342 di sana beliau mendukung keyakinannya bahwa tidak satu pun hadis keutamaan Mu’awiyah yang shahih dengan mengutip pernayataan Imam Ahmad dan penegasan Imam Ibnu Rahawaih seperti akan disebutkan di bawah ini!

.

Abu Salafy:

Saya yakin telah jelas bagi Anda bahwa musuh-musuh Ali-lah yang membuat-buat kepalsuan atas nama Nabi saw. tentang keutamaan Mu’awiyah. Lalu datanglah seorang sarjana muallaf kemudian membanggakan hadis-hadis keutamaan Mu’awiyah dan hadis-hadis itu telah diriwayat dan dibukukan oleh sebagian orang! Alangkah jahilnya seorang Sarjana S3 jika ia tidak mengetahui kenyataan ini! Dan jika ia telah mengetahuinya tetapi tetap saja menebar hadis-hadis palsu demi membela seorang munafik maka ia sungguh seorang penipu tak bermoral yang telah menjual agamanya demi Real atau Dollar dari tuan-tuannya dan demi hawa nafsunya!

Sebagaimana jelas pula bahwa para pembenci Ali ra. itu tidak segan-segan memalsu agama dengan tujuan merusaknya! Kita harus waspada! Mereka pasti bukan Ahlusunnah, tetapi mereka adalah kaum Nashibi yang menjadi Salaf kaum Salafi Wahhâbi! Ahlusunnah adalah apa yang dijelaskan oleh Sayyidina Ali dan Sayyidina Ammâr bin Yasir ra. tentang Mu’awiyah!

Dan dari ketarangan Imam Ahmad di atas jelaslah motivasi pemalsuan hadis-hadis  keutamaan Mu’awiyah! Bahwa ia hanya untuk melampiaskan kedengkian mereka kepada Sayyidina Ali ra. Jadi sudah jelas siapa di balik pemalsuan hadis keutamaan Mu’awiyah itu… mereka adalah kaum munafik yang sangat membenci Ali ra. dan mencintai Mu’awiyah! Jadi apakah kita masih akan membanggakan hadis-hadis produk kaum munafik itu?! Kalau Ustadz Firanda sudi membangun agamanya di atas hadis-hadis buatan para pembenci Ali ra., maka kami katakan bahwa kami tidak sudi menjadikan kaum munafik sebagai panutan agama kami!

  • Keterangan Ibnu Rahawaih dalam Nukilan Ibnu Jauzi dan Imam Al Hakim

Imam al Hakim meriwayatkan pernyataan sikap Imam Ibnu Rahawaih sebagai berikut:

“Aku mendengar Abul Abbas Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf berkataa, ‘Aku mendengar ayahku berkata, ‘Aku mendengar Ishaq bin Ibrahim al Handzali berkata:

لا يصحُّ عن النبي (ص) في فضل معاوية بن أبي سفيان شيٌْ.

“Tidak satu pun hadis keutamaan Mu’awiyah yang shahih.[4]

.

Abu Salafy:

Apakah setelah penegasan Ibnu Rahawaih yang dikuatkan oleh Imam al Hakim dan Ibnu Jauzi Ustadz Firanda masih juga tidak punya malu menyebutkan dan membanggakan hadis-hadis keutamaan?! Dan dengan tanda dasar mengatakan bahwa dua hadis yang ia sebutkan itu adalah shahih?!

  • Pernyataan Ibnu Jauzi

Dalam kitab al Maudhû’ât-nya (kitab yang khusus membahas dan merangkum hadis-hadis palsu), Ibnu Jauzi menulis sebuah bab dengan judul: Bab fî Dzikri Mu’awiyah ibn Abi Sufyân. Ia mengawalinya dengan mengatakan:

“Dan telah bersikap fanatik sekelompok kaum yang mengaku perpegang teguh dengan Sunnah lalu meraka memalsu-malsu hadis tentang keutamaan Mu’awiyah untuk membuat murka kaum Rafidhah …. “[5]

Jadi pemalsuan itu dalam analisa Ibnu Jauzi di lakukan oleh kaum fanatik yang mengaku berpegang tegung dangan Sunnah nabi saw., sementara mereka itu bukan Ahlusunnah sejati. Mereka adalah Ahlusunnah gadungan aliasa Nashibi!

  • Ibnu Taimiyah Saja Mengakui!

Dan yang aneh di sini adalah bahwa Ibnu Taimiyah yang sangat membela Mu’awiyah sampai-sampai ia sudi menghina Sayyidina Ali ra. juga tidak ada jalan lain kecuali mengakui kepalsuan hadis-hadis keutamaan Mu’awiyah... Dan tentunya yang membuat hadis-hadis palsu keutamaan Mu’awiyah tidak akan keluar dari tiga kelompok:

A)    Kaun Syi’ah.

B)    Sunni

C)    Nashibi

Kaum Syi’ah jelas tidak mungkin membuat-buat hadis-hadis palsu keutamaan seorang yang telah memerangi Imam mereka dan melaknatinya di atas mimbar-mimbar.

Para ulama Ahlusunnah juga tidak akan sudi membuat-buat hadis palsu membela mantan Kafir  Musyrik dan musuh Nabi saw. dan masih tetap aktif memerangi agama!

Jadi pastilah yang membuat-buat hadis-hadis palsu keutamaan Mu’awiyah adalah kaum Nashibi; musuh Nabi dan keluarga beliau dan pecinta bani Umayyah dan kaum yang mengaku-ngaku berpegang dengan Sunnah! Dan mereka itulah Salafnya Ustadz Firanda yang hadis-hadis palsunya sangat ia banggakan!

Perhatikan Ibnu Taimiyah mengakui:

طائفة وضعوا لمعاوية فضائل و رووا أحاديث عن النبي (ص) كلها كذبٌ.

“Sekelompok kaum membuat-buat keutamaan-keutamaan untuk Mu’awiyah dan meriwayatkan hadis-hadis dari Nabi saw…. semuanya DUSTA.[6]

Bukankah Ibnu Taimiyah itu imamnya Ustadz Firanda? Lalu mengapakah sekarang ia buang Ibnu Taimiyah?!

.

Keterangan al Ajlûni

Imam al Ajlûni menegaskan juga bahwa seluruh hadis keutamaan Mu’awiyah itu palsu! Dalam kitb Kasyfu al Khafâ’:420 beliau berkata:

.

باب فضائل معاوية ليس فيه حديثٌ صحيحٌ.

Bab tentang keutamaan Mu’awiyah. Tidal ada satu pun hadis yang shahih.

.

  • Ketarangan Imam Al ‘Aini –Pensyarah Shahih Bukhari-
  • .

فإن قلت: قد ورد في فضله  يعني معاوية أحاديث كثيرةٌ؟ قلتُ: نعم, و لكن ليس فيها حديثٌ صحيح يصحُّ من طريق الإسناد. نص عليه إسحاق بن راهويه و النسائي و غيرهماز فلذلك قال يعني البخاري: (باب ذكرِ معاوية) و لَم يقل: فضيلة معاوية!

Jika kamu berkata, ‘Telah datang banyak hadis tentang keutamaan Mu’awiyah? Maka saya berkata, “Ya benar! Tetapi tidak satu hadis pun yang shahih dari sisi sanad. Demikian ditegaskan Ishaq bin Rahawaih, an Nasa’i dan selain keduanya. Oleh karena itu, ia (Bukhari) berkata, ‘Bab sebutan tentang Mu’awiyah’ ia tidak berkata, ‘Bab keutamaan Mu’awiyah.’” Lebih lanjut baca ‘Umdatul Qâri!

 

.

  • Penegasan Ibnu Hajar

Seperti telah Anda baca sebelumnya bahwa Ibnu hajar al Asqallâni telah menegaskan bahwa:

“Dan telah datang banyak hadis tentang keutamaan Mu’awiyah, tetapi tidak satu pun yang shahih dari sisi sanad. Dan Ishaq bin Rahwaih dan an Nasa’i memastikannya demikian.”![7]

.

  • Penegasan al Mubârakfûri –pensyarah Sunan at Turmdzi-

Ketika mensyarahi dua hadis riwayat at Turmudzi tentang keutamaan Mu’awiyah, Imam al Mubârakfûri membuktikan dan menegaskan ketidak-shahihan dua hadis tersebut dengan bukti-bukti konret. Kemudian setelahnya ia menegaskan seraya berkata,

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya telah datang banyak hadis tentang keutamaan Mu’awiyah, tetapi tidak satu pun yang shahih dari sisi sanad. Demikian Ishaq bin Rahwaih dan an Nasa’i dan para ulama lain memastikannya.”![8]

 

.

  • Keterangan asy Syaukani

Keterangan senada juga ditegaskan oleh asy Syakani dalam kitab al Fawâid al Majmû’ah-nya, “Para huffâdz telah bersepakat bahwa tidak satu pun hadis keutamaan Mu’awiyah yang shahih.”

.

.

Abu Salafy:

Setelah keterangan para ulama Ahlusunnah di atas, masihkah Anda ragu bahwa Ustadz Firanda sedang mendemonstraikan kecurangan dan penipuan publik? Bukankah ucapan Ustadz Firanda bahwa: Banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Mu’aawiyah! Adalah sebuah penipuan dan kecurangan?!

Apa nilai klaim Ustadz Firanda yang mengatakan bahwa hadis ini atau itu tentang keutamaan Mu’awiyah adalah shahih! Seperti ketika ia berkata menyebut-nyebut keutamaan Mu’awiyah dan mamastikan keshahihannya tanpa dasar:

Kelima: Rasulullah mendoakan Mu’aawiyah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Mu’aawiyah

اللّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا، وَاهْدِ بِهِ

“Yaa Allah jadikanlah ia (Mu’aawiyah) pemberi petnunjuk yang mendapat petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada manusia) dengan sebabnya” (Al-Bukhaari di At-Taariikh Al-Kabiir 5/240 dengan sanad yang shahih, Ahmad dalam musnadnya 29/426 no 17895, dan At-Thirmidzi no 3842)

Nabi juga pernah berdoa:

اللهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ

“Yaa Allahu ajarkanlah kepada Mu’aawiyah ilmu perhitungan dan hindarkanlah ia dari ‘adzab” (HR Al-Bukhari dalam At-Taariikh Al-Kabiir 7/327, At-Thobrooni di Musnad Asy-Syaamiyiin 1/190 dengan sanad yang shahih. Dan hadits ini memiliki syawahid diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya 28/382 no 17152, Ibnu Hibbaan dalam shahihnya 16/192 no 7210, Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya no 1938, At-Thobrooni dalam Al-Mu’ajam Al-Kabiir no 628 , dan lihat penjelasan Al-Bani dalam As-shahihah no 3227)

.

Abu salafy:

Sungguh fanatik memang bisa membutakan dan menulikan para penyandangnya! Demi membela Mu’awiyah Ustadz kita yang satu ini menjadi buta dan tuli dari kebenaran… dengan tanpa dasar dan juga tanpa malu memastikan habwa hadis pertama yang juga diriwayatkan oleh at Turmudzi sebagai hadis dengan sanad shahih! sementara para ulama yang keterangan mereka telah Anda baca langsung menegaskan bahwa tidak satu hadispun tentang keutamaan Mu’awiyah yang shahih dari sisi sanad!! Apakah kaum Salafi Wahhâbi akan menuduh para ulama Ahlusunnah yang kita banggakan dan menjadi rujukan kita itu telah berubah menjadi Syi’ah Rafidhah atau terpengaruh oleh Syi’ah Rafidhah? Dan hanya para pemuja pohon terkutuk saja yang masih konsisten berpegang teguh dengan Sunnah dan keahlisunnahan?!

Selain itu, untuk hadis pertama, bahwa Imam Ibnu Hajar dan dan Imam al Mubârakfûri telah sepakat menegaskan bahwa hadis itu tidak shahih! Ibnu Hajar berkata, seperti dinukil dan dibenarkan al Mubârakfûri:

إسناده ليس بصحيحٍ.

“Sanadnya tidak shahih.[9]

.

Jadi, sudah seharusnya demi keilmiahan analisanya, Ustadz Firanda memaparkan alasannya dalam penshahihan itu!

Tetapi masalahnya adalah bahwa Ustadz Firanda rupanya hanya pandai bertaklid kepada seorang “Pakar Ahli Hadis Wahhâbi” yang sering linglung dan kontradiksi dalam keterangan dan analisanya. Dia adalah Syiekh Nâshiruddîn al Albâni… Akibatnya Ustadz Firanda ikut jadi linglung tak sadar akan apa yang ia katakandan jadi buta dan tuli dari keterangan para ulama besar Ahlusunnah, seperti Imam Ahmad, Imam Ibnu Rahawaih, Ibnu Jauzi, al hafidz Ibnu Hajar al Mubârakfûri dan lainnya!

Untuk sementara saya cukupkan sekian dalam menyoroti penipuan dan kekeliruan Ustadz Firanda tentang hadis keutamaan Mu’awiyah.. insya Allah saya akan kembali menyorotinya kembali.

Kaum Nashibi Sangat Berani Memalsu Atas Nama Agama!

Karenanya janganlah Anda heran jika kaum nashibi (Salaf kebanggaanya kaum Salafi Wahhâbi) sangat berani berdusta atas nama Nabi saw. .. lalu apakah mereka akan merasa perlu takut untuk memalsu atas nama para imam dan tokoh ulama Ahlusunnah seperti Imam Ahmad, Imam an Nasa’i dan selainnya?!

Tentu mereka jauh lebih berani! Karena adalah tidak bernilai sedikit pun apa yang dibawa Uatadz Firanda dengan mengatasnamakan imam-imam Ahlusunnah seperti Imam Ahmad dan an Nasa’i tentang pujian kepada Mu’awiyah!

(Besambung Insya Allah)


[1] (http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/131-tipu-muslihat-abu-salafy-bag-6-aqidah-abu-salafy-muaawiyah-adalah-seorang-munafiq-kafir)

[2] al Bidâyah wa an Nihâyah,8/149, Tarîkh damasuq,12/238 dan al Ishâbah,4/198.

[3] Faht al Bâri,7/81. Pernyataan Imam Ahmad di atas juda dapat Anda baca dsalam kitab al Maudhû’ât karya Ibnu Jauzi,2/24.

[4]Al Maudhû’ât karya Ibnu Jauzi,2/24. Dar al Fikr. Bairut dengan tahqiq Abdurrahman Muhammad Utsman. Thn.1403 H/1983 M.

[5] Ibid.15.

[6] Minhaj as Sunnah,2/207.

[7] Faht al Bâri,7/81.

[8]Tuhfatu al Ahwadzi,10/342.

[9]Tuhfatu al Ahwadzi,10/341 ketika menerangkan hadis dengan nomer urut:3931.



Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah (Bagian: 5)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Pendapat Ibu Umar ra. Tentang Kemunafikan Mu’awiyah bon Abu Sufyan!

Kemunafikan Mu’awiyah bukan lagi tahasian di kalangan para sahabat yang tentunya mereka tau persis mentalitas dan kualitas formal keislamannya. Setelah Anda menyimak bagaimana Sayyidina Ali ra. dan Sayyidina Ammâr ra. menegaskan bahwa Mu’awiyah hanya berpura-pura saja memeluk Islam dan menghentikan permusuhannya terhadap Allah dan Rasul-Nya serta Risalah Islam, kini saya ajak Anda menyimak penegasan sikap Sayyiduna Abdullah bin Umar ra. di mana beliau tegas-tegas mengatakan bahwa Mu’awiyah dan Abu Sufyan hanya memeluk Islam karena keterpaksaan ketika tidak ada jalan lain  untuk menyelamatkan diri mereka kecuali dengan berpura-pura memeluk Islam… sebab Islam akan menerima siapapun yang secara formal menyatakan dua kalimat syahata/syahâdatain!

Mengapa Sikap Ibnu Umar Menjadi Penting Di Sini!

Kaum Salafi Whhâbi dalam banyak sikapnya, khususnya dalam membela Mu’awiyah dan keluarga bani Umayyah dan dalam mengecilkan keagungan Sayyidina Ali ra. sering kali mengandalkan sikap dan stitmen Ibnu Umar! Dalam perang antara Khalifah Ali ra. dan para pemberontak misalnya, para Wahhâbiyyûn menjadikan ketidak-ikut sertaan Ibnu Umar dalam membela Khalifah Ali ra. dalam peperangan-peperangannya menumpas para pemberontak sebagai pijkan bahwa peperangan yang tterjadi itu adalah fitnah! Dan menjauhkan diri dari terjebak dalam kondisi fitnah seperti itu lebih afdhal ketimbang melinbatkan diri! Walaupun kenyataannya, Ibnu Umar kemudian sangat menyesal atas sikap absennya dalam membela Khalifah Ali ra untuk menumpas Mu’awiyah dan para pemberontak itu!

Contoh lain adalah dalam kasus bai’at kepada Yazid, sikap Ibnu Umar yang mengecam penduduk kota suci Madinah yang terdiri dari putra-putra para sahabat Anshar dan sebagian Muhajirin yang melepas ikatan baia’at kepada Yazid… oleh kaum Salafi Wahhâbi dijadikan dasar pembelaan mereka terhadap Yazid!

Oleh karenanya adalah penting di sini bagi saya untuk menyajikan pernyataan sikap Ibnu Umar ra…. sebab beliau adalah panutan kaum Salafi Wahhâbi dan pembesar Salaf Shaleh yang sering mereka banggakan dan mereka jadikan hujjah sikap dan stitmennya!

Kata Ibnu Umar: Mu’awiyah dan Abu Sufyan Masuk Islam Karena Terpaksa!

Para ulama meriwyatkan pernyataan Ibnu Umar tersebut, di antara mereka adalah Ibnu al A’râbi dalam kitab Mu’jam-nya,4/102 sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أبو يحيى زكريا بن يحيى الناقد ، حَدَّثَنَا صالح بن عبد الله الترمذي ، حَدَّثَنَا محمد بن الحسن ، عن العوام بن حوشب ، عن جبلة بن سحيم ، عن ابن عمر قال : لما كان أمر الحكمين .. فذكر الحديث، وفيه:  فخرج معاوية – فظن أني قدمت لذلك-  على جمل أحمر جسيم ، فجعل يقول : من ثم ذكر كلمة هذا الأمر؟ من يرجو هذا الأمر؟  فأردت أن أقول : من ضربك وأباك على الإسلام حتى أدخلكما فيه كرهاً…

…. dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Ketika perkara perdamaian…. (lalu ia menyebutkan hadis dan di antaranya): Maka Mu’awiyah keluar dengan mengendarai unta besar berwarna merah, dan ia menyankan aku keluar untuk itu (ambisi kekhalifahan_pen). Mu’awiyah berkata, “Siapakah di sana orang yang menyebut-nyebut urusan ini? Siapakah orang yang berharap mendapat perkara inbi (kekhalifahan_pen).

Maka aku (ibnu Umar) ingin berkata, “yang berharap terhadanya adalaah orang yang memukulmu dan memukul bapakmu atas dasar Islam sehingga memasukkan kamu berdua ke dalam Islam dengan terpaksa!…

Abu Salafy:

Jelas sekali dalam riwayat di atas bahwa sahabat Abdullah bin Umar ra. meyakini bahwa Mu’awiyah dan Abu Sufyan itu memeluk Islam dengan terpaksa/karhan! Tidak memelukkknay dengan senang hati dan keimanan!

Lalu apa nilai provokasi Ustadz Firanda yang menuduh saya (abu salafy) sebagai yang berdusta dan mengada-ngada ketika menegaskan bahwa Mu’awiyah itu seorang munafik! Ia hanya berpura-pura menampakkan keislamannya demi keselamatan dunia! Abu salafy benar-benar telah membangun akidahnya di atas sikap dan pendapat Salaf Shelah, para sahabat besar seperti Ali, Ammar dan Ibnu Umar serta lainnnya dan para tabi’în, seperti telah dan akan saya sajikan secara tuntas insya Allah dalam artikel-artikel saya yang akan datang!

Imam Bukhari Juga Meriwayatkan Pernyataan Sikap Ibnu Umar

Dan saya tambahkan di sini bahwa pernyataan sikap Ibnu Umar di atas juga telah diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, hanya saja beliau tidak menyebutkannnya secara lengkap!

Coba Anda perhatikan riwayat Bukhari dalam Kitabul Maghazi di bawah ini:

صحيح البخاري – كِتَاب الْمَغَازِي – أول يوم شهدته يوم الخندق
3882

حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ مَعْمَرٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ / ح/  قَالَ وَأَخْبَرَنِي ابْنُ طَاوُسٍ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ وَنَسْوَاتُهَا تَنْطُفُ (تَنْطِفُ) قُلْتُ قَدْ كَانَ مِنْ أَمْرِ النَّاسِ مَا تَرَيْنَ فَلَمْ يُجْعَلْ لِي مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ؟

 فَقَالَتْ إلْحَقْ فَإِنَّهُمْ يَنْتَظِرُونَكَ وَأَخْشَى أَنْ يَكُونَ فِي احْتِبَاسِكَ عَنْهُمْ فُرْقَةٌ فَلَمْ تَدَعْهُ حَتَّى ذَهَبَ فَلَمَّا تَفَرَّقَ النَّاسُ خَطَبَ مُعَاوِيَةُ قَالَ مَنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَتَكَلَّمَ فِي هَذَا الْأَمْرِ فَلْيُطْلِعْ لَنَا قَرْنَهُ فَلَنَحْنُ أَحَقُّ بِهِ مِنْهُ وَمِنْ أَبِيهِ

قَالَ حَبِيبُ بْنُ مَسْلَمَةَ – لابن عمر- فَهَلَّا أَجَبْتَهُ؟

 قَالَ عَبْدُ اللهِ فَحَلَلْتُ حُبْوَتِي وَهَمَمْتُ أَنْ أَقُولَ أَحَقُّ بِهَذَا الْأَمْرِ مِنْكَ مَنْ قَاتَلَكَ وَأَبَاكَ عَلَى الْإِسْلَامِ… الحديث.

… Ibnu Umar berkata, “Aku masuk menjumpai Hafshah ketika itu kepang rambunya meneteskan air, aku berkata kepadanya, “Engkau telah mengetahui perkara manusia dan tidak dijadikan untukku sedikit pun dari perkara ini (Kekhalifahan_pen)?!”

Hafsha berkata, “Susullah mereka, karena sesungguhya mereka menantimu. Aku khawatir terjadi perpecahan dengan bertahannya engkau tidak menyusul mereka.”

Hafshah terus mendesak Ibnu Umar sehingga ia pun pergi (ke Daumatul Jandal, tempat perundingan antara pihak Khalifah Ali ra. dan pihak pemberontak yang dipimpin Mu’awiyah_pen). Dan setelah manusia bubar, Mu’awiyah berpidato, ia berkata, “Siapa orang yang hendak berbicara tentang perkara ini hendaknya ia berbicara dan hendaknya ia menampakkan tanduknya. Kami benar-benar lebih berhak atas perkara ini darinya dan dari ayahnya sekali pun!

Habib bin Maslamah berkata kepada Ibnu Umar, “Mengapakah engkau tidak menbantahnya?!”

Abdullah (bin Umar) berkata, “Aku lepas ikatan habwah-ku (ikatan yang dilingkarkan ke pinggan dan kedua kaki di saat duduk_pen) dan aku bermaksud membantahnya dan berkata, “Yang berhak atas perkara in adalah orang yang memerangimu dan memerangi bapakmu atas dasar Islam… (maksudnya adalah para sahabat Nabi saw. yang telah memerangi Mu’awiyah dan Abu Sufyan dalam peperangan badar, Uhud, dan Khandak_pen)

((http://hadith.al-islam.com))

Abu Salafy:

Sampai batas ini Imam Bukhari meriwayatkan… tanpa melanjutkan bagian akhir pernyataan Ibnu Umar ra. yang menegaskan bahwa Mu’awiyah dan Abu Sufyan itu masuk Islam karena terpaksa!

Tetapi dalam riwayat Imam Bukhari di atas terdapat data penting yang membongkar keangkuhan dan pandangan buruk Mu’awiyah terhadap Khalifah Umar ra. di mana ia terang-tarangan menegaskan bahwa ia lebih berhak atas kekhalifahan dari Ibnu Umar bahkan dari Khalifah Umar sendiri!

Bukankan pernyataan Mu’awiyah itu benar-benar penghinaan atas Khalifah Umar bin Khaththab! Lalu mengapakah para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn bungkam seribu bahasa tidak memberikan pembelaannya sedikit pun atas Khalifah Umar yang sedang dilecehkan Mu’awiyah! Riwayat penghinaan Mu’awiyah atas Khalifah Umar ra. ini bukan dalam riwayat Syi’ah Rafidhah atau Mu’tazilah atau sekte Jahmiyah. Tetapi ia dalam riwayat Shahih Bukhari!

Inilah sebenarnya akidah yang sedang disembunyikan para Salafyyûn Wahhâbiyyûn… Abu Sufyan, Mu’awiyah, Yazid dan bani Umayyah lah yang harus dibela dan diselamatkan dan dibuat harum nama mereka! Adapun Sayyidina Umar ra, dan apalagi Sayyidina Ali ra. bukankah manusia-manusia penting yang harus dibela dari penghinaan siapapun! Inilah yang tidak banyak diketahui umat Islam! Mereka adalah barisan terdepan pambela kaum munafik! Bukan membela sahabat apalagi keluarga dekat Nabi saw…..

Sebagai bukti kecil bagaimana mereka bangkit serempak menentang dan memvonis Abu Salafy sebagai sesat ketika Abu Salafy mencoba menyajikan data-data tersembnyi tentang Mu’awiyah dan kemunafikannya! Ketika Abu Salafy membongkar data-data tersembunyi itu maka para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn kebakaran jenggot bak anak setan sedang dibacai surah Yasin! Mereka bangkit membela Mu’awiyah dengan alasan dia sahabat Nabi saw.! bukankah demikian sobat cerdas abusalafy?!

Dan dalam kesempatan lain insya Allah saya akan hadirkan data-data tentang keangkuhan Mu’awiyah dan klaim-klaim palsunya terkait dengan kedudukan dan kedekatannya serta jasa-jasanya terhadap Islam!

(Bersambung  insya Allah)


Mu’awiyah Dalam Pandangan Para Tokoh Ulama Ahlusunnah (I)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Setelah Anda baca langsung bagaimana sikap dan pandangan para sahabat besar seperti Sayyidina Ali ra. dan Sayyidina Ammâr ra. terhadap Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang dibanggakan dan bela oleh Ustadz Firanda dan para Salafi Wahhâbi pada umumnya … dan bagaimana para sabahat besar ra. itu menegaskan kemunafikan Mu’awiyah dan bahwaa Mu’awiyah adalah sisa-sisa pemimpin pasukan kafir musyrik di parang Ahzâb yang masih tersisa dan tetap berperan aktif memerangi Islam dengan segala cara, termasuk dengan berpura-pura memeluk Islam… Setelah mengetahui sikap dan pandangan para sahabat mulia ra tersebut dalam beberapa edisi artikel saya dengan judul Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah, maka tidaklah heran apabila kita menemukan bagaimana para ulama dan tokoh besar Ahlusunnah juga berpandangan buruk tentang Mu’awiyah… sebab para sahabat agung itulah panutan kita kaum Ahlusunnah wal Jamâ’ah.

Dalam kesempatan kali ini saya mengajak Anda untuk menyimak lansung pernyataan sikap para tokoh besar dan para imam agung Ahlusunnnah tentang Mu’awiyah… Dan saya informasikan di sini bahwa apa yang akan saya sebutkan hanyalah sekedar contoh kecil dari pernyataan sikap para ulama Alusunnah, selain yang saya sebutkan masih bnanyak lainnya. Sebab sesungguhnya pernyataan para ulama Ahlusunnah yang mengecam Mu’awiyah dan penampakan sikap anti-pati mereka kepadanya sangat banyak. Karenanya yang saya sebutkan hanya pernyataan sikap dari para ulama yang masyhur seperti Imam an Nasa’i –penulis kitab as Sunan-, al Hakim –penulis kitab al Mustadrak, Abdurrazzâq –penulis kitab al Mushannaf- dan yang sangat diandalkan oleh para tokoh dan imam Ahli Hadis Ahlusunnah seperti Imam Ahmad, bin Hanbal, Imam Bukhari dan lainnya!!

  • Pernyataan Sikap Imam an Nasa’i (W.303 H)

Adz Dzahabi (ulama yang sering dibanggakan kaum Salafi Wahhâbi tentunya termasuk juga oleh Ustadz Firanda) melaporkan dalam kitab Siyar A’lâm an Nubalâ’,14/133 sebagai berikut:

“Pada an Nasa’i terdapat sedikit tasyayyu’ (kesyi’ahan) dan menyimpang/bersikap anti terhadap musuh-musuh Imam Ali, seperti Mu’awiyah dan ‘Amr bin al Âsh.”

Ia juga menyebutkan bahwa, “An Nasa’i keluar dari negeri Mesir di akhir usianya menuju Damaskus, lalu (di sana) ia ditanyai tentang Mu’awiyah, dan tentang hadis-hadis keutamaannya? Maka beliau berkata, “Tidakkah kalian rela/cukup Mu’awiyah diidiamkan saja sehingga memaksa untuk diberi keutamaan?! Ia (perawi) berkata, “Maka mereka (penduduk Damaskus) mengeroyok beliau dengan menendang kemaluannya sehingga beliau dikeluarkan dari masjid, … ad Dâruquthni berkata, ‘An Nasa’i keluar untuk menunaikan ibadah haji lalu ketika ia singgah di Dakaskus ia diuji (sikapnya tentang Mu’awiyah), maka beliau gugur syahid.’”

Abu Salafy:

Sobat abusalafy yang kritis! Coba Anda perhatikan bagaimana keganasan para pemuja pohon terkutuk dan Pemimin Kelompok Penganjur ke dalam api neraka; Mu’awiyah…. mereka tidak segan-segan mengeroyok seorang imam agung Ahlusunnah, Imam an Nasa’i (rahimahulllah) dan menginjak-nginjakn serat menendangi kemaluan beliau sehingga beliau gugur sebagai syahid demi kecintaan beliau kepada kebenaran dan karena sikap tegasnya terhadap Mu’awiyah si gembong munafik!

Dan tidaklah mustahil sikap ganas dan bernuansa terorisme itu akan dilakukan oleh para pelanjut mereka, kaum Salafi Wahhâbi yang memang didoktrin untuk menjadi manusia-manusia galak berhati  keras bak batu! Mereka pasti siap membantai dan menghabisi nyawa siapapun yang berani menelanjang Mu’awiyah dan membongkar kedok kemunafikannya…. termasuk juga abu salafy pasti akan menjadi sasaran kejahatan dan keganasan mereka!

Penduduk kota Damaskus yang dahulunya adalah ibu kota KERAJAAN TIRAN[1]  Mu’awiyah dan bani Umayyah selama kurang lebih satu abad telah diracuni jiwanya oleh doktrin sesat menyesatkan bani Umayyah. Sehingga kendati kekuasaan bani Umayyah telah tumbang, namun racun itu masih bekerja aktif dalam jiwa-jiwa penduduknya bak anjing gila yang galak dan siap menerkam kaum mukminin!

Dan kini kesesatan bani Umayyah itu dirawisi oleh kaun Nashibi yang kebanyakan mereka itu tumbuh subur di kalangan pengikut Wahhâbi Salafi! Sehingga merekalah pihak yang paling getol membela Mu’awiyah dan menyudutkan Sayyidina Ali dan mengecam dan mengancam para pecinta dan pengikutnya, seperti Abu Salafy!

Dan orang-orang seperti mereka akan selalu ada dan gentanyangan di setia zaman dan ruang! Demikian dikatakan Adz Dzahabi dalam Siyar A’lâm-nya3/128: “Dan datang setelah Mu’awiyah banyak orang yang mencintainya, berlebih-lebihan dalam memujanya dan menyematkan keutamaan untuknya. Baik karena mereka telah dikuasai dengan kedermawanan, kehaliman atau dengan santunan, atau karena mereka lahir di negeri Syam… dan mereka tumbuh dewasa atas dasar nushb (kebencian kepada Ali dan Ahlulbat). Na’ûdzu Billahi dari hawa nafsu. … .”

Abu Salafy:

Andai adz Dzahabi hidup sekarang pasti ia akan manambah keterangannya dengan atau karena belajar dari para masyâikh Wahhâbi Salafi dan kenyang dengan ajaran Ibnu Taimiyah!

  • Pernyataan Sikap Al Hakim (405 H)

Adz Dzahabi dalam Siyar A’lâm-nya,17/175 mengatakan, “Dalam kitab Thabaqât asy Syâfi’iyah al Kubrâ karya Imam as Subki (4/164) disebutkan, ‘Ketika dikatakan kepada al Hakim, ‘Sampaikan hadis-hadis keutamaan Mu’awiyah agar mereka menahan diri dari menyakitimu!’ Maka beliau berkata, ‘Tidak bisa datang dari hatiku!’ maksudnya membawakan hadis keutamaan Mu’awiyah.

Abu Salafy:

Sekali lagi Anda saksikan sikap ganas dan bringasan para pembela Mu’awiyah! Kini korbannya adalah imam besar Ahlusunnah beliau aalah al Hakim (rahimahullahu)!

Jadi janganlah heran jika Anda saksikan para pelanjut mereka, kaum Salafi Wahhâbi juga bersikap bringasan dan ganas terhadap para pcinta Ali ra. Dan juga heran apabila bibit terorisme muncul dari kelompok ini… mereka adalah ancaman bagi kedamaian dan persatuan umat Islam!

Kalau dahulu para ulama Ahlsunnnah mereka jadikan sasaran keganasan mereka… Maka kini, agenda mereka adalah mengadu domba antara umat Islam dengan slogan Sunnah Syi’ah! Karenanya kita harus waspadai mereka!

  • Pernyataan Sikap Imam Abdurrazzâq –Penulis kitab al Mushannaf- (W.211H)

Di antara panutan ulama dan tokoh tersohor Ahlusunnah yang membuktikan ketegasan sikapnya terhadap Mu’awiyah adalah Imam Abdurrazzâq.

Sekali lagi saya percayakan kepada adz Dzahabi untuk melaporkan bukti sejarah akurat itu, sebab dia adalah ulama yang sering dibanggakan para Salafi Wahhâbi. Dalam kitabnya Siyar A’lâm-nya,9/570, adz Dzahabi melaporkan, “Abdurrazzâq berkata kepada seseorang, ‘Jangan kamu kotori majlis kami dengan menyebut-nyebut putra Abu Suyfan itu!”

Abu Salafy:

Abdurrazzâq adalah seorang imam agung dan tokoh ternama Ahlusunnah. Beliau adalah Maha Gurunya Imam Ahmad. Dan kitab al Mushannaf karangannya adalah rujukan para ulama Ahlusunnah dalam meriwauyatkan hadis dan atsar.

Abdurrazzâq merasa dengan sekedar menyebut nama Mu’awiyah majlis mulia beliau menjadi kotor… apalagi dengan menyebut hadis-hadis palsu keutamaannya yang dibdustakan atas nama Nabi saw.! Pasti akan lebih mengotorinya!!

Apakah karena sikap tegasnya terhadap Mu’awiyah Anda akan menuduh beliau sebagai gembong Syi’ah Rafidhah?!

  • Pernyataan Sikap Abu Ghassân an nahdi al Kufi Dan Sekelompok Ulama Ahlusunnah Lainnya Dari Guru-guru Imam Bukhari, Abu Zur’ah, Abu Hâtim dan Lainnya

Adz Dzahabi melaporkan dalam Siyar A’lâm-nya, 10/432 ketika membicarakan biografi Abu Ghassân an Nahdi(yang nama beliau adalah salah satu parawi andalan para penulis Shihâh Sittah (enam kitab hadis rujukan Ahlusunnah) bahwa, “Abu Ahmad al Hakim berkata, ‘Al Husain al Ghâzi menyampaikan kepada kami, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Bukhari tentang Abu Ghassân, ia berkata (menjawab), ‘Tentang apanya kamu bertanya?’ Aku berkata, ‘Tentang kesyi’ahannya.’ Maka Bukhari berkata, ‘Dia berpendapat seperti penduduk kotanya (Kufah). Andai kamu menyaksikan Ubaidullah bin Musa, Abu Nu’aim, dan sekelompok dari masyâikh (gugu-guru) kami dari kota Kufah pasti kamu tidak akan menanyakan kepada kami tentang  kesyi’ahan Abu Ghasân.

Saya (adz Dzahabi) berkata, “Dan adalah Abu Nu’aim dan Ubaidullah keduanya mengagungkan Abu Bakar dan Umar. Hanya saja mereka berdua  mencela/mengecam Mu’awiyah dan keluarganya.”

Abu salafy:

Adapun Ubaidullah bin Musa telah diriwayatkan darinya bahwa ia tidak pernah sudi mengizinkan seorang yang bernama Mu’awiyah –siapa pun dia- untuk menginjakkan kakinya di rumahnya. Beliau juga tidak sudi menyampaikan hadis kepada sekolompok muridnya jiga ada di antara yang hadir ada yang bernama Mu’awiyah!! Ketarangan ini dapat Anda baca langsung dalam kitab Siyar A’lam-nya adz Dzahabi,9/556-557.

Demikianlah sikap tegas seorang imam agung Ahlusunnah… lalu apakah seorang akan dituduh Syi’ah Rafidhah karena kebenciannta kepada seorang Munafik?

Bukankah semua tokoh yang saya sebutkan sikap dan pernyataanya (dan mereka yang saya sebutkan ini hanya sekedar contoh, bukan hanay mereka yang bersikap seperti itu!!) adalah para tokoh ulama Ahlusunnah?

Jelas sikap mereka sangat berdasar… dan tidak lahir dari keluguan (dan Anda boleh membacanya kedunguan) seperti sikap memuja dan menyanjung Mu’awiyah seakan dia adalah seorang sahabat mulia yang sangat berjasa untuk Islam….

Ya! Tidak seperti mereka yang membangun akidahnya tentang Mu’awiyah di atas dasar hadis-hadis palsu dan pengingkaran sejarah otentik yang membongkar kejahatan dan kefasikan Mu’awiyah!!

Karenanya, abusalafy meminta dengan serius siapapun yang bersemangat memuja Mu’awiyah dan keberatan atas kecaman dan dibongkarnya kejahatannya di sini (blog abusalafy) lalu memudh Abu Salafy sebagai bukann Ahlusunnah untuk mendatangkann bukti-bukti yng dapat mengalahkan bukti-bukti tegas tentang sikap Sayyidina Ali ra. Sayyidina Ammâr ra. dan para tokoh sahabat dan tabi’in lainnya yang sebagiannnya telah saya sajikan di sini!

Jika tidak mampu maka ketahuilah bahwa mereka tidak punya Salaf dalam masalah ini… mereka hanya pemuja pohon terkutuk dalam Al Qur’an.

(Bersambung Insya Allah)


[1] Mu’awiyah bukan seorang Khalifah, tetapi ia adalah Raja Tiran yang menggigit umat Islam dengan taring berbisanya sehingga merusak agama ini! Dalam sabda Nabi saw. disebut dengan istilah Mulkun ‘Adhud/kerajaan menggigit/tiran/jahat!


Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah (Bagian: 6)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Kemunafikan Mu’awiyah dan ketidak-berimanannya kepada Allah, Rasul-Nya dan hari akhir bukanlah rahasia bagi yang mau menanggalkan baju fanatisme buta kepada kemunafikan daan kaum munafik! Penegasan dan vonis Sayyidina Ali, Sayyidian Ammâr dan para sahabat serta para pemuka Tabi’în sudahlah cukup sebagai bukti… pernyataan sikap mereka tentang kemunafikan Mu’awiyah telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari mereka dan sikap itu adalah sikap pasti mereka… sementara kita semua tau dan mengakui kemuliaan dan keagungan mereka! Mereka adalah pemuka Salaf Shaleh kita semua… Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk meragukannya!

Namun barangkali serbagian Salafi Wahhâbi tidak suka dengan pernyataan mereka dan tidak menjadikan para sahabat dan pemuka Tabi’în itu sebagai panutannya, maka saya berharap pernyataan sikap dari seorang yang pasti mereka cintai dan agungkan karena ia adalah dari kelompok Mu’awiyah sendiri mampu mengembalikan kesadaran mereka dan mereka mau menerimanya. Sebab pernyataan sikap itu dinyatakan oleh orang terdekat dan orang kepercayaan Mu’awiyah yang tentunya pasti oleh kaum Salafi Wahhâbi diyakini sebagai Salaf Shaleh mereka!

Karenanya, saya akan bawakan pernyataan orang dekat dan kepercayaaan Mu’awiyah dan tentunya ia sangat tau dan faham hakikat diri Mu’awiyah… obsesinya … kecenderungannya… keimanan atau kemunafikannya!

Pernyataan Mughîrah bin Syu’bah Bahwa Mu’awiyah adalah Manusia Paling Kafir:

Kesaksiaan Mughirah ini sangat penting dan pada waktu yang sama sangat berbahaya. Sebab ia adalah kesdaksian teman dekat yang sangat kenal siapa Mu’aqwiyah! Sebagaimana juga ia adalah kesaksian yang disampaikan oleh rekan Mu’awiyah yang juga banyak terlibat dalam berbagai aksi kejahatan bersama Mu’awiyah, tuannya! Namun kendati demikian, pada akhirnya ia tidak sanggup berlari mengejar kekafiran Mu’awiyah yang menurutnya sudah kelewat batas! Sehingga pada akhirnya ia mengungkapkan kesaksiannya akan kekafiran Mu’awiyah kepada Muthraf; putranya sendiri!

Kesaksian itu telah direkam oleh Zubair bin Bakkâr –seorang ulama besar dari keluarga sahabat Zubair bin Awwâm, yang dikenal keberpihakannya kepada musuh-musuh Ahlulbait Nabi ra., sehingga kita tidak percu khawatir akan kejujurannya dalam laporannya tentang masalah-masalah seperti ini-. Zubair bin Bakkâr melaporkan dalam kitab al Muwaffaqiyyat-nya sebagaimana berikut ini:

“Mathraf bin Mughîrah bin Syu’bah berkata, ‘Aku bersama ayahku masuk menemui Mu’awiyah. Dan sudah menjadi kebiasaan ayahku untuk menemui Mu’awiyah dan berbincang-bincang, lalu kemudian sepulangnya ia bercerita kepada kami keunggulan akal dan pandangan-pandangan Mu’awiyah. Lalu pada suatu malam ayahku pulang dan ia menahan diri dari makan malamnya, aku menyaksikannya terlihat sedih. Aku menunggunya. Aku mengira mungkin kesedihannya karena ada kesalahan dari kami. Lalu aku berkata, “Wahai ayah! Mengapakah gerangan aku menyaksikanmu bersedih sepanjang malam ini? Ayahku menjawab,‘Hai anakku! Aku baru saja menemui seorang yang paling kafir dan paling busuk!” Aku bertanya, ‘Apa itu?’ ia berkata, “Aku berkata kepada Mu’awiyah di saat aku duduk berduaan dengannya, ‘Wahai Amirul Mukminin! Sesungguhnya usiamu telah lanjut, andai saja engkau mau menampakkan keadilan dan kamu berikan kebaikan. Andai engkau memperhatikan nasib kerabat dekatmu sendiri dari keluarga bani Hasyim, coba engkau sambung tali rahim mereka. Demi Allah, tidak ada lagi yang perlu engkau takutkan dari mereka. Jika engkau lakukan hal itu pasti  akan membuat nama harum-mu menjadi abadi dan pahala juga akan diberikan untukmu. Maka ia menjawab, TIDAK! TIDAK! Sebutan apa yang aku harap dapat abadi! Saudara dari suku Taim (Khalifah Abu Bakar maksudnya_pen) berkuasa lalu ia berbuat baik, lalu apa? Ia mati dan sebutannya pun juga terkubur bersamanya! Orang-orang hanya menyebut-nyebut, ‘Abu Bakar! Abu Bakar! Begitu juga saudara suku Adi (Khalifah Umar maksudnya_pen) berkuasa, lalu ia bersungguh-sungguh dalam berbuat baik, kemudian ia mati, maka terkuburlah sebutannya. Orang-orang hanya menyebut-nyebut, Umar! Umar!

Sedangkan anaknya Abu Kabsyah namanya dijeritkan setiap hari lima kali  “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul/utusan Allah! Perbuataan dan nama harum apa yang akan abadi! Celakalah engkau! Tidak! sehingga nama orang itu (Nabi Muhammad saw maksudnya_pen) dikubur sedalam-dalamnya/dafnan-dafnan!”[1]

Abu Salafy:

Inilah Mu’awiyah seperti diperkenalkan oleh orang kepercayaannya yang sangat dekat! Inilah hakikat Mu’awiyah yang dibanggakan oleh Ustadz Firanda dan para pemuja kemunafikan lainnya!

Bukankah Mughirah bin Syu’bah itu adaalah Salaf Shaleh kebanggaan kaum Salafi Wahhâbi!

Bukankah Mughirah bin Syu’bah itu teman dekat Mu’awiyah dan sekutu dalam berbagai kejahatan  politiknya?

Bukankah sudah barang pasti Mughirah lebih mengenal Mu’awiyah dibanding Anda yang hanya mengandalkan hadis-hadis palsu untuk menyanjungnya?! Mengagungkannya! Menjadikannya seorang Mujtahid! Seorang Mujahid! Seorang sahabat dekat Nabi saw.! Seoranf Penulis wahyu suci! Seorang yang mendapatkan sederetan doa Nabi saw.! seorang Khalifah agung!

Jika kalian wahai para Salafi Wahhâbi tidak doyan dengan sajian saya berupa pernyataan sikap para sahabat mulia seperti Sayyidina Ali, Sayyidina Ammâr dkk. Maka tentunya kalian pasti diyan dengan pernyataan kolega Mu’awiyah sendiri yang memang selama ini menjadi profesi kalian untuk membela mereka! Dan karena saya telah kenali mentalitas dan kejiwaan kalian serta kecintaan kalian yang mendalam kepada pohon terkutuk; bani Uamyyah dan antek-anteknya, maka saya pun terpaksa menyajikan kesaksian Mughîrah bin Syu’bah.. mudah-mudahan kalian dapat menemukan dan tunduk kepada kebenaran melalui kesaksiannya! Amin.

(Bersambung Insya Allah)


[1] Zubair bin Bakkâr; Al Akhbâr al Muwaffaqiyyât:576-577, al Ms’ûdi; Murûj adz Dzahab;,4/41 dan Muhammad bin Aqil; an Nashâih al Kâfiyah:93.


Ekstrimis Salafi Wahhâbi Bagaikan Bom Waktu Mengancam Kedamaian Umat Islam Indonesia!

$
0
0

Islam adalah agama damai dan rahmatan lil âlamîn

Islam adalah agama dialog sehat dan hujjah dihadapi dengan hujjah…

Islam agama yang tidak pernah memaksakan aikdahnya dengan kekerasan…

Itulah yang telah diteladankan para Salaf yang benar-benar shaleh… bukan Salaf thaleh/bejat dan fasik yang dicontohkan oleh bani Umayyah dan para pengikutnya….

Apa yang kita saksikan dari kekarasan… kebengisan dan potret kaku dan lebih mirip dengan agama teririsme yang ditampilkan sebagian kelompok yang mengusung label Salafi adalah hasil pembecaan yang keliru tentang Islam dan juga dari hasil peneladanan yang menyimpang dari para pendahulu yang sama sekali tidak mewakili Islam dan ajarannya!

Jadi, akibat dua faktor di atas: Pemahaman yang keliru tentang Islam dan meneladani para teladan buruk… para Salafi itu menjadi kelompok yang gengis dan haus darah serta tidak kenal kompromi dengan siapapun dari umat Ialam yang tidak sepaham dengan mereka… persis dengan ulah kaum Khawarij yang mengafirkan Khalifah Ali ra dan juga kaum Muslimin yang tidak semazhab dan sepaham dengan mereka!

Dalam tulisan ini saya berkasud mengjak Anda kembali kepada benang merah kekerasan atasa nama agama yang dilakonkan para ekstrimis Salafi Wahhâbi di berbagai belahan dunia Islam dengan pengeboman, pembantaian, teror dan intimidasi terhadap siapapun yang tidak sepaham dengan mereka!

Puluan kalau tidak ratusan contoh kasus yang terjadi di sepanjang sejarah umat Islam yang sempat direkam oleh ppara ulama Islam… namun dalam ksemepatan saya hanya menyebutkan tiga atau empat contok tindakan teror yang dilakukan para pendahulu Ektrimis Salafi Wahhâbi terhadap para ulama yang tidak sepamah dengan paham mereka.

Teror Atas Imam Ibnu Jarir ath Thabari

Muhammad bin Jarir ath Thabari adalah salah seorang ulama besar Islam… beliau dijadikan rujukan dalam berbagai masalah… semua itu karena keluasan ilmu dan keutamaan kepribadiannya… beliau telah menguasai banyak disiplin ilmu Islam… tafsir, sejarah, fikih dan lain sebagainya yang tidak dimiliki oleh banyak tokih di zamannya.[1]

Selain itu, beliau dipandang sebagai seorang yang tsiqah/ tetpercaya, hafidz, tokoh dalam iulmu tafsir dan fikih yang banyak mengetahui perbedaan pendapat fikih di antara para ulama dan fukaha’ Islam, alim dalam ilmu Al Qur;an dan bahasa Arab… [2] Demikian para ulama mensifatinya.

Tetapi, coba Anda perhatikan, apa yang beliau alami dari para pendahulu kaum Ektrimis Salafi Wahhâbi dari kaum Ektrimis Hanbaliyah… beliau benar-benar diteror dan dizalimi oleh mereka… hanya karena beliau menyatakan apa yang benar beliau yakini.

Dua Kesaksian Ulama Islam

  • Kesaksian Pertama:

Husainak bin Ali an Nisaburi berkata, “Pertama yang ditanyakan kepadaku oleh Ibnu Khuzaimah, ‘Apakah engkau menulis (meriwayatkan) hadis dari Muhammad bin jarir ath Thabari?’ Aku berkata, ‘Tidak.’ Ia bertanya kembali, ‘Mengapa?’ Aku menjawab, ‘Karena ia tidak tampil. Dan kaum Hanâbilah (yang mengaku sebagai pengikut Ahmad bin Hanbal, seperti juga kaum Salafi Wahhâbi_pen)!

Ia berkata, ‘Jelaklah apa yang enkau lakukan. Andai engkau tidak menulis dari semua orang yang engkau menulis darinya dan engkau mendengar riwayat/ilmu dari Abu Ja’far (Ibnu Jarir), pasti itu lebih tepat!’”[3]

  • Kesaksian Kedua:

Abu Bakar bin Bâlawaih berkata, ‘Aku mendengar imamul aimmah/panutan para imam berkata, ‘Aku tidak mengetahui di atas bumi ini yang lebih alim/pandai dari Muhammad bin Jarir. Dan dia benar-benar telah dizalimi kaum Hanâbilah.[4]

Abu Salafy:

Sobat abusalafy yang cerdas Anda tentu ingin tau apa yang mendorong para pendahlu Salafi Wahhâbi untuk berlaku zalim dan menteror Ibnu Jarir ath Thabari sehingga beliau tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai penyebar agama dan Sunnah!

Para ulama, di antaranya adz Dzahabi melaporkan dan memberikan isyarat bahwa kecintaan dan pembelaan Imam ath Thabari terhadap Sayyiduna Ali ra, hal mana kecenderungan kepada keluarga Nabi saw., utamanya Sayyiduna Ali ra adalah sangat tidak disukai oleh kaum nashibi yang banyak membawur di tengah-tengah barisan Hanabilah! Yang mendorong kaum Hanabilah untuk menyerang Ibnu Jarir adalah kecintaan dan pembelaannya serta kegetolannya dalam menyebarkan hadis-hadis keutamaan Sayyiduna Ali ra. Dan semua bentuk simpatik dan kecenderungan kepada Sayyiduna Ali ra. dalam pandangan Hanabilah dan tentunya juga dalam pandangan Salafi Wahhâbi adalah KESYI’AHAN/TASYAYYU’! Ini adalah rahasia mengapa Imam ath Thabari dituduh sebagai Syi’ah!

Perhatikan adz Dzahabi melaporkan: “Ketika sampai kepadanya (Ibnu Jarir) bahwa Abu Bakar bin Abu Daud berbicara (mencacat) hadis Ghadir Khum, ia menulis kitab al Fadhâil, dan beliau memulainya drengan menyebut keutamaan para Khulafa’ Rasyidin, dan ia berbicara tentang penshahihan hadis Ghadir Khum dan mengajukan bukti-bukti keshahihannya… dan kaum Hanabilah adalah pendukung Abu Bakar bin Abu Daud, maka mereka mengeroyok dan menteror Ibnu Jarir. Dan beliau mengalami gangguan dari mereka dan tidak bisa keluar rumah. Kami berlindung dari hawa nafsu.”[5]

Inilah inti masalahnya, Imam ath Thabari telah menshahihkan hadis Ghadir Khum, yang dalam pandangan Salafi Wahhâbi dan para pendahulunya adalah kepalsuan belaka yang dibuat-buat untuk mendukung akidah keimamahan ala Syi’ah…. sementara semua bukti menunjukkkan keshahihan hadis tersebut… walaupun kita berbeda dengan kaum Syi’ah dalam memahaminya!

Para ekstrimis Salafi selalu menyerang siapapun yang berusaha menshahihkan hadis-hadis keutamaan Sayyiduna Ali ra. khususnya yang dapat menjadi senjata Syi’ah dalam menetapkan akidah mereka dalam imamah! Dengan berbagai bentuk serangan.. mulai mendiskriditkan si alim itu.. menterornya dan sampai menyakiti dan membunuhnya!!!! Kisah Imam an Nasa’i adalah sebaik-baik bukti kejahatan para musuh Ahlulbait Nabi saw.

Setelah Wafat Pun Ath Thabari Tidak Selamat Dari Kehajatan Hanabliah!

Ibnu Atsîr menyebutkan bahwa setelah wafat pun, Imam ath Thabari masih mendapat perlakuan kejam dari Ektrimis Salafi Hanbali… mereka melarang jenazah beliau untuk dikebumikan.. sehingga dengan terpaksa dikebumikan di malam hari ketika suasana sepi dan lengah![6]

Abu Salafy:

Demikianlah sikap ekstirm dan kaku kaum hanbali Salafi yangmenjadi panutan para Salafi Wahhâbi sekarang ini… Pikiran dan sikap yang apabila diterima oleh banyak kalangan pemuda yang kebanyakannya adalah awam dan mudah ditipu dengan slogan-slogan menggiurkan, seperti kembali keda Pemahaman dan prakstik Salaf.. pasti akan mengoyak kedamaian dan keharmonisan kehidupan keberagamaan kita di tanah air tercinta..mereka bagaikan bom waktu yang mengancam kesatuan dan kedamaian umat Islam di tanah air! Ini adalah contoh kasus pertama!

Contoh Kasus Kedua:

Fitnah Kaum Hanâbilah Di Kota Baghdad Tahun 323 H

Ibnu Atsîr melaporkan: Pada tahun itu pengaruh dan kekuataan kaum Hanâbilah menguat. Mereka menggeledah kedai-kedai dan tempat-tempat umum, jika mereka menemukan nabîdz (sejenis minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat) mereka tumpahkan. Jika mereka memergoko penyanyi wanita mereka pukuli dan meerka pecahkan alat-alat musiknya. Mereka mencampuri urusan jual beli orang-orang. Dan kaum pria berjalan bersama para wanita dan anak-anak, dan apabila mereka (Hanabliah) melihat meerka, mereka segera mengintrogasi dan menanyakan siapa yang berjalan bersamanya itu… jika meerka enggann memreitahukan.. meerka dipukuli dan digelendeng ke kantor Polisi/syurthah dan mereka bersaksi bahwa pria itu telah berbuat zina.. meerka benar-benar membuat keonaran di kota Baghdad… dan kejahatan dan fitnah mereka semakin menjadi-jadi. Mereka menggunakan jasa kaum tuna netra yang biasa mangkal di masjid-masjid, jika ada seorang bermazhab Syafi’i lewat, mereka segera meminta kaum tuna netra itu untuk mengganggunya, mereka memukulinya dengan tongkat-tongkat mereka mereka sehingga ia nyaris terbunuh.

Maka Khalifah ar radhi mengeluarkan maklumat untuk diumumkan di hadapan para pengikut Hanbaliyah yang mengecam tindakan mereka dan mengecam keyakinan-keyakinan batil, seperti tasbîh di antaranya keyakinan bahwa Allah memiliki wajah yang mirip dengan wajah-wajah kalian yang jelek… kalian meyakini Allah punya telapak tangan, jari jemari, dua kaki dan dua sandal terbuat dari emas, punya ramput keriting, naik ke langit dan turun ke bumi. Maha Suci Allah dari apa yang mereka katakan oleh kaum zalim dan penentang keesaan Allah… kemudian kecaman kalian atas para imam yang luhur.

Dan Amirul Mukinin (Ar Radhi) bersumpah dengan nama Allah.. jika kalian tidak segera berhenti dari mazhab terkecam kalian dan jalan hidup kalian yang bengkok makat ia (Amirul Mukinin) akan mendera kalian dan mengsir kalian dan membunuh kalian… “[7]

Abu Salafy:

Inilah ulah dan tindakan para pendahulu kaum Salafi Wahhâbi… mereka hanya mampu membuat keonaran dan kekacauan di tengah-tengah kaum Muslilin dan hanya pandai mengoyak tabir kedamaian umat….

Tentunya para Salafi Wahhâbi yang menjadikan mereka sebagai panutan pasti akan mencontoh dan meneladani tindakan dungu para pendahulu mereka… dan mereka akan menjadi peloror perusak kedamaian dan kerukunan keberagamaan umat Islam … mereka akan memaksakan keyakinan dan pendapat mereka serta menganggap pemahaman mereka terhadap teks-teks suci agama adalah satu-satunya pemahaman yang sah dan benar… selainnya adalah palsu… penyimpang… sesat dan harus dimusnahkan!

Jika corak keberagamaan seperti ini dibuarkan berkembang di tanah air tercinta… maka kasudahannya pasti sudah dapat dimaklumi… kerkoyaklah keharminisan umat Islam di tanah Air Tercinta Indonesia…

Contoh Kasus Ketiga:

Fitnah Mengraskan Bacaan Basmalah Pada Tahun 447 H

Ibnu Atsîr juga melaporkan bahwa: Pada tahun ini terjadilah fitnah/kekacauan di antara para fukaha’ mazhab Syafi’i dan fukaha’ mazhab Hanbali di kota Baghdad. Pimpinan fukaha’ mazhab Hanbali adalah Abu Ali bin al Farrâ’ dan Ibnu at Tamimi. Mereka didukung oleh banyak kaum awam. Mereka mengecam pengerasan pembacaan Baslamah, melarang tarjî’ dalam adzan dan juga melarang qunut dalam shalat shubuh. Kaum Hanabilah mendatangi Masjid Bab asy Sya’ir dan melarang imam masjid itu mengeraskan bacaan basmalah. Imam masjid itu mengeluarkan Mushaf dan berkata kepada mereka, “Hilangkan tulisan Basmalah ini dari Al Qur’an agar aku tidak membacanya!.”

Abu Salafy:

Apa yang dilakukan Imam masjid tersebut adalah sebuah tindakan bijak…  dan sekaligus pendalilan yang mantap… sebab jika Basmalah bukan bagian dari Al Qur’an maka apa artinya ia ditulis di setiap awal surah Al Qur’an?!

Tetapi terlepas dari mana di antara dua pendapat dalam masalah ini yang benar… bukankah masing-masing pendapat itu didukung oleh dalil yang dipandang kuat oleh peyakinnya?! Lalu apa alasan kaum Hanabliah melakukan teror dan melakukan pemaksaan secara brutal?!

Inilah cikal bakal terorisme internal… yang kerjanya hanya merusak kadamaian dan keharmonisan kehidupan masyarakat Muslim…

Jika pola pandang dan sikap ektirm seperti ini yang menjadi panutan kaum Salafi Wahhâbi maka tidakkah mustahil jika Indonesia dalam waktu singkat akan menjadi pentas peragaan kekerasan atas nama agama dan runtuhlah kesatuan dan persatuan umat Islam yang telah lama dibangun dan dipertahankan para ulanma Ahlusunnah di negeri tercinta ini!

Karenanya, paham-paham enktrim yang dilapkonkan oleh Ektrimisme Salafi Wahhâbi akan menjadi BOM wakku yang meluluh tantakkan bangunan kedamaian masyarakat Muslim Indonesia!

Contoh Kasus Keempat:

Kekacauan Antara Kaum Hanalibah dan Asyâirah Pada Tahun 469 H

Ibnu Atsîr melaporkan: Pada tahun ini, Abu Nashr putra Ustadz Abul Qasim al Qusyairi dalam perjalannnya menuju kota suci untuk menunaikan iibadah haji, ia singgah ke kota Baghdad. Ia tinggal di Madrasah Nadzdzamiyah memberikan mauidzah. Dan juga tingga di pemondokan Syeikhusy Syuyukh. Lalu terjadilah kekacauan dengan kaum Hanabliah sebab beliau mengajarkan akidah Asy’ariyah dan membelanya… Abu Nash mendapat dukungan banyak kalangan dan membelanya. Maka kaum Hanabliah dan para pendukungnya mendatangi pasar madrasah Nadzdzamiyah dan membunuh beberapa orang di sana!”[8]

Abu Salafy:

Inilah contoh keganasan kaum hanabilah; pendahulu kaum Salafi Wahhâbi… bukan hujjah yang diandalkan tetapi kekerasan… teror… pembunuhan dan segala bentuk kejahatan!!

Selamatkan tanah air tercinta dari kaum ektrimis yang hanya menampilkan kekarasan, teror dan kejahatan kemanusiaan atas nama agama dan Salaf !


[1] Târîkh Baghdâd,2/163.

[2] Siyar A’lâm an Nubalâ’,14/270.

[3] Târîkh Baghdâd,2/164.

[4] Ibid.

[5] Târîkh Islâm (tentang peristiwa tahun 311-320):283 dan Siyar A’lâm,14/277.

[6] Al Kâmil Fî ath Thârîkh,8/134.

[7] Al Kâmil,8/308-309.

[8] Ibid.10/104.


Awal Bukti Kebangkrutan Ustadz Firanda al ‘Amîl al Wahhâbi (II)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Karena memang tidak ada satu hadis pun yang shahih tentang keutamaan Mu’awiyah seperti telah dibuktikan sebelumnya sebagaimana ditegaskan para ulama Ahlusunnah… maka para Pemuja Mu’awiyah dan kezaliman serta penyimpangannya nekad mebelanya dengan mengajukan apa saja untuk menyelamatkan dan membela Tuan mereka… tidak terkecuali dengan hadis-hadis palsu sekapun!

Itulah yang dilakukan para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn termasuk Mukallid buta mereka yang sedang dipromosikan untuk menjadi Misionaris handal penyebaran kesesatan akidah Salafi, Ustadz Firanda! Ia dengan tanpa malu membela Mu’awiyah dengan mengandalkan hadis-hadis palsu. Satu dari hadis itu telah saya buktikan kepalsuanya dalam artikel sebelumnya.

Ia menulis sebuah sub pasal dengan judul:

“Kelima: Rasulullah mendoakan Mu’awiyah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Mu’aawiyah

اللّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا، وَاهْدِ بِهِ

“Yaa Allah jadikanlah ia (Mu’aawiyah) pemberi petnunjuk yang mendapat petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada manusia) dengan sebabnya” (Al-Bukhaari di At-Taariikh Al-Kabiir 5/240 dengan sanad yang shahih, Ahmad dalam musnadnya 29/426 no 17895, dan At-Thirmidzi no 3842)
Nabi juga pernah berdoa:

اللهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ

“Yaa Allahu ajarkanlah kepada Mu’aawiyah ilmu perhitungan dan hindarkanlah ia dari ‘adzab” (HR Al-Bukhari dalam At-Taariikh Al-Kabiir 7/327, At-Thobrooni di Musnad Asy-Syaamiyiin 1/190 dengan sanad yang shahih. Dan hadits ini memiliki syawahid diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya 28/382 no 17152, Ibnu Hibbaan dalam shahihnya 16/192 no 7210, Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya no 1938, At-Thobrooni dalam Al-Mu’ajam Al-Kabiir no 628 , dan lihat penjelasan Al-Bani dalam As-shahihah no 3227)”

Abu salafy:

Hadis pertama telah saya buktikan kepalsuannya karenanya saya tidak perlu membahasnya kembali…. kendati masih banyak bukti tambahan kepalsuannya. Sebab apa yang dapat kita buktikan dari kenyataan hidup dan seluruh sepak terjang Mu’awiyah, khususnya setelah menjabat sebagai Amir wilayah Syâm dan setelahnya ketika ia memberontak terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. dan kemudian setelahnya ketika berhasil merampas kekuasaan dan mendudukkan dirinya sebagai Pemimpin Tertinggi umat Islam… apa yang dapat Anda temukan dari tanda-tanda seorang yang diberi hidayah Allah dan dijadikan Si Pemberi petunjuk/hidayah?!

Adakah dari seluruh kehidupan Mu’awiyah kecuali yang mencerminkan kesesatan dan kefasikan serta kemunafikan?

Kejahatan apa yang tidak dijalankan Mu’awiyah?

Memberontak Khalifah yang sah… yang menyebabkan terbunuhnya puluhan ribu umat Islam. …

Membunuh kaum Mukminin yang enggan mencaci dan melaknati Sayyidina Ali ra. …

Menjungkir balikkan konsep Syura dalam pemilihan Khalifah dengan menjadikannya sebagai warisan turun temurun dengan mengangkat Yazid, si munafik, bejat durjana dan zindiq sebagai Khalifah…

Serta tarusan kejahatan lainnya…

Inikah yang mereka maksudkan dengan doa yang konon dimohonkan Nabi saw untuk Mu’awiyah tersebut: “Yâ Allah jadikanlah ia (Mu’awiyah) pemberi petunjuk yang mendapat petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada manusia) dengan sebabnya.”

Petunjuk apa yang diberikan Mu’awiyah? Dan siapa yang mendapatkan hidayah Allah Swt melalui Mu’awiyah?

Apakah, ‘Amr bin al ‘Âsh ketika ia mengangkat mushaf-mushah untuk menipu kaum awam dari prajurit Khalifah Ali ra agar mereka mau menerima perdamaian dan tahkim?!

Akapah umat Islam mendapatkan hidayah Allah ketika mereka diperintahkannya untuk melaknati Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.?!

Apakah umat Islam mendapatkan hidayah dari Mu’awiyah ketika ia menjungkir-balikkan konsep Syura dan mengangkat anaknya Yazid, si pemabok dan fasik itu?

Apakah umat Islam mendapatkan hidayah dari prilaku Mu’awiyah yang teran-tarangan memnentang hukum Allah dan rasul-Nya dengan mengumumkan bahwa Ziyâd adalah putra Abu Sufyan kendati semua tau bahwa Sumayyah ibu Ziyad saat itu adalah istri orang… Abu Sufyan hanya menzinainya. Dan dalam hukum Islam bahwa seorang anak yang lahir dari seorang ibu harus dinisbatkan kepada suami ibu itu?!

Apakah umat Islam mendapat hdayah  dari Mu’awiyah ketika ia membunuh para pengikut Ali dengan darah dingin dan tanpa dosa selain mereka menolak untuk menuruti perintah Mu’awiyah untuk melaknati dan mencaci maki Klahifah Ali bin Abi Thalib?!

Dan apakah…. ?

Apakah ….. ?

Kelicikan Ustadz Firanda

Ketika menyebutkan hadis di atas, Ustadz Firanda tidak berani membeberkan sanad hadis tersebut dan keterangan para ulama Ahlusunnah tentangnya.. karena ia sangat tau bahwa dengan menyebut itu semua maka angan-angannya untuk menipu kaum awam segera terbongkar! Sebab para ulama Ahlusunnah akan menerangkan kepada Anda bahwa hadis itu sama sekali tidak shahih… ia hanya buatan para pemuja kesesatan bani Umayyah belaka!

Dan sekali lagi saya hanya mengingatkan Anda agar selalu mengingat apa yang ditegaskan para ulama Ahlusunnah bahwa tidak satu hadis pun tetnatng keutamaan Mu’awiyah yang shahih.. artinya semuanya adalah palsu.. diriwayatkan dari dan oleh para parawi yang terkenal sebagai Kadzdzâb/pembohong besar, Wadhdhâ’/pemalsu hadis, matrûk, majhûl/tidak dikenal jati dirinya… dan berbagai bentuk cacat lainnya!

Karenanya saya meminta Ustadz Firanda agar berani membeber masalah ini dengan terus terang dan tanpa dusta dan menipu!

Hadis Kedua Kebanggaan Ustadz Firanda Ternyata Palsu!

Hadis kedua yang dibanggakan Ustadz Firanda juga tidak kalah cacatnya dan palsunya dari hadis pertama. Karenanya Ustadz Firanda juga tidak berani menjelaskan sanad hadis tersebut.

Hadis paslu memalukan di atas pada sanadnya terdapat nama-nama parawi cacat berat, seperti;

  • Mu’awiyah bin Shaleh yang telah dicacat oleh para ulama, di antaranya adalah Ibnu Ma’în, Yahya bin Sa’îd al Qaththân, Abu Ishaq al Fizâri dan Ibnu Abi Khaitsamah, sebagaimana dirangkum pencacatan mereka atas Mu’awiyah bin Shaleh oleh Ibnu Hajar al Asqallâni dalam kitab Tahdzîb at Tahdzîb-nya,10/189.
  • Al Hârits bin Ziyâd, seorang penduduk kota Syâm. Dan tidak meriwayatkan darinya hadis itu selain Yunus bin Saif al Kilâ’i dan dia (Yunus) ini adalah seorang yang majhûl dan hadis riwayatnya munkar!

Dan Ibnu al Jauzi telah memasukkannya dalam kitab al ‘Ilal al Mutanâhiyah,1/272. Sementara adz Dzahabi dalam kitab Mîzân-nya,1/388 telah memastikan bahwa matan hadis di atas adalah munkar bi marrah/sangat munkar. Dan ketika menyebut hadis ini dengan jalur lain ia juga menegaskan bahwa pada jalur tersebut terdapat seorang perawi bernama Utsman bin  Abdurrahman, ia seorang parawi yang matrûk/dibuang/ditinggalkan hadis riwayatnya. Dan Ibnu Ma’în memvonisnya sebagai pendusta! (Al Mîzân,3/43)

Abu Salafy:

Demikianlah… mereka membangun akidah dalam mengagungkan kaum munafik dengan hadis-hadis munkar dan maudhû’/palsu yang diriwayatkan melalui jalur para parawi yang majhûl dan cacat berat!!!

Dan bagi Anda yang berminat mengetahui lebih tuntas bukti-bukti kepalsuan hadis ini maka saya persilahkan merujuk kitab Tanâqudhât al Albâni karya Sayyid Hasan bin Ali as Seqqaf –seorang ulama besar dari keturunan Nabi Muhammad saw, yang telah berjasa besar dalam membongkar kesesatan ajaran Salafi Wahhâbi-.

Jadi apa yang masih akan dibanggakan Ustadz Firanda dengan kata-katanya: “Banyak hadis yang menjelaskan keutamaan Mu’awiyyah…”

Apakah hadis-hadis palsu di atas yang Anda banggakan sebagai bukti keagungan Mu’awiyah si Penganjur Ke dalam Api Nereka itu?! Sungguh malang nasib Mu’awiyah ternyata para pemujanya hanya mampu membelanya dengan hadis-hadis palsu!

Tapi apa hendak dikata?! Hanya hadis-hadis palsu yang tersedia… sementara –seperti ditetapkan Alllah dalam Al Qur’an bahwa sesama kaum munafik akan saling membela- maka mereka pun harus membela Pemimpin kaum Munafik di zamanya dan di sepanjang zaman hingga kini… Mu’awiyah harus dibela walaupun dengan pembelaan yang memalukan dan membongkar kedok kemunafikan!

Saya harap Anda tidak salah memaknai kata-kata saya di atas! Yang saya maksud adalah mereka yang telah mengetahui dengan pasti Mu’awiyah sebagai gembong kaum munafik, penganjur ke dalam api nereka dan pembencfi Nabi saw. dan Ahlulbait-nya, namun tetap saja membela dengan kepalsuan! Bukan mereka yang sedang tertipu karena keterbatasan informasi dan karena didikan sejarah Islam yang pas-pasaan dan hanya menyentuh kulit luarnya saja!

Semoga Allah menanamkan dalam hati kita kecintaan kepada para Awliyâ’-Nya dan kebencinah kepada musuh-musuh-Nya. Âmîn.

(Bersambung  insya Allah)


Tuham Wahhabi Gemar Lari-lari Kecil

$
0
0

Ketika akidah tajsim telah menguasai pikiran seorang maka ia akan kehilangan kemampuan untuk memahami akidah Islam dengan benar… dan ia pasti akan terjebak dalam keyakinan-keyakinan penyimpang yang sangat bertentangan dengan Kemaha Sucian Allah dari menyamai makhluk-Nya dan akidah tentang sifat Allah yang meniscayakan bersiafatnya Allah dengan sifat-sifat mustahil bagi-Nya.

karena akal sehat yang merupakan modal utama dalam berakidah telah dicampakkan.. dan hanya gemar menelan mentah-mentah riwayat betatpun ia palsu, maka mereka kehilangan kemampuan memilah mana yang jaiz bagi Allah dan mana yang mustahil bagi Dzat Allah!

Inilah kira-kira yang terjadi para saudara-saudara kita penganut Sekte Wahhabi yang sering menyembunyikan identitasnya dengan menggunakan nama Salafi!

Akidah mereka adalah tajsim/memposturisasi Allah… sehingga ketia ada riwaya yang mengatakan bahwa Allah berlari-lari kecil/harwalah, maka mereka pun menetapkannya sebagai sifat Allah. Maha Suci Allah dari pensifatan kaum jahil!

{erhatikan apa yang dikatakan dalam kitab akidah andalan kaum Salafi Wahhabi di bawah ini… Jelas-jelas mereka menetapkan sifat harwalah bagi Allah SW.

Pada bagian yang kami beri warna merah akidah itu dapat Anda temukan!


Terjemah:

Adapun sifat: wajah, dua tangan, dua mata, jari jemari, maka telah tetap dalam nash-nash al Kitab dan as Sunnah yang shahihah dan Ahlusunnah wal Jama’ah mengatakannya dan menetapkannya bagi Allah SWT sesuai dengan makna yang pantas bagi-Nya SWT. demikian pula dengan sifat nuzul/turun dan LARI-LARI KECIL/HARWALAH, telah datang hadis-hadis shshihah dan Rasul saw. telah mengucapkannya dan menetapkannya untuk Tuhan-nya -Azza wa Jalla- dengan makna yang sesuai dengan Allah SWT!

Abu Salafy:

Setelah bukti di atas masihkan Anda maragukan bahwa kaum Salafi Wahhabi adalah mujassimah Musyabbihah! Adapun kata-kata yang biasa disebutkan setelah menetapkan sifat-sifat yang berkonotasi tajsim: “sesuai dengan makna yang pantas bagi-Nya SWT. tanpa menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya”  maka adalah tidak berguana sedikit pun dalam menepis tuduhan tajsim… sebab setelah mereka menerjemahkan kalimat-kalimat dalam riwayat atau dalam ayat dengan terjemahan yang mereka sampaikan, seperti kata yadain diterjemahkan dengan dua tangan, harwalah denagn berlari-lari kecil, nuzul dengan turunnya Dzat Allah dan sifat-sifat lainnya, maka apa artinya mengatakan setelahnya bahwa kami menetapkan semua sifat itu bagi Dzat Allah tetapi dengan makna yang sesuai dengan Dzat Allah tanda menyerupakan-Nya dengan makhluk… Bukankah dengan menerjemahkan demikian mereka telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya! Allah berlari-lari kecil hanya saja lari-lari kecil Allah tidak sama dengan lari-lari kecilnya makhluk-Nya.. Allah turun dari langit tapi tidak sama dengan turunnya makhluk-Nya… Bukankah turun itu itu meniscayakan adanya gerak dan pergeseran dari satu tempat ke tempat lain…. dan al harakah/gerak itu adalah ciri makhluk/benda!!

Inilah masalahnya. apabila akal dinon-aktifkan maka semua lelucon bisa jadi akidah andalan yang atas dasar akidah lelucon itu mereka mengafirkan semua kaum Muslimin yang tidak mengimaninya!

Itulah Wahhabi Salafi!!! Semoga Allah menyelamatkan kita dari kesesatan akidah tentang-Nya. Amin


Awal Bukti Kebangkrutan Ustadz Firanda al ‘Amîl al Wahhâbi (III)

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Ibnu Abbas ra. Memuji Mu’awiyah Adalah Sebuah Dusta!

Para Pembela fanatik Mu’awiyah menempuh segala jalan untuk menyelematkan tuan mereka dari berbagai bukti kefasikan, kemunafikan dan kejahatan-kejahatannya…. mulai dari:

A)    Menolak seluruh data kejahatan yang dilakukan Mu’awiyah sepanjang hidupnya, seperti memerintah pelaknatan atas Khalifah Ali ra., pembunuh terhadap kaum Muslimin yang tidak mau menuruti kehendaknya dalam melaknat Khalifah Ali ra., membantaian  rakyat sipil tanpa dosa hanya derngan tujuan menebar teror kerena mereka berada di dalam daerah kekuasaann Khalifah Ali ra…

B)    Membuat-buat hadis-hadis palsu atas nama Nabi saw. tentang keutamaan Mu’awiyah… walaupun terkadang sangat memalukan!

C)    Mengaga-ngada gelar Mu’awiyah yang sama sekali tidak berdasar, seperti menyebut Mu’awiyah sebagai Khalul Mukminin/Paman kaum Mukminin… sebagaimana istri-istri Nabi adalah Ummahâtul Mukminin!

D)    Mengada-ngada kepalsuan atas nama para sahabat yang memuji-muji Mu’awiyah, misalanya, sebagai yang paling besar jasanya dalam menyebarkan Islam… Seorang Mujahid. Seorang Mujtahid dan Faqif!

Dan untuk gelar terakhir ini, mereka selalu membawa-bawa riwayat Ibnu Abbas ra. bahwa beliau berkata memuji Mu’awiyah bahwa Mu’awiyah seorang Faqîh! Seperti diriwayatkan dalam Shahih Bukhari! Maka kini Pemimpin Kelompok Penganjur ke dalam Api neraka itu berubah menjadi seorang Faqîh!

Dengan menemukan riwaiyat seperti itu, mereka menari-nari kegirangan seakan menemukan wahyu yang terselip di sayap Malaikat Jibril as.

Teks Riwayat Ibnu Abbas ra.

حدثنا ابن أبي مريم: حدثنا نافع بن عمر: حدثني ابن أبي مليكة: قيل لابن عباس: هل لك في أمير المؤمنين معاوية، فإنه ما أوتر إلا بواحدة؟ قال: أصاب، إنه فقيه.

….. “Dikatakan kepada Ibnu Abbas: Apa pendapat Anda tentang Amirul Mukminin Muawiyah, bahwa dia tidaklah melakukan witir melainkan satu rakaat? “ Ibnu Abbas menjawab: “Dia benar, dia adalah seorang yang faqîh (faham agama).” (HR. Bukhari Hadis no. 3765)

Abu Salafy:

Melalui riwayat di atas mereka mereka membangun kesimpulan bahwa Mu’awiyah adalah seorang yang sangat dalam pemahamannya tentang syari’at!

Maka, di sini saya ingin katakan bahwa janganlah kalian terburu gembira dengan riwayat pernyataan Ibnu Abbas ra. di atas, sebab:

Pertama, Ibnu Abbas ra. adalah seorang sahabat yang sikap dan pandangannya terhadap Mu’awiyah adalah jelas dan tegas! Seluruh bukti menegaskan bagaimana Ibnu Abbas ra. memandang Mu’awiyah sebagai ancaman atas agama. Pandangan beliau ra tidak akan pernah berbeda dari pandangan Guru Besar beliau Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.

Kedua, Semua juga telah mengetahui bagaimana Mu’awiyah telah melakukan banyak perubahan dan penyimpangan dalam syari’at….

Ketiga, riwayat Ibnu Abbas ra. di atas dapat dipastikan adalah bentuk yang tidak asli dari pernyataan sebenarnya Ibnu Abbas ra. … ia adalah redaksi yang dikemas sendiri oleh sang parawi untuk menyelamatkan wibaha Mu’awiyah yang telah diketahui semua kaum Muslimin betapa banyak penyimpangan dan kejahatannya atas agama dan Syai’at!… Imam ath Thahawi dalam kitabnya Syarh Ma’âni al Âtsâr, 1/289 telah menyebutkan redaksi otentik dengan sanad yang shahih.

Redaksi itu sebagai berikut:

فقام معاوية  فرك ركعةٍ  واحدةٍ  . فقال ابن عباس: مِنْ  أينَ ترى أخذها الْحِمارُ؟!

… maka berdirilah Mu’awiyah lalu ia shalat (sunnah Witir) satu raka’at. Maka Ibnu Abbas berkata, “Menurutmu dari mana SI KELEDAI itu mengambil praktik itu?!

Abu Salafy:

Perlu diketahui bahwa ath Thabawi adalah seorang alin yang sangat dibanggakan kaum Salafi Wahhabi, khususnya dalam akidah!

Penyimpangan, atau katakan  kejahilan ini bukan satu-satunya kejahilan dan penyimpangan Mu’awiyah dari Syari’at… Banyak sekali penyimpangan Mu’awiyah yang sempat diabadikan para ulama Ahlusunnah kendati para penguasa bani Umayyah berusaha merhasiakannya atau meyulapnya menjadi keutamaan!

Dalam kesempatan ini, saya hanya akan menyebutkan beberapa saja darinya.

  • Mu’awiyah oranbg yang pertama berkhutbah dalam shalat Jum’at dengan duduk. Demikian dilaporkan Ibnu al Atsîr dalam kitab al Kâmil-nya,4/555.
  • Mu’awiyah meninggalkan bertakbir dalam shalat. Demikian dilaporkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bâri-nya,2/270. Dan laporan itu telah diriwayatkan oleh Imam an Nasa’i,8/249, Imam al Baihaqi dalam Sunan Kubrâ-nya,2/49 dan ad Dâruquthni,1/311 dan para ulama lain.

Abu Salafy:

Saya tidak mengerti mengapa para pemuja benar-benar kehilangan rasa malu sehingga memuji Mu’awiyah sebagai Faqîh?

Kefaqihan apa yang mereka banggakan?

Apakah ketika Mu’awiyah menjungkir balikkan syari’at dengan mengangkat Ziyâd (yang lahir dari seorang ibu yang sah sebagai istri Ubaid) sebagai anak Abu Sufyan, dengan alasan bahwa Abu Sufyan telah menzianai Summayah dan bayi yang dikandungnya adalah hasil perzinahan itu?! Sedangkan Nabi saw. telah menetapkan dalam Syari’at Allah bahwa setiap anak harus dinisbatkan kepada bapaknya yang sah.. bukan kepada pemilik seperna!!

Akapah penentangan Mu’awiyah atas Syari’at Allah itu bukti kefaqihannya?!

Saya tidak mengerti mana yang lebih menjijikkan, penentangan Mu’awiyah dalam mengkliam bahwa Ziyâd adalah anak Abu Sufyan atau pengumumannya bahwa bapaknya si Abu Sufyan adalah seorang PEZINA SEJARI YANG DOYAN MELACUR… DENGAN PELACUR JURAHAN SEPERTI SUMAYYAH SEKALIPUN!

Atau yang lebih menjijikkan dari keduanya adalah pembelaan kaum Salafi Wahhâbi yang membanggakan Mu’awiyah sebagai Faqîh!!

Penutup    

Sebelum saya mengakhiri diskusi ini saya bermaksud mengingatkan bahwa para ulama’ Ahlusunnah telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun hadis keutamaan Mu’awiyah yang shahih! karenanya tidaklah berguna bagi para Salafi Wahhâbi pembelaan mereka kepada Pemimpin Kelompok Penganjur ke dalam Api Nereka!



Fatwa Sadis Imam Wahhâbi Salafi Ibn Utsaimin!!

$
0
0

Kedangkalan Akidah Tauhid Wahhabi Salafi

Seperti baiasanya, kaum Wahhâbi Salafi yang cupet cara berpikirnya, gemar mengumbar fatwa pengkafiran kepada siapa saja yang tidak meyakini penyimpangan akidah seperti yang mereka yakini. Kini giliran vonis kafir atas siapa saja yang tidak mengimani bahwa Allah “bertempat di langit”….. Demikian dijatuhkan vonis itu oleh Ibnu Utsaimin, salah seorang imam gede kaum Wahhâbi Salafi setelah kematian Bin Bâz…

Perhatikan vonis itu dalam kitab Majmû’ Fatâwa Ibnu Utsaimin”, 1132-133 pertanyaan: 55. Buku kumpulan fatwa itu disusun oleh Fahd bin Nâshir bin Ibrahim al Salman. Cet. Dâr al Wathan.

.

 سئل فضيلة الشيخ : عن قول بعض الناس إذا سئل ” اين الله ” ؟ قال : ” الله في كل مكان ” او ” موجود ” فهل هذه الاجابة صحيحة على إطلاقها ؟

فأجاب بقوله : هذه إجابة باطلة لا على إطلاقها ولا على تقييدها

فإذا سئل أين الله ؟ فليقل : ” في السماء ” كما أجابت بذلك المرأة التي سألها النبي صلى الله عليه وسلم ، ” أين الله ” قالت : في السماء .

وأما من قال : ” موجود ” فقط . فهذا حيدة عن الجواب ومراوغة منه

وأما من قال : ” إن الله في كل مكان ” وأراد بذاته فهذا كفر لأنه تكذيب لما دلت عليه النصوص ، بل الأدلة السمعية ، والعقلية ، والفطرية من أن الله تعالى عليّ على كل شيء ، وأنه فوق السماوات مستو على عرشه .

.

Terjemahan Fatwa Bin Utsaimin:

Beliau ditanya tentang ucapan sebagian orang jika ditanya, “Di mana Allah? Lalu ia menjawab, “Allah ada di setiap tempat” atau “Allah ada Maha Ada” apakah jawaban ini benar?

Maka beliau menjawab: Jawaban ini palsu/batil/keliru, tetapi tidak secara total dan tidak juga ketika diikat.

Jika ia ditanya, “Di mana Allah?” hendaknya ia berkata, “Allah di langit.” Seperti wanita yang ditanya oleh Nabi saw., “Di mana Allah?” lalu ia menjawab, “Di langit.”

Adapun orang yang mengatakan bahwa “Allah Maha Ada” hanya itu jawabanya, maka sesungguhnya ia lari dari jawaban dan berkelit.

Adapun orang yang berkata Allah Ada di setiap tempat dengan maksud Dzat-Nya maka ia adalah kafir. Sebab ia mendustakan nash-nash, bahkan dalil-dalil naqliyah dan aqliyah serta dalil fitrah bahwa berada di atas segala sesuatu. Dan Dia (Allah) berada di atas langit, bersemayam di atas Asry-Nya.

.

.

Abu Salafy:

Demikianlah dengan mudahnya Syeikh Mufti Andalan kaum Wahhâbi Salafi menjatuhkan vonis kafir atas sesiapa yang tidak meyakini bahwa “Allah bertempat di langit… bersemayam… duduk di atas Arsy-Nya”… apa dasarnya? Sederhana… sebuah hadis yang redaksinya masih diperselisihkan di antara para ulama Islam… dan kami telah beber panjang lebar dalam seri Ternyata Tuhan Tidak Di Langit!

Dan inilah akidah tajsîm yang diyakini oleh kaum Mujassimah dan kemudian dipromosikan Ibnu Taimiyah dan setelahnya dijadikan akidah resmi kaum Wahhâbi/salafy….

Kami tidak menghiraukan penyimpangan mereka jika ia hanya mereka yakini sendiri. Akan tetapi ketika mereka menteror kaum Muslimin dengan vonis kafir, maka kesesatan itu harus segera dibongkar…

Dalam kesempatan ini kami tidak mermaksud membuktikan kepalsuan akidah kaum Yahudi yang kemudian kental kita temukan dalam akidah yang diyakini kaum Wahhâbi itu… telah banyak artikel kami tentang masalah ini… namum di sini kami hanya membuktikan kepada Anda betapa mazhab Wahhâbi Salafi itu ditegakkan di atas pengkafiran kaum Muslimin dengan sebab dan alasan yang sama sekali tidak dapat dibenrkan agama... di samping jelas bagi Anda betapa dangkal pemahaman agama kaum  Wahhâbi Salafi!

Dua ciri yang sangat kental pada pengikut aliran sempalan ini… kejumudan/kebekuan/kedangkalan dan kesemberoan dalam menvonis kafir selain kelompok mereka sendiri!

.

Semoga umat Islam diselamatkan dari kesesatan akidah. Amin.


Syekh Al Bani: Shahih Muawiyah Mencaci Ali bin Abi Thalib ra

$
0
0

Satu Lagi Bukti Kemunafikan Mu’awiyah dan Kedunguan Kaum Wahhâbi Salafi Dalam Membelanya!

Persembahan Untuk Ustadz Firanda dan Kaum Wahhâbi Salafi

Untuk mengharumkan nama Mu’awiyah yang aroma busuknya telah menyengat setiap hidung kaum beriman dan mereka yang jujur, para Salafi Wahhâbi melakukan segala cara, yang walaupun pada akhirnya hanya akan membongkar kedok sebenarnya siapa mereka dan akan membawa malu di dunia sebelum nanti di akhirat!

Di antara cara yang mereka lakukan adalah mendustkan berbagai fakta sejarah yang terang benderang bak matahari di siang bolong yang membuktikan kemunafikan dan kejahatan Mu’awiyah dan banu Umayyah pada umumnya… Dan di antara yang mereka hendak sembunyikan adalah fakta sejarah bahwa Mu’awiyah telah melancarkan pencaci-makian dan pelaknatan atas Imam Ali (karramallahu wajhahu wa radhiyallahu ‘ahnu)…. bahkan lebih dari itu, Mu’awiyah telah memerintahkan umat Islam untuk memcaci-maki dan melaknati Khalifah Ali ra. serta menjadikannya program dinasti tiran yang dipimpinannya!

Terlampau banyak bukti yang menegeskan kenyataan ini… hanya saja dalam kesempatan ini saya akan menyajikan satu dari ratusan butki yang memastikan fakta sejarah itu. Sementara bukti-bukti lain insya Allah akan saya sajikan dalam kesempatan lain.

Di antara bukti itu adalah riwayat shahih yang dikeluarkan Imam Ibnu Mâjah,1/26 hadis no.121 (hadis terakhir dalam Bab Keutamaan Ali bin Ali Thalib ra.) di bawah ini:

Teks Hadis:

حدثنا علي بن محمد حدثنا أبو معاوية حدثنا موسى بن مسلم عن ابن سابط وهو عبد الرحمن عن سعد بن أبي وقاص قال قدم معاوية في بعض حجاته فدخل عليه سعد فذكروا عليا فنال منه فغضب سعد وقال تقول هذا لرجل سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من كنت مولاه فعلي مولاه وسمعته يقول أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي وسمعته يقول لأعطين الراية اليوم رجلا يحب الله ورسوله

…. dari Sa’ad bin Abi Waqqâsh, ia berkata, “Mu’awiyah datang dalam salah satu kesempatan ketika ia menunaikan ibadah haji, lalu Sa’ad menemuinya, ketika itu mereka (yang duduk-duduk bersama Mu’awiyah) menyebut-nyebut Ali, dan Mu’awiyah pun mencaci-makinya. Sa’ad marah dan berkata, ‘Hai Mu’awiyah  apakah engkau berkata demikian terhadap seorang yang aku telah mendengar Rasulullah saw., ‘Sesiapa yang aku Maulâ-nya maka Ali adalah Maulâ-nya’. Dan aku mendengar beliau bersabda, ‘Kedudukanmu (hai Ali) di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi sepeninggalku’. Dan aku mendengar beliau bersabda, ‘Aku akan serahkan bendera kepanglimaan perang ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.’”

[ http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=2095 ]

.

Abu Salafy:

Hadis riwayat di atas telah masyhur dinukil para ulama hadis kita dari sahabat Sa’ad ra. dan bukan sesuatu yang samar bagi para santri apalagi para kyia Ahlusunnah. Hanya saja yang penting dicatat di sini adalah bahwa riwayat di atas -yang tegas-tegas menyebutkan dan membuktikan bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Imam Ali ra. itu- telah dishahihkan oleh Syeikh Nâshiruddîn al Albâni; Gembong Ahli Hadis Kebanggaan Wahhâbi Sallafi, walaupu kami Ahlusunnah sama sekali tidak pernah membanggakannya sebab ia sering linglung dalam mentakhrij hadis/riwayat/atsar. Baca keterangannya dalam Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah, 4/335. Baca juga dalam Shahîh Sunan Ibnu Mâjah; juga oleh al Albâni (terbitan Maktabah at tarbiyah al Arabi. Cet III. Tahun 1408 H/1988M.) atau lihat di tahrij hadis aleh Al Bani online DISINI

Jika Wahhâbi Salafi Mengelak!

Mungkin kaum awam Salafi Wahhâbi (yang sering menjadi korban pembodohan para ustdaz dan masyâikh mereka) berusaha mengelak dengan mengatakan bahwa tidak ada kejelasan dalam riwayat di atas bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Ali! Yang ada hanya kata nâla yang artinya menyentuh atau menyebut-nyebut? Jadi mungkin saja Mu’awiyah sedang memuji Ali! Jika ada yang berkata demikian maka, pertama-tama saya ucapkan bela sungkawa atas kematian ilmu dan nurani. Sebab kecintaan kepada pemimpin pohon terkutuk rupanya telah membutakan akal pikirannya! Kedua, tidak ada ulama Ahlusunnah yang memahami demikian. Justeru semua menegskan bahwa dalam kesempatan itu Mu’awiyah mencaci-maki dan mencela-cela Sayyidina Ali ra. sehingga Sa’ad terpaksa membuktikan kedok kemunafikan Mu’awiyah dengan menyebut tiga hadis penting keutamaan Khalifah Ali ra. sebagai balasan atas kejahatan Mu’awiyah tersebut, sebab prbadi yang sedang mereka makan daging sucinya itu adalah pribadi yang sangat mulia dan agung kedudukannya di sisi Allah dan rasul-Nya…. dan apa yang dilakukan Mu’awiyah atasnya adalah bukti dendam kusumatnya atas Allah dan Rasul-Nya…

Tiga hadis itu adalah hadis Muwâlah, hadis Manzilah dan hadis Râyah. Ketiga hadis ini telah diriwayatkan para ahli hadis kita dengan banyak jalur yang shahih…. kendati sebagian kaum Wahhâbi Salafi berusaha mendha’ifkannya karena dianggapnya ia menguntungkan Syi’ah dalam menegakkan akidah mereka tentang imamah!

Hadis Di atas Tegas Mengatakan Bahwa Mu’awiyah Mencaci dan Mencela Sayyidina Ali ra.!

Sekali lagi saya katakan di sini bahwa teks hadis tersebut di atas sudah jelas dan gamblang! Mu’awiyah mencela dan mencaci maki Sayyidina Ali ra. perhatikan apa yang ditegaskan oleh Syeikh Fuâd Abdul Bâqi (pentahqiq kitab Sunan Ibnu Mâjah) ketika  beliau menerangkan kata-kata: فنال منه: Maksudnya Mu’awiyah mencela dan mencaci-maki Ali.” (Selanjutnya baca Sunan Ibnu Mâjah,1/45. Diterbitkan oleh Maktabah Dahlân-Indonesia)

Akhirnya!

Dan sebelum saya akhiri ulasan saya ini saya ingin katakan bahwa riwayat di atas adalah satu dari ratusan riwayat dan data sejarah akurat yang menegaskan kejahatan Mu’awiyah atas Islam dan atas Ali bin Abi Thalib ra. dan tidak cukup demikian ia memaksakan kejahatan itu agar dilakukan oleh kaum Muslimin… dan akhirnya kaum Muslimin pun terjatuh dalam kubangan kejahatan Mu’awiyah… mereka mena’ati Mu’awiyah dalam bermaksiat kepada Sang Khaliq dengan mencela dan mencaci Sayyidina Ali ra. jadi pantaslah jika Nabi Muhammad saw. (yang tidak pernah akan berkata-kata melainkan dari wahyu suci) menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!

Umat Islam di masa kekuasaan zalim Mu’awiyah ikut-ikutan berlomba-lomba mencaci dan melaknati Ali, Khalifah Nabi saw. sementara Nabi telah bersabda bahwa mencaci Ali sama dengan mencaci Nabi saw.! Lalu apakah bayangan kita hukum orang yang mencaci Nabi saw.?! Pasti neraka tempatnya, karena ia adalah bukti kakafiran!

Jadi kaum Muslimin di zaman kekuasaan Mu’awiyah yang tiran itu yang ikut serta mencaci dan melaknati Ali ada dua kemungkinan:

Pertama: Mereka memang sudah menjadi munafik dengan membenci dan memerangi Ali serta mencaci dan melaknati beliau ra.

Atau kedua, mereka dalam melakukan semua kekufuran itu karena takut kekejaman Mu’awiyah atas siapapun yang menolak melaksanakan perintahnya untuk melaknati dan mencela-cela Ali ra.

Jika kemungkinan pertama yang terjadi itu artinya bahwa kaum Muslimin benar-benar telah disesatkan oleh Mu’awiyah dan digiring ke dalam api nereka Jahannam (atau dalam istilah kaum Wahhâbi Salafi seperti Ustadz Firanda: kaum Muslimin sedang diberi hidayah oleh Mu’awiyah sebab Mu’awiyah adalah Hâdiyan Mahdiyan/yang memberi petunjuk dan diberi petunujuk oleh Allah, seperti dalam hadis palsu yang sering dibanggakan Salafi Wahhâbi para pendukung kemunafikan dann kaum munafikin).

Dan jika kemungkinan kedua yang terjadi, dan bahwa mereka hanya karena terpaksa untuk menyelamatkan diri dalam melakukan kehendak Mu’awiyah… maka itu artinya kaum Muslimin sedang tertaqiyyah! Lalu mengapaka kaum Salafi Wahhâbi sering mengejek-ngejek kaum Syi’ah sebagai bermunafik karena mereka bertaqiyyah??!! Bukankah kenyataan ini akan membuat malu kita di hadapan kaum Syi’ah? Karena itulah saya sejak awal telah mengatakan bahwa kaum Wahhâbi Salafi termasuk gembong kaum Nashibi seperti Ibnu Taimiyah jika mereka masih kita akui sebagai bagian dari Ahlusunnah hanya akan membuat malu kita di hadapan kaum Syi’ah!!

Karena itu waspadai kelicikan dan kelicinan kejahatan mereka!


Syeikh Nâshiruddîn Al Albani: Mu’awiyah Orang Pertama Yang Merusak Agama Islam!

$
0
0

Persembahan Untuk Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafik!

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa Mu’awiyah telah melakukan perusakan dan penghancuran sendi-sendi agama Islam… Satu demi satu ajaran Islam ia lecehkan dengan terang-terangan dan seakan menantang umat Islam!

Kehormatan Nabi Mulia Muhammad saw. ia lecehkan…. Kesakralan ajarannya ia hinakan…  Kehormatan darah para pengikut setia Nabi saw. ia halalkan…

Dan yang lebih mengerikan dari kejahatan-kejahatan Mu’awiyah adalah ia jadikan Khalifah Ali dan Ahlulbait Nabi saw. sebagai alamat pelampiasan dendam kusumat jahiliyah dan balas dendamnya atas kekalahan kemusyrikan dan kekafiran para penyembah arca dan hawa nafsu! Imam Ali ra. ia laknati dan caci-maki di atas mimbar dan di hadapan keluarga; anak dan cucu-cucu Ali ra.! Lebih dari itu, ia jadikan pelaknatan atas Sayyidina Ali; sahabat agung, Khalifah Rasyid dan menantu kesayangan Nabi saw. sebagai bagian dari politik kotornya untuk memuntahkan dendam kemusyrikan dan kekafiranya!

Setelah itu semua, Mu’awiyah masih tidak puas… ia harus melakukan langkah akhir untuk melengkapi kejahatannnya… ia mengangkat Yazid; putranya yang sangat fasik itu sebagai Khalifah Rasul, Amirul Mukminin dan Bapak kaum Muslimin serta Pengawal Syari’at Islam! Dengan demikian telah lengkaplah penjungkir-balikan nilai-nilai agama Islam!

Karena Nabi saw. harus menyelamatkan Risalah Islam yang telah beliau bawa dan beliau perjuangkan bersama para sahabat, utamanya Sayyidina Ali ra.! Maka Nabi saw. bangkit untuk mengingatkan kaum Muslimin akan kejahatan yang akan dilakukan Mu’awiyah atas agama! Dan agar umat Islam mewaspadai pergerakan para pemimpin kekafiran yang berkedok Islam! Sebab orang munafik jauh lebih berbahaya dan mengancam Islam dan kaum Muslimin ketimbang kaum yang terang-terangan kafir!

Syeikh Nâshiruddîn al Albâni Menshahihkan Hadis Mu’awiyah Orang Pertama yang Merusak Agama Nabi saw.!

Kendati kekejaman para penguasa tiran bani Umayyah telah merampas kebebasan umat Islam untuk menukil sabda-sabda Nabi saw. yang membongkar kejahatan, kefasikan dan kemunafikan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang didominasi kaum munafik dan utamanya adalah bani Umayyah, dan khususnya adalah Gembong Mereka seperti Abu Sufyan dan Mu’awiyah putranya. Namun Allah SWT tetap mengabadikan sabda-sabda suci itu walau karihal kafirûn wal munâfiqûn! Sampai-sampai para ulama yang biasanya sangat membela Mu’awiyah dan bani Umayyah pun tak kuasa mendustakannya! Ia begitu gamblang bak matahari di siang bolong! Karenanya, suka atau tidak suka, mereka tidak memenukan jalan untuk menudustakannya.

Sebagai contoh adalah bahwa hadis Nabi saw. yang berbunyi:

.

أول من يغير سنتي رجل من بني أمية

“Orang pertama yang akan merusaka Sunnah/agamuku adalah seorang dari bani Umayyah.”

http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=12235

.

Syeikh Nâshiruddîn al Albâni tidak kuasa kecuali mengakui bahwa ia adalah hadis hasan. Dan hadis hasan adalah bagian dari hadis shahih! demikian dikatakan para ulama!

Komentar Syeikh Nâshiruddîn al Albâni

Setelah mengatakan bahwa hadis ini adalah berststus hasan, ia menegaskan bahwa yang dimaksud dengan: seorang dari bani Umayyah adalah Mu’awiyah… dan di antara kejahatannya dalam merusak agama adalah dengan:

ولعل المراد بالحديث تغيير نظام اختيار الخليفة ، وجعله وراثة . والله أعلم

Mungkin yang dimaksud dengan hadis ini adalah merubah sistem kekhalifahan dan dijadikannya sebagai warisan/turun temurun. Allahu A’lam.

Lebih lanjut baca:

Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah,4/329/nomer hadis: 1749

http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=12235

.

Abu Salafy:

Jadi jelaslah bagi kita semua bahwa Mu’awiyah yang sangat dibanggakan dan dibela secara membuta oleh Ustadz Firanda dan para tuannya, para Masyâikh Wahhâbi Arab adalah seorang PERUSAK AGAMA. Sebagaimana dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Nabi saw. menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!

Pengakuan dan keterangan Albâni di sini adalah penting bagi para mukallid Salafi Wahhâbi sebab ia adalah ahli hadis kebanggan mereka! Walaupun kami (Ahlusunnah) sama sekali tidak pernah membanggakannya karena kenashibian dan kelinglungannya dalam mentakhrij banyak hadis)… karenanya keterangannya saya sebutkan di sini!

Kesimpulan!

Maka dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa: Mu’awiyah adalah Perusak agama Islam dan Sunnah Sayyidul Anâm!

Dan adalah sebuah kedunguan ketika seorang membela si perusak agama!


Benarkah Abusalafy Syi’ah Rafidhah?

$
0
0

Persembahan Untuk Ustadz Firanda dan Agen-agen Fitnah Timur Tengah!

Abusalafy Bangga Dituduh Syi’ah Rafidhah

Akhir-akhir ini beberapa kalangan Salafi Wahabi seperti juga Firanda; ustadz kebanggan Salafi Wahhâbi semakin menggencarkan tuduhan bahwa abusalafy adalah Syi’ah Rafidhah, dengan tujuan yang tidak asing lagi bagi Anda yang memahami lika-liku para Misionaris Salafi Wahabi dalam upaya mereka menyudutkan siapapun yang berani membongkar dan mengkritisi ajaran Salafi Wahabi… kendati tidak ada bukti yang bisa mereka ajukan untuk mendukung tuduhan itu, mereka tetap saja mengencarkan arus tuduhan tersebut dengan harapan dapat terbentuk opini bahwa abusalafy adalah Syi’ah Rafidah dan akhirnya harus dicurigai dan bahkan dikafirkan!

Sepanjang yang saya ingat bahwa tuduhan mereka itu hanya mereka bangun di atas beberapa alasan, di antaranya, (1) abusalafy keras sikapnya terhadap Ibnu Taimiyah dan bahkan sampai-sampai menghujat dan membongkar penyimpangannya. (2) abusalafy, berani membongkar kedok kefasikan, kemunafikan dan penyimpangan Mu’awiyah, Abu Sufyan dan musuh-musuh Alllah dan Rasul-Nya, khususnya dari keluarga bani Umayyah.

Setelah lama membiarkan tuduhan palsu itu dan hanya menanggapinya sekedarnya saja dalam tanggapan saya atas komentar sebagian pengunjung dan dengan beberapa artikel pendek, kini saya merasa perlu memberikan tanggapan yang akan dapat membuktikan kepalsuan tuduhan tersebut dan sekaligus dapat membentengi Ahlusunnah dari upaya adu-domba yang menjadi agenda besar musuh-musuh Allah dan agama ini.

Di Balik Tuduhan Seseorang Sebagai Syi’ah Rafidhah

Tidaklah samar bagi kita semua bahwa tujuan di balik dilancarkannya tuduhan terhadap seseorang sebagai Syi’ah Rafidhah tidak sekedar untuk menunjukkan jati diri dan identitas kemazhaban seseorang akan tetapi lebih dimaksud sebagai kecaman, pembunuhan karakter dan intimidasi intelektual dan teror sosial… seperti yang dialami para ulama besar Ahlusunnah seperti Imam Syafi’i, Imam Nasa’i, Imam al Hakim dan puluhan lainnya. Tujuannya jelas agar umat Islam segera mencurigai semua penukilan/periwayatannya, analisanya dan ijtihadnya bahkan meragukan keislaman dan keimanannya…

Dan agar semua menjadi tau kelicikan musuh-musuh Allah dan rasul-Nya dari melemparkan tuduhan seperti itu, maka saya ajak Anda wahai saudaraku Ahlusunnah (dan juga saudaraku yang selama ini menjadi korban pembodohan dan pembutaan misionaris Salafi Wahabi yang banyak mengeliat di bumi pertiwi tercinta ini) untuk meneliti dan mencermati apa sebenarnya Syi’ah dan Syi’aisme itu?

Siapa yang Disebut Syi’ah Itu?

Sebelum kita menelaah masalah di atas, saya katakan bahwa untuk mengetahui apakah seorang itu Syi’ah atau bukan tentunya ada mekanisme  dan tolok ukur yang harus digunakan. Di sini paling tidak ada dua mekanisme yang dapat ditempuh:

Pertama, dengan merujuk keterangan para ulama yang membicarakan berbagai sisi kehidupan seseorang yang hendak diketahui identitas kemazhabannya, apakah ia seorang Syi’ah atau bukan? Dengan merujuk keterangan para ulama itu kita dapat mengenali jati diri seorang yang hendak kita kenali itu.

Kendati cara ini banyak digunakan dan baik untuk diandalkan, namun sepertinya masih kurang akurat… ia butuh dilengkapi dengan mekanisme kedua di bawah ini.

Kedua, Meneliti pendapat yang ia tuangkan dalam ucapan/tulisan dan/atau stitemen si alim yang hendak kita kenali jati diri kemazhabannya, apakah ia seorang Syi’ah atau bukan?

Tentunya, apabila terbukti ia meyakini dan berpendapat yang merupakan dasar pembeda mazhab Syi’ah dengan mazhab lainnya misalnya, maka kita dapat menjadikannya indikasi bahkan bukti bahwa ia adalah seorang Syi’ah…. Jika tidak kita temukan hal demikian maka tuduhan yang kita lontarkan kepadanya adalah tidak berdasar… bisa-bisa palsu dan tendensius!

Nah, sekarang, keyakinan apa sebenarnya yang membedakan Mazhab Syi’ah dengan selainnya, itu yang harus kita ketahui terlebih dahulu… baru setelahnya kita boleh melontarkan pendapat kita, sebab jika tidak pasti kita seperti orang yang hanya pandai menebak-nebak apa isi dalam karung, kucing, atau kelinci? Dan, sayangnya ini yang sering terjadi… orang asal melontarkan tuduhan tanda dasar yang dapat dipertanggung-jawabkan.

Dasar keyakinan yang membedakan Syi’ah dengan mazhab lainnya tentunya sudah maklum bagi kita semua (kecuali yang memang tidak mau tau dan lebih senang menutup mata dan menyumbal telinganya dari menerima informasi segar lagi sehat) … yaitu keyakinan mereka bahwa sepeninggal Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib ra adalah Khalifah yang beliau tunjuk bedasarkan nash/penunjukan Allah SWT dan sepeninggal beliau akan dilanjutkan oleh Imam Hasan lalu Imam Husain dan setelahnya oleh kesembilan keturunan al Husain secara berurutan yang dalam keyakinan mereka telah disabdakan Nabi saw. dalam hadis tentang kedatangan/keberadaan dua belas Khalifah/Imam/Amîr yang juga diriwayatkan oleh para ahli hadis di antaranya adalah Ahlusunnah seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad. Dan para penguasa yang datang setelah Nabi saw. selain yang meraka yakini di atas adalah tidak sah!

Lalu dalam hal pengambilan sumber agama mereka hanya meyakini bahwa ajaran agama harus diambil dari para imam suci dari Ahlulbait Nabi saw. yang mereka yakini kemaksumannya dan tidak dari selain mereka!

Jika seseorang terbukti meyakini keyakinan di atas maka dapat dipastikan  bahwa dia adalah seorang Syi’ah.

Demikian yang didefenisikan para ulama Ahlusunnah baik klasik maupun kontenporer, seperti Imam Syahrastâni dan Syeikh Abu Zuhra.

Imam Syahrastâni dalam kitab al-Milal wa an-Nihal mengatakan,“Syi’ah adalah mereka yang mendukung Ali dan menyakini imamah dan khilafah beliau berdasarkan nash dan wasiat, baik nash terang ataupun nash samar dan mereka meyakini bahwa imamah tidak akan keluar dari anak-cucu (keturunan) Ali dan kalau keluar maka itu dikerenakan adanya kezaliman dari pihak lain atau taqiyyah dari pemiliknya.”

Imam Abu Zuhrah berkata, “Pilar mazhab Syi’ah ialah apa yang disebutkan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya, ‘bahwa imamah bukan dari urusan (maslahat) umum yang dapat diserahkan kepada pandangan umat, pemegangnya ditetapkan berdasarkan penunjukan mereka. Akan tetapi ia adalah rukun (pilar) agama dan dasar Islam , maka tidak sepatutnya Nabi teledor tentangnya dan menyerahkannya kepada umat, beliau pasti menunjuk imam untuk umat. Dan imam itu ma’shum dari dosa besar dan dosa kecil .

Dan Syi’ah sepakat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang dipilih Nabi saw. dan beliau adalah sahabat paling mulia.”

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa di antara para sahabat ada yang berpendapat seperti kaum Syi’ah dalam mengutamakan Ali di atas para sahabat lain …. .[1]

M.Farid Wajdi dalam Insklopedi Islam abad dua puluh menyebutkan, “Syi’ah adalah orang-orang yang mendukung Ali dalam hal imamah dan meyakini bahwa imamah tidak akan keluar dari keturunan beliau. Mereka meyakini kema’shuman para imam dari dosa besar dan kecil….”[2]

Tiga Defenisi Syi’ah

Setelah Anda ketahui bersama bagaimana para ulama kita (Ahlusunnah) medefenisikan Syi’ah dan menjelaskan pokok dasar akidah mereka yang membedakan mazhab Syi’ah dari mazhab-mazhab lain (khususnya mazhab Ahlusunnah wal Jamâ’ah)… setelah itu saya ajak pembaca menyimak bagaimana bahwa defenisi ini telah mengalami penggeseran dari makna sesungguhnya. Defenisi Syi’ah ini mengalami evolusi sehingga terasa oleh kita bahwa yang semula defenisi itu dimaksudkna untuk mengenali jati diri mazhab/aliran tertentu yang dikenal dengan nama Syi’ah, kini ia berubah menjadi alat penghukum dan palu ketuk intimidasi yang ditujukan untuk memerangi Ahlulbait Nabi saw., khususnya Sayyidina Ali ra.

Kenyataan ini dapat Anda sarakan dengan mengikuti ulasan di bawah ini dengan meneliti tiga defenisi Syi’ah dan Syi’aisme yang disampaikan dengan napas tidak sehat, tendensius  dan penuh intimidasi dan pembunuhan karakter.

Perhatikan tiga defenisi Syi’ah oleh musuh-musuh Syi’ah yang telah teracuni oleh virus kedengkian bani Umayyah terhadap Ahlulbait Nabi saw. atau mereka yang tertipu dengan propaganda jahat Mu’awiyah dan kaum Nashibi di bawah:

Defenisi Pertama:

“Syi’ahisme/tasyayyu’ adalah kecintaan kepada Ali dan mengutamakannya lebih dari sahabat lain. Maka barang siapa mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar berarti ia ekstrim dalam kesyi’ahannya, dan ia disebut juga dengan Rafidhi, kalau tidak (mengutamakan di atas Abu Bakar dan Umar) maka ia disebut Syi’ah. Dan jika disamping itu ia mencela atau menyatakan kebencian maka ia ekstrim dalam kerafidhiannya. Dan jika ia juga menggabungkannya dengan keyakinan akan raj’ah maka ia lebih ekstrim.[3]

Abusalafy:

Defenisi di atas jelas sekali mengatakan bahwa sekedar kecintaan kepada Sayyidina Ali ra. dan mengutamakannya atas para sahabat (selain Sayyidina Abu Bakar dan Umar) sudah cukup alasan untuk menggolongkan seseorang sebagai Syi’ah. Adapun jika ia mengutamakan Sayyidina Ali ra atas Sayyidina Abu Bakar dan Umar ra. maka ia tergolong Syi’ah Ekstrim alias Rafidhi!

Tentunya defenisi ini cukup riskan untuk diterima sebab ia membawa kita menerima konsekuensi yang mungkin kita tidak sangggup menerimanya. Sayyid/Habib Muhammad ibn Aqil ibn Yahya Al Alawi Asy Syâfi’i menyoroti pendefenisian Ibnu Hajar di atas dengan mengatakan:

“Berdasarkan pendefenisian itu maka semua pecinta Ali yang mengutamakannya atas Syaikhain (Abu Bakar dan Umar) adalah kaum Rawafidh dan semua yang mencintainya dan mengutamakannya atas selain Syaikhain adalah Syi’ah. Dan kedua kelompok ini adalah cacat keadilannya. Maka atas dasar ini jumlah yang banyak dari kalangan sahabat mulia seperti Miqdad, Zaid ibn Arqam, Salman, Abu Dzar, Khabbab, Jabir, Abu Said al Khudri, Ammar, Ubai ibn Ka’ab, Hudzaifah, Buraidah, Abu Ayyub, Sahal ibn Hunaif, Utsman ibn Hunaif, Abu Al Haitsam ibn Tayyahaan, Khuzaimah ibn Tsabit, Qais ibn Sa’d, Abu Thufail Amir ibn Watsilah, Al Abbas ibn Abdul Muththalib dan seluruh putranya, seluruh keluarga besar Bani Hasyim dan Bani Al Muththalib dan banyak kalangan lain selain mereka… mereka semua adalah Rawâfidh karena mereka mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar dan karena kecintaan mereka kepada Ali. Dan tergolong bersama mereka dari kalangan tabi’in dan tabi’ut tabi’in (generasi setelah tabi’in) dari pembesar para ulama dan ini umat jumlah yang tidak sedikit, dan di antara mereka terdapat para pendamping Al qur’an. Dan -demi Allah- mencacat keadilan mereka akan mematahkan punggung (merusak agama)…”[4]

Dan dengan memerhatikan apa yang dikatakan Ibnu Khaldun yang telah saya sebutkan sebelumnya makin jelaslah apa yang dikatakan Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya al Alawi. Sebab memang kenyataannya tidak sedikit sahabat, para tokoh ulama generasi Tâbi’în dan selainnya yang meyakini keutamaan Sayyidina Ali atas para sahabat termasuk dua Khalifah pendahulu beliau!

Kenyataan ini sedemikian jelas dalam sejarah, sehingga para ulama pun menegaskannya.

Adz Dzahabi (yang dikenal kurang simpatik kepada Sayyidina Ali dan hadis-hadis keutamaan beliau ra.) dalam Siyar A’lâm Al Nubalâ’nya menegaskan kenytaan tersebut bahwa banyak dari kalangan sahabat dan tabi’in yang meyakini keutamaan Ali atas para sahabat lain![5]

Dan dalam kitab al Isti’âb-nya, Imam Ibnu Abdil Barr juga menegaskan hal yang sama ia mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari sekelompok sahabat, seperti Salmân, Jâbir, Miqdad, Abu Dzar dkk. penegasan bahwa mereka mengutamakan Ali atas para sahabat lain![6]

Lalu apakah mereka semua kita katakan Syi’ah dan akan kita tuduh meyakini hal BID’AH! Sebab defenisi di atas disebutkan Ibnu Hajar dalam rangka menyebutkan keyakinan-keyakinan bid’ah lagi sesat yang dapat mengugurkan keadilan seorang parawi hadis!

Akankah kita mengatakan bahwa kecintaan kepada Sayyidina Ali dan mengutamakan beliau atas Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar adalah BID’AH?! Padahal kita mengetahui bahwa masalah ini adalah diperselisihkan di kalangan para sahabat dan ulama generasi Tâbi’în dan setelahnya?!

Dengan kita membenarkan defenisi di atas pasti akan banyak yang menjadi korban ketidak adilan!

Defenisi Kedua:

Adz Dzahabi ketika menyebutkan biodata kehidupan Abân bin Taghlib (salah seorang parawi yang ia sifati dengan Syi’iyyun Jalad/Syi’ah tulen yang shadûq/jujur, ia membuat pertanyaan yang kemudian ia jawab sendiri, ‘Bagaimanakah seorang Syi’ah dapat ditsiqahkan/ditetapkan kejujurannya? Sementara batasan ketsiqahan adalah keadilan dan kekokohan dalam periwayatan?! Lalu bagaimana seorang penyandang BID’Ah dapat diakatakan ADIL?

Maka jawabnya adalah bahwa Bid’ah itu ada dua tingkatan, Bid’ah shughrâ/kecil seperti Syi’ah Ekstrim atau Syi’ah tanpa Ekstrimisme! Dan yang demikian itu banyak terdapat di kalangan para Tâbi’în dan generasi setelahnya disamping mereka itu menjaga agama, kewara’an dan kejujuran, ash shidq. Dan andai hadis-hadis riwayat mereka itu dibuang pastilah akan hilang banyak Sunnah Nabi dan ini adalah kerusakan dalam agama!

Kedua, Bid’ah Kubrâ/ Bid’ah Besar, seperti kerafidhian lengkap dan ketulenan dalam kesyi’ahan serta menjatuhkan Abu Bakar dan Umar ra. dan menyeru kepadanya. Kelompok ini tidak dapat dijadikan hujjah dan tidak ada kemuliaan pada mereka!”

Setelahnya, adz Dzahabi melanjutkan mendefenisikan Syi’ah itu apa? Ia berkata, “Syi’ah Ghâli/Syi’ah Ekstrim di zaman Salaf dan menurut defenisi mereka adalah: Orang yang membicarakan Utsman, Zubair, Thalhah dan Mu’awiyah serta sekelompok yang memerangi Ali ra. dan mencela mereka. Sedangkan di zaman kita dan menurut defenisi kita yang disebut Syi’ah Ekstrim adalah: yaitu orang yang mengafirkan mereka semua dan berbarâ’ah/berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar. Orang seperti ini adalah Dhâllun/sesat. Dan Abân bin Tanghlib tidak seperti itu, ia tidak menyebut-nyebut Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi ia meyakini bahwa Ali lebih afdhal/utama atas keduanya.”[7]

Abusalafy:

Dari keterangan adz Dzahabi di atas jelas pula bagi kita bahwa sekedar seorang itu bermusyâya’ah kepada Sayyidina ali ra. kendati kesyi’ahannya tidak dibarengi dengan ghuluw/keekstriman adalah sebuah BID’AH! Walaupun orang tersebut tidak meyakini kemakshuman dan nash penunjukan atas Ali ra. sebagai Khalifah dan Imam sepeninggal Nabi saw.! tentunya walaupun semangat kesyi’ahannya itu dimotivasi oleh sabda Nabi saw. “Hai Ali tiada mencintaimu melainkan seorang Mukmin dan tiada membencimu melainkan orang munafik.” Adapun jika kesyi’ahannya itu ia sertai dengan membicarakan Utsman, Zubair, Thalhah dan MU’AWIYAH dan mereka yang memerangi Ali maka ia digolongkan Syi’ah Ghâli/Ekstrim! Sementara ‘membecarakan’ tidak mesti disertai dengan kecaman apalagi cacian! Karena boleh saja orang itu sekedar menyalahkan sikap dan tindakan mereka ketika mereka memerangi Sayyidina Ali ra.; Khalifah yang sah menurut Islam!

Defenisi Ketiga:

Defenisi ketiga yang saya maksud adalah sesuai yang dikatakan dan tentunya juga diyakini oleh Ibnu Taimiyah. Kendati ia tidak sedang mendefenisikan apa Syi’ah, tapi dapat dimengerti bahwa Syi’ah itu dalam pandangan Ibnu Taimiyah itu apa?

Ketika membantah hadis Thair/Burung yang diajukan al Hilli (salah seorang ulama Syi’ah) sebagai dalil imamah Sayyidina Ali ra. sebab hadis itu menunjukkan Ali lebih utama dari seluruh sahabat dan yang lebih utama itu lebih berhak menjabat sebagai Khalifah! Maka Ibnu Taimiyah membantahnya dengan mengatakan:

A)      Hadis itu palsu menurut para ulama ahli hadis yang mendalami ilmu penukilan.

B)      Dan para ulama yang menukilnya dalam kitab-kitab mereka itu hanya sekedar untuk mengetahuinya saja bukan dalam rangka mengakui keshahihannya.

C)      Ibnu Taimiyah juga menukil dari al Hakim bahwa ia berkata tentang hadis tersebut, ‘Lâ yashihhu/ia tidak shahih!’

Untuk poin ketiga ini Ibnu Taimiyah berkomentar, “Demikianlah ucapan al Hakim! Padahal al Hakim itu tergolong Syi’ah/mansûbun ila at tasyayyu’.

Agar Anda mengerti lebih jelas apa yang dimaksud dengan Tasyayyu’/kesyi’ahan menurut Ibnu Taimiyah perhatikan ketarangannya lebih lanjut, “Dan Tasyayyu’-nya al Hakim dan yang semisalnya dari para ahlil ilmi/para ulama seperti an Nasa’i dan Ibnu Abdil Barr dan yang semisalnya tidak sampai mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar. Dan tidak ada di kalangan Ahli Hadis/ulama hadis yang mengutamakan Ali di atas keduanya. Tetapi puncak kesyi’ahan mereka adalah mengutamakan Ali di atas Utsman. Atau membicarakan Utsman atau berpaling dari menyebut-nyebut kebaikan orang yang memerangi Ali dan yang semisalnya, ...”[8]

Abusalafy:

Dari keterangan Ibnu Taimiyah di atas terlihat jelas bahwa Syi’ahisme itu menurutnya adalah kecintaan kepada Sayyidina Ali ra. dan kesyi’ahan para ulama hadis seperti Imam al Hakim, Ibnu Abdil Barr dan semisalnya adalah sebatas mengutamakan Sayyidina Ali ra atas Khalifah Utsman ra. atau berpaling dari menyebut kebaikan/mahâsin orang-orang yang memerangi Sayyisana Ali ra. Sekali lagi, bukan mengecam atau menghujat mereka!! Sekedar berpaling dari menyebut kebaikan-kebaikan musuh-musuh Sayyidina Ali ra. Perhatikan poin ini baik-baik!

Dengan memerhatikan dan meneliti tiga pendefenisian tasyayyu’ di atas menjadi jelaslah latar belakang pemikiran yang mendasarinya yang atasnya mereka menuduh para ulama Islam (yang jelas-jelas Ahlusunnah, bukan ahli bid’ah atau dari mazhab lain) sebagai Syi’ah dan kemudian dengan dasar tuduhan itu para ulama itu diintimidasi, dikecam dan digugurkan keadilannya dan serta seluruh periwayatan mereka patut dicurigai bahkan harus dibuang atau paling tidak ‘dimeja hijaukan’!

Ya, semua tuduhan kesyi’ahan itu mereka alamatkan kepada para ulama Islam Ahlusunnah dengan pendefenisian kesyi’ahan yang mereka buat-buat sendiri yaitu sekedar KECINTAAN DAN BERMUSYÂYA’AH/MEMBELA Sayyidina Ali ra. walaupun tidak disertai dengan kecamana, hujtan serta cacian! Ya, hanya sekedar kecintaan dan keengganan menyebnut-nyebut keutamaan musuh-musuh Ali yang telah mengobarkan api peperangan memberontak kekhalifahan yang sah.

Dengan demikian, sejak awal saya katakan bahwa abusalafy tidak pernah merasa terkejut dengan tuduhan para Misionaris Salafi Wahhabi bahwa abusalafy adalah Syi’ah! Sebab dalam pandangan para Salafi Wahhâbi (yang nyata-nyata sebagai mukallid buta Ibnu Taimiyah dalam kesesatannya, khususnya dalam sikapnya terhadap Sayyidina Ali ra.) siapapun yang tidak sudi menyebut kebaikan Mu’awiyah (itupun tentunya jika ada kebaikan padanya) adalah sudah cukup bukti bagi mereka untuk menuduh abusalafy sebagi Syi’ah Rafidhah! Dan karena abusalafy tidak sudi menyebut kebaikan Mu’awiyah (karena memang tidak ada kebaikan padanya, yang ada hanya kejahatan, kefasikan dan kemunafikan dengan segala sisi buruknya) dan tidak sudi pula menyebut-nyebu hadis-hadis keutamaan Muawiyah (karena memang telah diijma’kan para ulama dan para huffâdz besar Ahlusunnah, tidak ada satu pun hadis keutamaan Mu’awiyah yang shahih, semuanya adalah dusta dan kepalsuan belaka! Sebagaimana telah berkali-kali saya buktikan) maka abusalafy harus divonis sebagai Syi’ah Rafidhah! Ya harus divonis sebagai Syi’ah Rafidhah agar para Misionaris Salafi Wahhâbi itu dengan mudah membodohi kaum awam Salafi (dan rata-rata mereka adalah kaum awam yang sangat muallaf intelektual) dan agar mereka dapat dijauhkan dari pencerahan yang sedang dilakukan oleh abusalafy dengan membongkar berbagai kedok kepalsuan klaim dan ajaran Wahhabi yang sekarang berkedok dengan nama Salafi!!

Terima kasih untuk kalian wahai saudara-saudaraku kaum Salafi Wahhâbi atas kebaikan kalian mengakui abusalafy sebagai musuh gembong kaum munafik dan Imam kelompok penganjur ke dalam api neraka!

Fitnah Salafi Itu Bukan Hal Baru!

Fitnah bahwa kecintaan kepada Sayyidina Ali dan Ahlulbait Nabi saw. adalah kesyi’ahan dan ia adalah bid’ah dan akan menyebabkan penyandangnya dikecam, diintimidasi, dikucilkan dan bahkan dibunuh bukanlah hal baru. Ia adalah hembusan panas busuk bani Umayyah utamanya Mu’awiyah yang memimpin dunia Islam dengan mengtatas-namakan agama dan dengan menjalankan politik Fir’aun dan fir’aunisme untuk meracuni pikiran umat Islam. Sampai-sampai sebagian umat Islam meyakini bahwa sekedar kecintaan kepada keluarga nabi mereka sendiri… kepada Sayyidina Ali ra., Siti Fatimah as., Sayyidina Hasan ra. dan Sayyidina Husain ra. adalah bid’ah dan kesesatan yang penyandangnya harus dihukum… dimusuhi bahkan kalau perlu harus dimusnahkan!

Inilah kenyataan pahit yang terjadi… dan semuanya yang harus pertanggung jawab adalah Mu’awiyah dan para pemimpin sesat dan tiran dari bani Umayyah keturuna pohon terkutuk dalam Al Qur’an!

Kesesatan itu terus berlanjut hingga zaman Imam kita, Imam Syafi’i dan tentunya terus berlanjut hingga zaman kita ini. Dan beliau telah menjadi korban kebiadaban fitnah itu yang bertujuan menghancurkan kepribadian dan nama baik beliau di tengah-tengah masyarakat Islam dewasa itu dan agar suara-suara merdu yang mengajak umat Islam mencintai keluarga, Ahlulbait Nabi saw. dapat dibungkam. Tetapi beliau dengan tegar menghadapinya dan membongkar kejahatan para penuduh itu, beliau mengabadikan tuduhan itu dengan bait-bait syair masyhur beliau. Di antaranya adalah sebagai berikut:

.

إنْ كانَ رَفْضًا حُبُّ آلِ محمد ** فليَشْهَدِ الثقلاَنِ أَنَّيْ رافِضِيْ

Jika mencintai keluarga Muhammad itu kerafidhian,maka hendaknya manusia dan jin menyaksikan bahwa aku adalah seorang Rafidhi

قَالُوا تَرَفَّضْتَ! قلتُ كَلاَّ *** ما الرُفْضُ دينِيْ وَ لاَ اعْتقادِيْ

و لـكِنْ تَوَلَّيْتُ دونَ شَكٍّ  ***  خيرَ إمامٍ  و خيرَ هـاديِ

إنْ كـانَ حُبُّ الوَصِيِّ رَفْضًا  ***   فَـإِنَّنِيْ أَرْفَضُ العبادِ

Mereka berkata; kamu telah berfaham Rafidhi! Aku berkata: Tidak!

Kerafidhian bukan agamaku dan bukan keyakinanku.

Akan tetapi aku tanpa ragu berwilayah

kepada sebaik-baik Imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk.

Jika mencintai washi (Ali) itu kerafidhian

maka ketahuilah bahwa aku paling rafidhinya manusia

 Abusalafy:

Dari bait-bait syair Imam Syafi’i di atas dapat dimengerti dengan jelas bagaimana para musuh Allah, rasul-Nya dan Ahlulbait nabi-Nya telah menyebarkan isu sesat lagi menyesatkan bahwa kewcintaan kepada keluarga, Ahlulbait Nabi saw. adalah kerafidhian… adalah kesyi’ahan! Lalu bandingkan dengan apa yang dilakukan kaum Ektrimis Salafi Wahabi akhir-akhir ini… mereka segera menuduh sispapun yang berani menampakkan kecintaan dan dukungan serta pembelaannya kepada Khalifah Sayyidina Ali ra. sebaga Syi’ah Rafidhah!

Jadi semakin jelas siapa sejatinya mereka yang gemar menuduh para pecinta Ali dan Ahlulbait Nabi saw. sebagai Syi’ah Rafidhah… tidak lain dan tidak bukan adalah kaum Nashibi… kaum sesat… pelanjut misi sesat Mu’awiyah dan bani Umayyah terkutuk!

Dan bandingkan apa yang dikeluhkan Imam Syafi’i dengan defenisi pertama Syi’ah yang saya sebutkan di atas pasti Anda paham bahwa defenisi di atas adalah hasil pengaruh kesesatan bani Umayyah!

Kebencian Mereka Kepada Sayyidina Ali ra. Semakin Mengganas!

Sobat abusalafy yang cerdas dan kritis, ketahui bahwa keganasan kedengkian musuh-musuh Sayyidina Ali (yang tentunya, disadari atau tidak adala musuh Allah dan Rasul-Nya) tidak berhenti pada batas tertentu dari kegilaan sikap mereka… kalau para pendahulu mereka; Mu’awiyah dan kaum sesat yang memerangi dan melaknati Sayyidina Ali ra. telah menghunuskan padang dan mengobarkan api peperangan memberontak kekhalifahan yang sah, maka para pelanjut mereka telah mengobarkan peperangan dengan bentuk baru… dengan cara mereka sendiri.. mereka memerangi hadis-hadis shahih keutamaan Sayyidina Ali ra…. setiap ada upaya menyampaikan hadis-hadis suci Nabi saw. yang mengabadikan keutamaan dan keagungan Sayyidina Ali ra. sepontan mereka berontak dan menyerangnya dengan mulut busuk yang memuntahkan nanah-nanah kedengkian dan kemunafikan.. mereka segera memotong dan berkata, “Hentikan ini semua! Jangan disampaikan hadis-hadis yang pernah disabdakan Muhammad itu! Itu adalah hadis versi Syi’ah Rafidhah!”

Demikianlah yang terjadi… kemunafikan yang selama ini mereka pendam dalam rongga najis mereka itu tidak mampu mereka sembunyikan lagi… Akhirnya mereka tak mampu menyembunyikan keaslian jiwa mereka!

Demikian Imam kita, Imam Syafi’i mengisahkan kepada kita… bahwa fenomena kemunafikan seperti itu sudah tidak lagi asing terjadi… Mereka sudah menjadi srigala-srigala galak yang siap menerkam manggs lemahnya dengan taring-taring tajam kebencian kepada Nabi dan Ahlulbait beliau saw.

Sekali lagi, dalam bait-bait syairnya yang indah, Imam Syafi’i mengabadikan kondisi gelap itu. Al Baihaqi[9] meriwayatkan dari Rabi’ ibn Sulaiman (salah seorang murid Imam Syafi’i), dikatakan kepada Imam Syafi’i ra. bahwa ada banyak orang yang tidak sabar mendengar keistimewaan dan keutamaan Ahlulbait, jika ada seorang yang meriwayatkan, mereka menuduhnya sebagai seorang Rafidhi lalu mereka membelokkan dalam pembicaraan lain. Mendengar laporan itu Imam Syafi’i spontan menggubah bait-bait syair:

إذَا فِيْ مَجْلِسٍ ذَكَرُوا عَلِيًّا ** وَ سِبْطَيْهِ وَ فَاطِمَةَ الزَّكِيـَّةْ

وَ أَجْرَى بَعْضُهُمْ ذِكْرَ سِـواهُمْ ** فَأَيْـقِنْ أنَّهُ لِسَلِقْلِقِـيَّةْ

إذا ذَكَروا عليا مَـَعَ بَنـِيْهِ ** تَشـاغَلَ بالروَاياتِ العِلّية

و قال تَجـاوَزُوا يا قَوْمِ هذا ** فّهَذا مِنْ حديثِ الرافِضِيَّةْ

بَِرئْتُ إلىَ الْمُهَيْمِنِ مِنْ أُناسٍ ** يَرَوْنَ الرَّفْضَ حُبُّ الفاطِمِيةْ

عَلَى آلِ الرَّسُـولِ صلاةُ رَبِـيْ ** و لَعْـنَتُهُ لِتِلْكَ الجاهِلِيَّةْ

Jika disebuah majlis mereka menyebut-nyebut Ali, kedua putranya dan Fatimah yang harum,

lalu ada sebagian memalingkan membicarakan lainnya,

maka yakinlah bahwa orang itu adalah anak wanita yang haidh dari duburnya.

Jika Ali dan putra-putranya mereka sebut-sebut,orang itu sibuk dengan riwayat-riwayat sakit,

ia berkata:tinggalkan hai kaum ini semua! Ini adalah hadis orang-orang Rafidhah.

Aku berlepas diri dari orang-orangyang memandang bahwa kecintaan kepada keturunan Fatimah adalah kerafidhian

Atas keluarga suci Rasul salam Tuhanku,dan semoga laknat kutukan-Nya atas kejahiliyahan itu!

.

Demikian;ah sobat abusalafy, jelaslah dari bait-bait di atas bahwa kebencian mereka begitu mendalam sehingga siapapun yang menyebut-nyebut hadis keutamaan Ahlulbait as. segera mereka dituduh sebagai Rafidhi dengan tujuan mengintimidasi agar kemudian dikucilkan oleh masyarakat Muslim. Dan sikap seperti itu banyak kita temukan pada sebagian muhaddis kita, mereka melontarkan berbagai tuduhan keji atas setiap perawi yang meriwayatkan hadis keutamaan Ahlulbait as..

Contoh Keganasan Kaum Nashibi Pendahlu Ekstrimis Salafi

Andai masalahnya berhenti hanya sampai di sini, mungkin para pecinta Ahlulbait as. dan perawi keutamaan mereka masih sangat beruntung. Tetapi ternyata, sebagiankaum Nashibi yang sudah sangat jauh dalam kesesatannya, mereka menyiksa -seperti juga para penguasa sanjungan mereka- siapapun yang berani-berani mempublikasikan secara luas hadis-hadis keutamaan Ahlulbait as., walaupun hanya sekedar hadis keutamaan! Kisah tragis yang dialami Imam an Nasa’i adalah saksi sejarah yang menyedihkan.

Di bawah ini akan saya sebutkan kisah itu:

Kisah Penyiksaan Imam Nasa’i

Para ulama melaporkan bahwa ketika Imam Nasa’i; Ahmad ibn Syu’aib (penulis kitab Sunan Kubra dan Sunan Shughra -salah satu dari enam kitab hadis Shahih  kita Ahlusunah, dan buku-buku hadis lain) berkunjung ke kota Damaskus, ia menyaksikan bahwa penduduknya tenggelam dalam kecintaan kepada bani Umayyah, khususnya Mu’awiyah dan sangat membenci Ali dan Ahlulbait Nabi as., maka beliau menulis kitab Khashaish dan membacakannya secara umum di Masjid Jami’. Masyarakat di sana tidak terima, mereka memaksa Imam Nasa’i agar meriwayatkan juga hadis keutamaan Mu’awiyah. Beliau menjawab, “Tidak cukupkah Mu’awiyah tidak disebut-sebut, mengapa ia harus diberi keutamaan?!”

Dalam riwayat lain Imam Nasa’i menjawab, “Aku tidak mengetahui bahwa ia punya keutamaan, kecuali hadis yang mengatakan, ‘Semoga Allah tidak membuatnya kenyang.’[10] Mendengar jawaban itu, spontan mereka menyerangnya, menginjak-nginjak kemaluannya dan menendang-nendangnya. Setelahnya, beliau dibawa keluar dari masjid dalam keadaan cedera parah dan dilarikan ke luar Damaskus, sesampainya di kota Ramalah-Paletina, beliau wafat pada hari senin tanggal 13 Shafar tahun 303 H.[11] Semoga Allah Merahmati beliau.

Abusalafy:

Nah, sekarang coba Anda bandingkan dengan sikap para Salafiyyûn terhadap abusalafy… ketika abusalafy enggan membawakan hadis-hadis palsu keutamann Mu’awiyah mereka segera mengenac abusalafy sebagai Syi’ah! Dan ketika abusalafy membongkar bukti-bukti kemunafikan Mu’awiyah mereka pun mengecam abusalafy sebagai Rafidhah!

Jadi jelas mereka adalah musuh berbahaya Ahlusunnah!     

Abu Bakar Muhammad ibn Musa ibn Ya’qub ibn Al Ma’mun Al Hasyimi berkata, “Aku mendengar banyak kalangan mengecam an Nasa’i karena ia mengarang kitab Khashaish Ali ibn Abi Thalib ra. dan tidak mengarang kitab tentang keutamaan Abu Bakar, Umar dan Utsman ra., lalu aku sampaikan kepada beliau hal itu. Beliau menjawab, “Kami masuk ke kota Damaskus sementara penduduknya banyak yang menyimpang dari Ali, lalu aku mengarang buku itu dengan harapan mereka mendapat hidayah Allah…” Beliau, kata Abu Bakar, pernah ditanya, “Mengapa Anda tidak meriwayatkan keutamaan Mu’awiyah?” Maka beliau menjawab, “Apa yang akan aku riwayatkan? Apa hadis ‘Semoga Alah tidak membuat perutnya kenyang.”! Setelahnya An Nasa’i diam dan si penegur bungkam.

Abusalafy:

Jelas yang keberatan terhadap Imam an Nasa’i pasti adalah kaum Nashibi; pendahulu para pembenci Ahlulbait di zaman kita ini!

Oleh sebab itu, Imam Nasa’i juga tidak selamat dari tuduhan sebagai Syi’ah, seperti yang telah lewat katakan Ibnu Taimiyah dalam tuduhannya, ia berkata, “Dan Tasyayyu’-nya al Hakim dan yang semisalnya dari para ahlil ilmi/para ulama seperti an Nasa’i dan Ibnu Abdil Barr dan yang semisalnya tidak sampai mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar. Dan tidak ada di kalangan Ahli Hadis/ulama hadis yang mengutamakan Ali di atas keduanya. Tetapi puncak kesyi’ahan mereka adalah mengutamakan Ali di atas Utsman. Atau membicarakan Utsman atau berpaling dari menyebut-nyebut kebaikan orang yang memerangi Ali dan yang semisalnya, …”[12]

Imam Nasa’i, dituduh Syi’ah (seperti ulama lainnya) karena dua alasan; pertama, ia mengarang kitab Khashaish dan kedua, karena ia dianggap merendahkan Mu’awiyah. Demikian dikatakan Abu Ishaq Al Hawaini. Kemudian ia membela Nasa’i, antara lain ia mengatakan bahwa tidak benar beliau merendahkan Mu’awiyah. Beliau sangat hormat dan menyanjung tinggi Mu’awiyah.

Penutup

Jadi saya tidak akan perpanjang lagi tanggapan saya atas tuduhan murahan para agen Wahhâbi yang sedang menjalankan egenda besar permusuhan dan pemecah-belahan umat Islam!


[1] Abu Zuhrah;Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah:33.

[2] M. Farid Wajdi; Dâirah alMa’ârif,5\4244.

[3] Ibnu Hajar al Asqallâni; Hadyu al Sâri Mukaddimah Fath al Bâri,2/213.

[4] Muhammad ibn Aqil ibn Yahya Al Alawi. Al ‘Atbu Al Jamil:9-10.

[5] Siyar A’lâm Al Nubalâ’,16/457.

[6] Al Isti’ab, 3/1090. Demikian juga Ibnu Khaldun, seperti dikutip Abu Zuhrah dalam Tarikh Al Mazahib Al Islamiyah:33.

[7] Adz Dzahabi, Mîzân al I’tidâl,1/5-6.

[8] Minhâj as Sunnah,7/372-374.

[9] Wujub Al Himyah ‘An Madhâr ar Ruqyah; Allamah Sayyid Abu Bakar Abdur Rahmân ibn Syihabuddin Al Alawi Al Husaini al Hadhrami asy Syâfi’i (salah seorang ulama besar Hadhramauit dari keturunan Habib dan guru besar Universitas Darul Ulum, Haidar Abaad-India):65 cet. Penerbit Al Imam- Singapora, thn.1328 H.)

[10] Kata riwayat, bahwa suatu hari Rasulullah saw. memerintah seorang untuk memanggil Mu’awiyah. Setelah dipanggil, Muawiyah tidak segera datang, ia berkata kepada utusan Rasulullah saw. agar mengatakan kepada Nabi bahwa dia masih makan. Dan setelah berulang kali, tetap jawabannya sama, Nabi mendoakan Mu’awiyah dengan doa seperti dalam hadis di atas. Dan isnya Allah saya akan kembali menjelaskan tentang hadis di atas dalam artikel khusus tentangnya.

[11] Baca Wafayât Al A’yân; Ibnu Khallikan, tentang biodata Imam An Nasa’i, Mukaddimah Khashaish Imam Ali oleh Abu Ishaq Al Hawaini.

[12] Minhâj as Sunnah,7/372-374.


Gara-gara Membongkar Kejahatan Mu’awiyah, Syekh Salafi Ahmad Al Kubaisi Langsung Divonis Kafir Oleh Mufti Wahabi!

$
0
0

Syekh Salafy Ahmad Al Kubaisi: Semua Yang Kita (Umat Islam) Derita Sekarang Gara-gara Muawiyah !

Syekh Ahmad Al Kubaisi, mungkin setelah mendalami dan membaca data-data hadis dan sejarah yang “diharamkan” oleh para masyaikh nashibi Salafy/Wahabi membuat ia sadar dan tercerahkan akan hakekat sebenarnya putra Hindun dan Abu Sufyan.

Dalam sebuah program keagamaan yang diasuhnya di  TV Dubai mengecam Muawiyah yang  membuat kuping banyak kaum Wahhabi-Salafy Nashibi di negara Teluk panas dingin dan meluncurkan kampanye luas melalui situs jejaring sosial menuntut pengusirannya dari Uni Emirat Arab.

Dan yang tak kalah garangnya adalah Dedengkot Takfiri Mufti Saudi kontan memvonisnya “Kafir” (Silahkan lihat video pengkafirannya dibawah)

Syekh al-Kubaisi berpendapat bahwa semua musibah yang diderita Umat Islam adalah karena Muawiya bin Abi Sufyan, hal ini dalam menanggapi penelepon, Syekh berkata kepadanya: Nashibi, Rowafid dan kamu adalah sama. kamu mencintai Muawiyah yang memerintahkan pencacian Ali bin Abi Thalib.

Dan Syekh Al Kubaisi  bersumpah bahwa musibah Umat Islam dikarenakan Muawiyah, dan meminta penelepon untuk bersama Ali bin Abi Thalib ra. atau memilih bersama Muawiyah bin Abi Aufyan

Syekh Al Kubaisi berdoa agar Allah SWT membangkitkannya kelak di akhirat bersama dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Para Salafiyun/Wahabiyun menuntut agar Syekh Al Kubaisi diusir dari negara Uni Emirat Arab, dan menutup programnya yang disiarkan langsung di TV Dubai.

Silahkan tonton Video Ceramahnya Syekh Ahamad Al Kubaisi ini:

الشيخ احمد الكبيسي كل ما نعانيه الان من معاوية

.

.

Ceramah Syekh Al Kubaisi Yang Lengkap  Simak disini

.

.

Pengkafiran Dedengkot Takfiri Mufti Wahhabi Salafy Atas Syekh Al Kubaisi

.

.


Viewing all 172 articles
Browse latest View live